Rumah Tahanan Polri Pengaturan mengenai tempat penahanan

110 Seluruh ketentuan tersebut jelas telah menjadi salah satu sebab terjadinya penumpukan tahanan karena overstaying di dalam Rutan. Untuk mengurangi ini, Menteri Hukum dan HAM telah mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor M HH-24 PK 01.01.01 Tahun 2011 tentang Pengeluaran Tahanan Demi Hukum. Salah satu isi dalam peraturan tersebut yaitu, Kepala Rutan wajib memberitahukan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang menahan mengenai tahanan yang akan habis masa penahanan atau habis masa perpanjangan penahanannya. Pemberitahuan tersebut dilakukan paling lambat 10 hari sebelum masa penahanan atau masa perpanjangan penahanan berakhir. Kepala Rutan atau Kepala Lapas wajib mengeluarkan tahanan demi hukum yang telah habis masa penahanan atau habis masa perpanjangan penahanannya. Namun untuk mengeluarkan tahanan demi hukum terhadap tahanan yang ditahan karena melakukan tindak pidana narkotika dan psikotropika, terorisme, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan HAM yang berat, serta perkara lainnya yang menarik perhatian masyarakat, Kepala RutanKepala Lapas harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan Ketua Pengadilan Tinggi. Bila Ketua Pengadilan Tinggi tidak menindaklanjuiti hasil koordinasi tersebut maka Kepala Rutan Kepala Lapas wajib mengeluarkan tahanan demi hukum.

11.2. Rumah Tahanan Polri

Pengelolaan penahanan di kepolisian berada di bawah Direktorat Tahanan dan Barang Bukti, yang bertugas sebagai penyelenggara pengamanan, penjagaan dan pengawalan, serta perawatan tahanan. Termasuk juga pelayanan kesehatan tahanan, pembinaan tahanan, serta mengamankan dan menyimpan barang bukti beserta administrasinya. Ketentuan mengenai tahanan di kepolisian diatur di beberapa peraturan berikut: 1 Peraturan Kapolri No. 22 Tahun 2010 tanggal 28 September 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada tingkat Kepolisian Daerah. 111 2 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 4 Tahun 2005 tentang Pengurusan Tahanan pada Rumah Tahanan Kepolisian Negara Republik Indonesia. 3 Surat Telegram Kapolri Nomor: ST1912IX2011 tanggal 29 September 2011 tentang tidak diperkenankan memberikan perlakuaan yang berbeda terhadap tahanan. Peraturan Kapolri Perkap merupakan pengaturan tertinggi dalam fungsi operasionalisasi Rutan di kalangan Polri. Akan tetapi dalam praktiknya karena Perkap tersebut belum merinci secara detail operasional tahanan, maka di tiap-tiap lingkungan Polda, beberapa Polda saat ini telah mengeluarkan SOP untuk melaksanakan Perkap tersebut. SOP tersebut ditujukan untuk memperkuat pelaksanaan Perkap, sayangnya muncul penafsiran berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, sehingga kemungkinan pelaksanaannya tidaklah sama baik antar Polda maupun antar kepolisian di tingkat Polres. Organisasisatuan pengendali dalam pelaksanaan pembinaan dan perawatan tahanan di Rutan polri berada di bawah Deputi Kapolri Bidang Operasi. Penjabaran tugas pembinaan dan perawatan tahanan disesuaikan dengan penggolongan, tipe khusus sampai tipe umum pada tingkatan Mabes Polri, Polda, Polwil, Polres sampai dengan Polsek. Pada tingkat Mabes Polri, pelaksanaan tugasnya berada di Pusdalops, dalam hal ini Bagian Pembinaan Perawatan Tahanan Bag Binwa t ah. Tugasnya antara lain: a. memberikan bimbingan teknis maupun arahan dalam pelaksanaan Pembinaan dan Perawatan Tahanan; b. melakukan supervisi langsung di lapangan baik tingkat Mabes Polri maupun satuan kewilayahan; c. memonitor dan mengevaluasi anggaran perawatan tahanan Polri ke Mabes Polri dan satuan kewilayahan. Pada tingkat Polda, pelaksanaan tugas pembinaan dan perawatan tahanan diemban oleh Kapusdalops Ro Ops Polda dibantu oleh Kepala Sub Bagian Perawatan Tahanan Kasubbag Wa t ah yang melaksanakan 112 fungsi pengawasan dan pengendalian secara berjenjang, baik pada tingkat Polda maupun satuan kewilayahan di bawahnya. Sedangkan pada tingkat Polwil dan Polres, pelaksanaan tugas pembinaan dan perawatan tahanan diemban oleh Kabag Ops yang dibantu oleh Kasubbag Wa t ah dengan melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian secara berjenjang, baik pada tingkat Polwil dan Polres maupun Satuan Kewilayahan di bawahnya. Pada tingkat Polsek, pelaksanaan tugas pembinaan dan perawatan tahanan diemban Kapolsek dibantu oleh Kataud.

a. Penempatan tahanan