Agroindustri Tanaman Pangan Rekayasa sistem pendukung keputusan intelijen untuk pengembangan agropolitan berbasis agroindustri

43 Dalam aplikasinya, SPK baru bermanfaat apabila terdapat kondisi sebagai berikut : 1 Eksistensi dari basis data yang sangat besar sehingga sulit mendayagunakannya, 2 Kepentingan adanya transformasi dan komputasi pada proses mencapai keputusan, 3 Adanya keterbatasan waktu, baik dalam penentuan hasil maupun dalam prosesnya, 4 Kepentingan akan penilaian atas pertimbangan akal sehat untuk menentukan dan mengetahui pokok permasalahan serta mengembangkan alternatif dan pemilihan solusi. Model konsepsional dari SPK merupakan gambaran hubungan abstrak antara tiga komponen utama penunjang keputusan yaitu: para pengambil keputusanpihak pengguna, model, dan data Eriyatno 1999. Dari ketiga komponen tersebut, model merupakan inti dalam rancang bangun SPK, karena model harus dapat menghasilkan keputusan yang efektif bagi pengguna. Menurut Mulyono 1991 model adalah abstraksi atau penyederhanaan realitas sistem yang kompleks dimana hanya komponen-komponen yang relevan atau faktor-faktor yang dominan dari masalah yang dianalisis diikutsertakan. Model diperlukan untuk menemukan variabel-variabel apa yang penting atau menonjol.

4.2 Sistem Pakar

Sistem pakar Expert Sistem merupakan salah satu alat yang dikembangkan dalam AI Artificial Intelligent. Sistem pakar merupakan pengembangan perangkat lunak yang menggunakan pengetahuan simbolik untuk meniru perilaku seseorang atau sekelompok ahli Marimin 2002. Sistem pakar merupakan salah satu alternatif terbaik untuk meyelesaikan persoalan dengan menggunakan komputer yang didukung oleh teknik kecerdasan buatan, terutama untuk pemecahan persoalan yang kompleks dan belum memiliki algoritma. Sistem pakar berbeda dengan program konvensional, karena program yang terakhir hanya dapat dimengerti oleh programmer. Sistem pakar bersifat interaktif dan mempunyai kemampuan untuk menjelaskan apa yang ditanyakan pengguna user friendly. Pada prinsipnya sistem pakar tersusun dari beberapa komponen yang mencakup: 1 fasilitas akuisisi pengetahuan, 2 sistem berbasis pengetahuan knowledge based sistem, 3 mesin inferensi inference engine, 4 fasilitas untuk 44 penjelasan dan justifikasi, dan 5 penghubung antara pengguna dan sistem pakar user interfase. Struktur dasar sistem pakar dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Struktur dasar sistem pakar Marimin 2002

