Pembangunan dan Pengembangan Wilayah
14
terbesar dari PDB dan populasi keseluruhan. Sumberdaya digunakan untuk menggerakkan pertanian dalam infrastruktur dasar. Perbedaan sosial yang ada di
perdesaan seperti kepemilikan lahan sempit, pertanian subsistem dan yang lainnya lebih mampu mengakumulasi hak mereka untuk mengendalikan kelebihan
aset. Peningkatan laju tenaga kerja desa-kota, seperti berpindahnya tenaga kerja berproduktivitas rendah di pertanian menuju tenaga kerja berproduktivitas tinggi
di industri kota.
Laju sumberdaya: - Laju tenaga kerja
- Simpanan perdesaan untuk investasi perkotaan
- Transfer pendapatan, melalui: Kebijakan
komoditi, kebijakan bunga, kebijakan tarif
industri Lingkungan Mosher
Strategi jump Lingkungan
Johnston-Mellor Lingkungan Schlutz-
Ruttan Lingkungan
D.G.Johnson
Setting Kebijakan Perubahan pertanian:
perubahan institusi, teknologi baru, investasi
pada infrastruktur perdesaan
: Pertanian sebagai motor
pertumbuhan: hubungan pasar dengan industri
yang mapan, peningkatan pasar memobilisasi
sumberdaya, peninkatan hasil karena teknologi
Menyatukanpertanian ke ekonomi makro:
pembelanjaan pangan menurun pada anggaran
rumah tangga, permasalahan distribisi
pendapatan sehubungan produktifitas pertanian
yang rendah, pertanian menjadi lebih efisien
Pertanian di ekonomi industri: pangan menjadi
bagian kecil pada anggaran rumah tangga,
pemerataan pendapatan menjadi isu kebijakan,
pengangguran di sektor industri menjaga tenaga
kerja pertanian , isu lingkungan menjadi
perhatian
Gambar 1. Hubungan antara transformasi pertanian dan peran pertanian Timmer, 1998
Pada tahapan selanjutnya Lingkungan Johnston-Mellor, pertanian dicirikan oleh peningkatan hubungan antara pertanian dan industri yang berlokasi
di kota, ternasuk produksi dan konsumsinya. Faktor pemasaran menjadi sangat dinamis, yang kemudian memengaruhi mobilisasi sumberdaya antar sektor
seperti keuangan dan tenaga kerja. Pertanian dalam tahap ketiga Lingkungan Schultz-Ruttan banyak terjadi
perubahan. Pertama, terjadi penurunan bagian pertanian baik dalam PDB maupun populasi, sebagai akibat dari migrasi dari desa ke kota dan penurunan anggaran
Pendapatan perkapita atau
waktu
Laju pendapatan simpanan dengan
pertanian proteksi tinggi
Laju tenaga kerja
Laju pendapatan simpanan tanpa pertanian
proteksi tinggi
15
rumah tangga terhadap pangan. Kedua, kebijakan nasional berpengaruh besar terhadap perpindahan sumberdaya keuangan dari pertanian ke deposito karena
kebijakan suku bunga dan perdagangan. Ketiga, ketidakseimbangan pendapatan mencapai puncaknya, karena produktivitas pertanian tertinggal jauh dari
produktivitas tenaga kerja di perekonomian. Akibatnya konsentrasi kemiskinan di perdesaan berlanjut.
Pada tahap terakhir Lingkungan Johnson, kebutuhan terhadap pangan menjadi bagian yang kecil dari anggaran rumah tangga. Sumberdaya keuangan
pemerintah dari pajak pendapatan selain pertanian meningkat tajam, isu pemerataan pendapatan merupakan dimensi kebijakan yang berarti.
Menurut Bresciani et al. 2005, pada perkembangan ekonomi terakhir banyak didiskusikan fungsi dan kemampuan beragam dari pertanian dalam
memproduksi produk kerjasama. Contohnya adalah landscape, agro-tourisme, ketahanan pangan, keramahan perdesaan dan pengelola karbon. Potter 2005
menyatakan bahwa di luar fungsi utama pertanian dalam memproduksi pangan dan serat, aktifitas pertanian dapat membentuk landscape, menyediakan
keuntungan lingkungan seperti konservasi tanah, pengelolaan sumberdaya terbarukan dan pemeliharaan biodeversitas dan memberikan kontribusi sosial
ekonomi daerah perdesaan. Sektor pertanian pada negara berkembang dapat memiliki peran penting
pada perkembangan ekonomi serta penurunan kemiskinan dan kelaparan. Knutson et al. 2006 mengemukakan perubahan kebijakan utama pertanian untuk dua
dekade ke depan diantaranya adalah: 1 Globalisasi mendorong keberlanjutan pasar bebas. Perdagangan, termasuk impor dan ekspor, menjadi penting. 2
Ekonomi dan politik global akan menjadi tekanan yang semakin tinggi. Pangan dan pertanian memainkan peranan penting di dalam kebijakan ini. 3 Kelangkaan
sumberdaya merupakan ancaman dan peluang bagi pertanian. Ancaman terhadap keterbatasan pasokan air bersih dan lahan pertanian bagi peternakan, susu dan
unggas. Peluangnya adalah ekspansi dan menjadikan pertanian sebagai sumberdaya energi. 4 Lingkungan dan ketahanan pangan terus menjadi
tantangan bagi peningkatan aturan pertanian dan agribisnis.
