Pemilihan Kelembagaan pada Kawasan Agropolitan

Klaster 4 dan kalster 5 tidak diprioritaskan untuk dikembangkan sebagai kawasan pendukung agropolitan, sehingga tidak direncanakan perluasan luas panen. Klaster 2 dan 3 diprioritaskan untuk dikembangkan luas panennya hingga satu setengah kali lipat dari luas panen saat ini. Klaster 1 merupakan kawasan yang sangat diprioritaskan, sehingga direncanakan mengembangkan luas panennya hingga dua kali lipat dari luas panen saat ini. Berdasarkan hal tersebut, maka rencana luas panen total adalah 92.597 ha atau meningkat 31.184 ha dari luas panen saat ini 61.413 ha Tabel 31. Tabel 31 Perencanaan kawasan agropolitan Kecamatan Klaster Luas panen ha Produktivitas Kuha Produksi ton A B A B A B Sukapura 3 1.657 2.485,5 25,27 40,06 4.187,24 9.956,913 Sumber 4 848 848,0 35,24 40,06 2.988,35 3.397,088 Kuripan 2 6.793 10.189,5 38,63 40,06 26.241,36 40.819,137 Bantaran 3 1.753 2.629,5 37,52 40,06 6.577,26 10.533,777 Leces 2 4.111 6.166,5 40,25 40,25 16.546,78 24.820,163 Tegalsiwalan 1 2.892 5.784,0 40,13 40,13 11.605,60 23.211,192 Banyuanyar 2 4.404 6.606,0 44,08 44,08 19.412,83 29.119,248 Tiris 2 7.594 11.391,0 34,91 40,06 26.510,65 45.632,346 Krucil 2 9.403 14.104,5 36,22 40,06 34.057,67 56.502,627 Gading 3 179 268,5 38,77 40,06 693,98 1.075,611 Pakuniran 5 3.367 3.367,0 43,02 43,02 14.484,83 14.484,834 Kota Anyar 5 798 798,0 43,01 43,01 3.432,20 3.432,198 Paiton 5 992 992,0 43,83 43,83 4.347,94 4.347,936 Besuk 5 384 384,0 31,22 40,06 1.198,85 1.538,304 Kraksaan 3 225 337,5 39,16 40,06 881,10 1.352,025 Krejengan 4 162 162,0 44,63 44,63 723,01 723,006 Pajarakan 4 318 318,0 37,42 40,06 1.189,96 1.273,908 Maron 3 1.263 1.894,5 38,93 40,06 4.916,86 7.589,367 Gending 3 380 570,0 43,97 43,97 1.670,86 2.506,290 Dringu 2 1.877 2.815,5 45,06 45,06 8.457,76 12.686,643 Wonomerto 2 3.269 4.903,5 43,79 43,79 14.314,95 21.472,427 Lumbang 4 1.906 1.906,0 30,09 40,06 5.735,15 7.635,436 Tongas 1 3.752 7.504,0 44,06 44,06 16.531,31 33.062,624 Sumberasih 1 3.086 6.172,0 46,46 46,46 14.337,56 28.675,112 61.413 92.597,0 39,40 41,79 241.044,04 385848,211 Keterangan : Klaster 1: Kawasan pendukung agropolitan prioritas paling tinggi Klaster 2: Kawasan pendukung agropolitan prioritas tinggi Klaster 3: Kawasan pendukung agropolitan prioritas sedang Klaster 4: Kawasan pendukung agropolitan prioritas rendah Klaster 5: Bukan kawasan pendukung agropolitan : A= Saat ini BPS Kab Probolinggo, 2008 B= Rencana pengembangan Pengembangan luas panen jagung didapat dari sebagian alih fungsi lahan pertanian saja dengan merubah jenis komoditinya dan tidak merubah pola ruang yang telah ditentukan. Alih fungsi lahan pertanian diasumsikan diperoleh dengan: 1 100 pemanfaatan lahan-lahan sawah sebelum ditanami padi, serta pada lahan hutan sebelum tanaman induk besar, 2 50 alih fungsi lahan bagi komoditi yang tidak diunggulkan, 3 25 pengalihan fungsi lahan pertanian bagi komoditi 10 besar produksi tertinggi, dan 4 tidak dilakukan alih fungsi lahan karena merupakan komoditi unggulan padi, mangga, bawang merah dan kentang. Rincian alih fungsi lahan dapat dilihat pada Lampiran 10. Rencana peningkatan produktivitas rata-rata 41,79 kuha. Peningkatan tersebut dicapai dengan target produktivitas minimal 40,06 kuha yang merupakan target Kabupaten Probolinggo pada tahun 2010. Kecamatan yang memiliki produktivitas lebih tinggi dari target minimal tetap dipertahankan. Untuk memenuhi target tersebut, maka pemerintah daerah dapat menyalurkan Bantuan Langsung Benih Unggul BLBU pada petani. Penerapan teknologi dalam pengembangan jagung antara lain penggunaan benih jagung hibrida berlabel P11, dan pemberiaan tiga macam pupuk anorganik 450 kg ureaha, 150 kg ZAha, dan 200 kg Phonskaha dapat digunakan untuk peningkatan produktivitas.