4.3 SPK Intelijen

Menurut Turban 1990; Turban et al. 2006; Stair dan Reynolds 2010, terdapat kekurangan dalam SPK dan sistem pakar, tetapi jika dikombinasikan akan menghasilkan suatu sinergi. SPK memberikan pengendalian penuh terhadap pengambil keputusan dalam mengakuisisi informasi, mengevaluasi informasi dan dalam memberikan keputusan akhir. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keputusan manusia yang bias dan kompleks dibantu oleh SPK. Sebaliknya sistem pakar bebas dari akuisisi, evaluasi dan keputusan bias. Sistem pakar memiliki kecerdasan pada ranah yang jelas dan menghasilkan keputusan sementara. Pengambil keputusan dapat menggunakan SPK secara tradisional dan mengambil keputusan sementara. Hasil sistem pakar dan SPK secara bersamaan dapat diperbaiki dan dievaluasi, dan dengan hubungan yang saling mendukung akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan jika digunakan masing-masing. Keuntungan mengintegrasikan SPK dan sistem pakar dapat dilihat pada Tabel 7. Akuisisi pengetahuan Penghubung Sistem Berbasis Pengetahuan Dangkal Mendalam Statis Dinamis Mekanisme inferensi Strategi Strategi Penalaran pengendalian Fasilitas penjelasan Pakar Fakta - Nasehat - Justifikasi - Konsultansi Pengguna Model Model Aturan Aturan Fakta - Fakta - Aturan - Model 45 Tabel 7 Keuntungan mengintegrasikan sistem pakar dan SPK Kontribusi Sistem Pakar Kontribusi SPK Database dan DBMS - Memperbaiki konstruksi, operasi perawatan DBMS - Memperbaiki kemampuan akses database besar - Meningkatkan kapabilitas DBMS - Memungkinkan merepresentasi data simbolik Menyediakan database bagi sistem pakar Model dan MDBS - Memperbaiki manajemen model - Membantu menyeleksi model - Memiliki elemen justifikasi terhadap model - Memperbaiki analisis sensitivitas - Menghasilkan solusi alternatif - Menyediakan heuristik - Menyederhanakan dlm membangun simulasi - Mempermudah modifikasi struktur permasalahan - Memperlancar simulasi trial and error - Menyediakan awal struktur permasalahan - Menyediakan model standar dan perhitungan - Menyediakan kenyataan data ke model - Menyimpan model khusus oleh para pakar pd basis model Interface - Menyediakan interface yang mudah - Menyediakan penjelasan-penjelasan - Menyediakan bagian yg memudahkan pengguna - Bersikap seperti pengajar - Memiliki kemampuan Interaktif, dinamis, pemecahan masalah secara visual Menyediakan tampilan sesuai gaya individu Kemampuan sistem - Menyediakan pendukung cerdas lebih cepat lebih murah dibandingkan manusia thd SPK dan penggunaannya - Mampu memberikan tambahan penjelasan - Memperluas komputerisasi dalam proses pengambilan keputusan - Menyediakan percobaan pada pengumpulan data implementasi - Menyediakan bantuan bagi setiap pengguna agar sesuai dengan gaya keputusan Turban 1990; Turban et al. 2006 Menurut Turban 1990; Turban et al. 2006 dan Turban et al. 2007, Integrasi antara sistem pakar dan SPK dapat dilakukan dengan: 1 Sistem pakar dimasukkan ke dalam komponen-komponen SPK, 2 Sistem pakar sebagai komponen yang terpisah dari SPK, 3 Sistem Pakar berbagi dengan proses dengan SPK, 4 Sistem pakar memberikan solusi alternatif bagi SPK, dan 5 Pendekatan kesatuan a unified approach. Pendekatan kesatuan untuk mengintegrasikan SPK dan sistem pakar telah dikembangkan oleh Teng et al. dalam Turban 1990, usulan untuk pendekatan kesatuan ini dinamakan dengan SPK Intelijen dan arsitekturnya dapat dilihat pada Gambar 8. Pada gambar tersebut terlihat bahwa sistem pakar tersusun diantara data dan model-model. Sistem pakar menjadi fungsi dasar dalam mengintegrasikan dua komponen tersebut secara intelijen. 46 Gambar 8 Arsitektur kesatuan SPK intelijen Teng et al. dalam Turban 1990 Beberapa model SPK Intelijen telah dikembangkan dan dilaporkan berhasil dengan baik. Gachet dan Haettenschwiler 2003 mengembangkan SPK Intelijen dengan pendekatan bipartit. Bose dan Sugumaran 2007 mengembangkannya dengan teknologi Web. Yeh et al. 2009 menerapkan SPK intelijen dalam sistem seleksi proyek. Menurut Turban et al. 2006 dan Turban et al. 2007, SPK regular berfungsi secara pasif dalam interaksi manusia-komputer. SPK mengeksekusi perhitungan dan menampilkan data serta merespon perintah standar, tetapi tidak dapat berfungsi sebagai asisten intelijen terhadap pembuat keputusan, hal ini membatasi penggunaan SPK sehingga tidak berarti. Pemecahan masalah yang ambigu dan kompleks memerlukan SPK intelijen. SPK intelijen dapat mengambil inisiatif dalam pertanyaan dan perintah standar. SPK ini dinamakan SPK aktif atau simbiotik active or symbiotic DSS. Menurut Mili 1990 di dalam Turban et al. 2006 dan Zhou et al. 2009, SPK Aktif dapat mengerjakan tugas: memahami domain terminologi, parameter dan interaksi, memformulasikan permasalahan, memaparkan permasalahan, menginterpretasikan hasil dan menjelaskan hasil dan keputusan. Di mana tugas- tugas tersebut memerlukan komponen intelijen dalam SPKnya. Basis data Sistem Manajemen Basis Data Subsistem akuisisi pengetahuan intelijen Mesin Inference Supervisor Penghubung bahasa natural Sistem Manajemen Basis Model Basis Model Basis pengetahuan Perekayasa pengeetahua Subsistem Dialog Pengguna Pusat Pengelola Intelijen 47 SPK Intelijen lainnya adalah SPK berevolusi sendiri self-evolving DSS. SPK ini didesain dengan pendekatan premis dasar bahwa SPK harus siaga dalam penggunaan dan otomatis beradaptasi dengan penggunanya. Untuk itu diperlukan kemampuan: menu dinamis yang menyediakan hirarki dinamis untuk memenuhi kebutuhan pengguna, interface pengguna yang dinamis untuk menyediakan keluaran yang beragam untuk pengguna yang berbeda, dan sistem manajemen dengan dasar model intelijen dapat menyeleksi model yang sesuai dengan keinginan pengguna yang berbeda-beda Turban et al. 2006; Turban et al. 2007; Zhou et al. 2009. Sistem pengembangan agropolitan berbasis agroindustri pada penelitian ini direkayasa menggunakan SPK intelijen yang termasuk SPK aktif. SPK intelijen ini diharapkan dapat mengambil inisiatif dalam pertanyaan dan perintah standar. SPK intelijen ini juga diharapkan dapat berfungsi sebagai asisten intelijen terhadap pembuat keputusan dan dapat memecahkan permasalahan yang ambigu dan kompleks.

