11
2.3 Pembangunan Desa dan Kota
Menurut Douglass 1998a, hubungan saling ketergantungan antara desa dan kota dalam perencanaan wilayah dapat dilihat pada Tabel 2. Kota pada
wilayah perkotaan bertindak sebagai pusat pasar dari pertanian dan komoditi pedesaan untuk kedua wilayah dan wilayah lainnya dalam penjualan dan
distribusi. Pusat kota tidak akan berfungsi sebagai pusat pemasaran tanpa produk perdesaan yang laku di pasaran, hal ini menunjukkan desa dan kota memiliki
hubungan yang saling tergantung. Untuk memperluas produksi perdesaan diperlukan jaringan pemasaran yang disediakan oleh kota dan sistem perkotaan,
tetapi tanpa pertanian dan proses berbasis pertanian yang terus menerus, kota perdesaan tidak akan berkembang.
Tabel 2 Hubungan perkotaan dan perdesaan serta saling ketergantungannya Perkotaan
Perdesaan
Perdagangan pertanian pusat transportasi
Produksi pertanian Jasa pendukung pertanian
- Input produksi - Jasa perbaikan
- Inovasi: metode informasi dan
produksi Intensifikasi pertanian
- Infrastruktur perdesaan
- Insentif produksi
- Pendidikan dan pelatihan untuk
adopsi inovasi Non pertanian: pasar konsumen
- Proses produk pertanian - Jasa perorangan
- Jasa umum kesehatan, pendidikan,
administrasi Pendapatan dan kebutuhan perdesaan
barang-barang non pertanian dan jasa
Industri berbasis pertanian Produksi panen tunai dan diversifikasi
pertanian Lapangan pekerjaan non pertanian
Sama dengan di atas Sumber: Douglass, 1998a
Selanjutnya Douglass 1998a menambahkan konsep regional network cluster merupakan pendekatan baru dalam pembagunan perdesaan, yang dapat
dibangun berdasarkan sumberdaya lokal dan hubungan kota-desa. Tabel 3 menunjukkan bagaimana growth pole terfokus pada industri perkotaan sebagai
sektor unggulan dalam pengembangan wilayah, sedangkan pendekatan regional network mengakui banyak sektor lokal dalam pembangunan wilayah perdesaan
dan mengakui peran sumberdaya wilayah perdesaan dan aktivitas yang sudah ada cukup bagi pembanguanan lokal untuk mendorong desentralisasi industri
footloose dari pusat wilayah.
12
Tabel 3 Perbandingan model growth pole dan Network Regional No.
Komponen Growth Pole Model Terpusat
Regional Cluster Model Network
1 Sektor dasar
Perkotaan berbasis industri, umumnya terfokus pada industri skala besar dan
unit produksi footloose bermarkas di luar wilayah
Seluruh sektor, tergantung pada kondisi wilayah lokal, ditekankan pada
perusahaan berbasis wilayah berukuran kecil sampai menengah
2 Sistem
perkotaan Berhirarki, terpusat dan satu pusat
dominan, kebanyakan diidentifikasi dari ukuran populasi dan hubungannya
dengan teori pusat lokasi Horisontal, terdiri dari beberapa pusat
dan pendukungnya, dengan spesialisasi dan comparative advantages masing-
masing
3 Hubungan
Perdesaan- perkotaan
Menggambarkan proses perpindahan ke bawah hirarki perkotaan dan dari kota
ke sekeliling perdesaan. Wilayah perdesaan pasif dalam pendapatan
karena hanya mengharapkan tumpahan pertumbuhan perkotaan
Menggambarkan aktivitas lahan yang kompleks perkotaan-perdesaan, dengan
stimulan pertumbuhan yang memancar baik dari wilayah perdesaan maupun
perkotaan dan dengan peningkatan intensif sarana trnasportasi dalam wilayah
4 Tipe
perencanaan Kebanyakan top-down melalui agen
perencanaan sektor dan kantor pertanahan. Wilayah memiliki batasan
kurang jelas karena interaksi ekonomi Membutuhkan perencanaan sistem
desentralisasi, dengan integrasi dan koordinasi dari beberapa sektor dan
aktivitas perkotaan dan perdesaan pada tingkat lokal
5 Wilayah
kebijakan utama
Insentif desentralisasi industri, tax holiday, wilayah industri,
transportasijalan nasional Diversifikasi pertanian, agroindustri,
industri berbasis sumberdaya, pelayanan perkotaan, pelatihan tenaga kerja,
jaringan transportasi lokal
Sumber: Douglass, 1998a
Menurut Douglass 1998b, Pembangunan perdesaan yang tidak seimbang tidak akan menjadi masalah dalam jangka pendek. Tetapi di beberapa negara
telah menunjukkan konsekuensi dari pembangunan jangka panjang yang tidak diharapkan. Di Jepang dan Korea, pedesaan telah mulai punah oleh fungsi dasar
perkotaan seperti transportasi bis dan kereta api, sehingga banyak sekolah menghilang dan menyisakan penduduk tua yang mengelola ekonomi pertanian.
Meskipun pendapatan rumah tangga dapat membaik, namun kondisi wilayah terutama pada infrastruktur dasar, jasa dan potensi ekonomi tetap rendah.
2.4 Peran dan Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian menurut Mosher 1976 adalah sebuah kecenderungan teknologi, organisasi, aktivitas dan nilai budaya yang
peningkatannya dapat membawa hasil lahan petanian menjadi lebih efektif dengan peningkatan produksi pertanian per petani. Selanjutnya Mosher 1968, 1974
mencirikan pertanian modern sebagai berikut: 1 teknologi dan efisiensi usaha taninya terus menerus diperbaiki, 2 hasil bumi yang diproduksi terus menerus