16
Hayami dan Godo 2005, menjelaskan tentang ketidakseimbangan pertumbuhan pertanian pada saat ini, yang ditujukkan oleh peningkatan
kekurangan pangan pada ekonomi pendapatan rendah sangat kontras jika dibandingkan dengan peningkatan kelebihan pangan pada pendapatan ekonomi
tinggi, adalah tidak sesederhana sebagai sebuah bagian dari perbedaan struktur permintaan dan pasokan yang diakibatan perbedaan tingkat pendapatan.
Hal tersebut diperparah oleh kebijakan yang diambil untuk mengatasi tiga masalah pertanian pada tiga tahapan pembangunan ekonomi yang berbeda.
Permasalahan pangan pada tahapan pendapatan rendah, permasalahan perbedaan tingkat pendapatan menengah dan permasalahan perlindungan pada tingkat
pendapatan tinggi. Pengambil kebijakan pada negara berpendapatan rendah telah cenderung mengambil kebijakan harga rendah pangan yang aman untuk
memenuhi konsumen kota dalam membiayai produksi pertanian. Sebaliknya, di bawah permasalahan perlindungan, pengambil kebijakan di negara berpendapatan
tinggi tidak mampu untuk melawan tekanan dan lobi dari pertanian untuk meningkatkan pendapatan petani menjadi setingkat dengan pekerja non pertanian.
Menurut Stringer 2001, jauh sebelum Johnston dan Mellor pada tahun 1961 mengidentifikasi kontribusi ekonomi dasar pertanian untuk pengembangan,
ekonom memfokuskan kepada bagaimana pertanian dapat lebih berkontribusi untuk seluruh pertumbuhan dan modernisasi. Pertanian dengan sumberdaya yang
melimpah dan mampu mentransfer kelebihan pasokan untuk sektor industri yang penting. Dengan melayani sektor industri, pertanian memiliki peran penting dalam
transformasi pembangunan ekonomi dan sebagai subordinat pusat strategi percepatan industrialisasi.
Beberapa peran pertanian dalam pendekatan tradisional adalah: 1 menyediakan lapangan kerja dengan industri perdesaan, 2 memproduksi pangan
untuk penduduk berpendapatan tinggi, 3 menyimpan pasokan untuk investasi industri, 4 meningkatkan pasar produk industri, 5 mendapat pendapatan dari
ekspor untuk membayar barang-barang impor, dan 6 memproduksi bahan baku utama untuk agroindustri Stringer 2001
Peran ekonomi pertanian secara non tradisional adalah 1 meningkatkan aktivitas agribisnis, yaitu mendukung produksi, pemasaran, dan kemudian
17
meningkatkan proses, penyimpanan, perdagangan, transportasi dan praktek finansial yang lebih kompleks, spesialis dan proses integrasi. Aktifitas jasa
selanjutnya bertambah seperti penelitian, pengemasan, pasar modern, periklanan dan promosi, 2 peningkatan kesejahteraan sosial, yaitu transfer pendapatan dan
penyangga kejutan pendapatan, selama krisis pertanian dapat berfungsi sebagai penyangga, pengaman dan penstabil ekonomi, 3 pertumbuhan laju produktivitas,
pertanian lebih produktif dari industri sehingga harga pangan rendah yang berakibat peningkatan simpanan, peningkatan pendapatan, stabilitas ekonomi dan
total faktor produktivitas, 4 menurunkan kemiskinan, pertumbuhan yang kuat dari pertanian akan menurunkan harga pangan, meningkatkan pendapatan bagi
produsen pangan dan tenaga kerja perdesaan, termasuk menurunkan migrasi dari desa ke kota dan berpengaruh positif bagi perputaran antar sektor termasuk
migras, perdagangan dan peningkatan produktivitas, 5 Meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui pendidikan, 6 Menyediakan makanan yang
aman dan menyehatkan Stringer 2001. Walaupun di Indonesia pada tahun 1974-1979 Repelita II telah
dikembangkan program village working unit BUUD yang terdiri atas kelompok- kelompok desa yang meliputi 600 hingga 1000 hektar atau 150 hingga 110
kawasan agropolitan. Dalam unit ini dikembangkan pertanian dan tata pinjaman desa, serta pengolahan dan pemasarannya. Menurut Friedmann dan Douglass
1976, program pembangunan Indonesia masih menganggap pembangunan pertanian di perdesaan bukanlah merupakan usaha yang berarti dan hanya
dianggap sebagai pelengkap dari usaha industrialisasi. Todaro 2000 mengemukakan adanya stagnasi pertumbuhan pertanian
sejak tahun 1950 di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan karena terabaikannya sektor yang sangat penting ini dalam perumusan prioritas
pembangunan oleh pemerintah, dimana peran pertanian dalam pembangunan perekonomian hanya dipandang pasif bahkan hanya dianggap sebagai unsur
penunjang semata. Menurunnya peranan sektor pertanian juga terjadi di Indonesia.
Pembangunan yang dilaksanakan selama PJP I telah menghasilkan perubahan struktur ekonomi nasional, dimana peranan sektor pertanian mulai