4.4. Sistem Intelijen

Sistem Intelijen merupakan suatu pendekatan atau metodologi tentang bagaimana merumuskan suatu sistem untuk menghasilkan Intelligent information Marimin 2002 dan Turban et al. 2007. 1 Hard System Sistem ini bersifat numerik, seperti pada metode konvensional seperti operation research, industrial statistic , dll. Sistem ini berkepentingan dengan domain yang sifatnya pasti hard, walaupun di dalamnya terdapat probabilitas. Sistem ini sulit mengakomodasikan sifat manusia yang cenderung kualitatif atau bersifat tidak pasti. 2 Soft System Sistem ini terdiri dari psychology engineering, analisis kualitatif dan metodologi soft system. 3 Artificial Intelligence AI AI atau kecerdasan buatan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana suatu benda berperilaku seperti manusia, atau mesin berfikir. Penerapan dalam 48 AI mencakup tiga bidang, yaitu: bahasa alamiah natural languange, pengembangan dan penggunaaan robot robotic, dan sistem pakar. Alat- alat tools yang dikembangkan dalam AI selain sistem pakar adalah fuzzy logic, neural networks dan genetic algorithms. 4.4.1 Metode Pengambilan Keputusan Kelompok Multi Expert-Multi Criteria Decision Making ME-MCDM Yager 1993 mengembangkan suatu model Multi Expert-Multi Criteria Decision Making ME-MCDM untk pengambilan keputusan dengan banyak kriteria secara berkelompok menggunakan penilaian non-numeric atau linguistic label . Teknik evaluasi pilihan bebas Independent Preference EvaluationIPE merupakan salah satu cara untuk pengambilan keputusan dengan kaidah teori gugus tidak pasti fuzzy set theory. Teknik tersebut untuk mengevaluasi kesukaan atau pilihan yang dapat ditempuh dengan metode perhitungan non- numerik. Marimin, et al. 1997 menyatakan bahwa di dalam evaluasi pilihan bebas, setiap pembuat keputusan d j j = 1, 2, 3,..., m dapat menilai setiap alternatif s i i = 1, 2, ..., n pada setiap kriteria a k { } n x x x ,... , 2 1 k = 1, 2, ..., l secara bebas. Penilaian ditetapkan dengan menggunakan labelsimbol kualitatif. Hal ini dapat diperjelas dengan mengasumsikan V sebagai sesuatu yang menggambarkan nilai dari suatu set X = dimana x n Langkah-langkah agregasi dalam pengambilan keputusan dengan kaidah Fuzzy IPE dapat diuraikan sebagai berikut : adalah skor nilai yang diwujudkan dalam bentuk simbol kualitatif. Langkah pertama , setiap pembuat keputusan d j akan mendapatkan suatu set nilai L pada setiap alternatif s i dan setiap kriteria a k L = dengan formula sebagai berikut : { } ,..., , 2 1 k ij ij ij a v a v a v .......................................................................... 1 Keterangan : v ij a k adalah skor evaluasi terhadap alternatif ke-i pada kriteria ke-k oleh pembuat keputusan ke-j.