9.1.1.3 Dukungan sistem infrastruktur

Dukungan infrastruktur yang membentuk struktur ruang yang mendukung pengembangan kawasan agropolitan diantaranya adalah jaringan jalan dan irigasi. Pada Tabel 32 dan Tabel 33 disajikan data kondisi jalan irigasi pada saat ini. Dengan menggunakan model yang dikembangkan Bab 8.5, maka diperoleh prioritas pengembangan sarana prasarana pada kawasan Agropolitan. Alternatif pembangunan pasar Maron merupakan alternatif dengan prioritas pertama dalam pembangunan sarana prasarana pada DPU Cipta Karya. Alternatif Pembangunan jembatan Pohkecik di Tiris dan Peningkatan jalan Yos Sudarso di Dringu merupakan alternatif yang diprioritaskan pada DPU Bina Marga. Prioritas pertama dalam pembangunan sarana prasarana pada DPU Pengairan adalah alternatif perkuatan tebing di Dringu, rehabilitasi dam Paleran dan talang kali Bades di Kuripan, serta perkuatan tangkis kiri kali Besuk di Kraksaan. URAIAN Tabel 32 Kondisi Jalan di Kabupaten Probolinggo km SATUAN 2006 2007 2008 Kondisi Jalan Negara - Baik Km 33,320 35,312 - Sedang Km 54,760 52,791 - Rusak Km 0,200 0,177 - Rusak Berat Km Jumlah Km 88,280 88,280 Kondisi Jalan Propinsi - Baik Km 0,251 0,251 - Sedang Km 19,995 19,995 - Rusak Km - Rusak Berat Km Jumlah Km 20,210 20,210 Kondisi Jalan Kabupaten - Baik Km 582,99 604,55 629,53 - Sedang Km 79,72 69,81 64,12 - Rusak Km 19,25 51,43 53,38 - Rusak Berat Km 103,87 60,02 38,80 Jumlah Km 785,82 785,81 785,82 Jenis Permukaan Jalan Kab - Hotmik Km 327,48 381,81 401,63 - Lapen Km 364,48 351,53 351,27 - KerikilMakadam Km 47,44 17,81 14,56 - Tanah Km 46,42 34,66 18,36 Jumlah Km 782,82 785,82 785,82 Sumber : Dinas PU Bina Marga Kabupaten Probolinggo 2009 Tabel 33 IPAIR di Kabupaten Probolinggo URAIAN SATUAN 2006 2007 2008 Jumlah Daerah Irigasi Buah 202 202 202 Jumlah Daerah Irigasi Pompa Buah 104 105 105 Luas Areal Irigasi Ha 35.031 35.031 35.026 Luas Areal Tadah Hujan Ha 1.375 1.375 1.375 Daerah Irigasi yang telah IPAIR Ha 21,17 21,17 21,17 sumber: Dinas PU Pengairan Kabupaten Probolinggo 2009

9.1.2 Desain Agroindustri

Penyusunan rencana kerja dan kelayakan pendirian agroindustri merupakan tahapan selanjutnya dalam pengembangan agropolitan berbasis agroindustri. Agroindustri berperan penting dalam menjaga kesinambungan kawasan agropolitan. Agroindustri berperan dalam peningkatan nilai tambah komoditi pertanian, yang kemudian akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat khusunya masyarakat petani. Pengembangan kawasan agropolitan dilakukan dengan peningkatan luas lahan dan peningkatan produktivitas pada kawasan yang memiliki potensi jagung yang tinggi. Berdasarkan perluasan lahan dan peningkatan produktivitas lahan tersebut, maka diperoleh rencana produksi jagung sekitar 421.740 ton per tahun seperti pada Tabel 32. di atas. Pada saat ini, penggunaan jagung di Probolinggo adalah 10 persen 24.000 ton untuk pangan dan sisanya untuk pakan 216.000 ton. Rencana penggunaan komoditi jagung di kawasan agropolitan adalah 40 persen pangan dan pakan 168.696 ton dan sisanya 60 persen untuk bahan baku industri bioetanol 265.282 ton. Dengan jumlah jagung sebagai bahan baku etanol 253.044 ton per tahun, maka dapat didirikan industri bioetanol yang berkapasitas 30 juta galon per tahun. Kekurangan sumber bahan baku pakan 60.000 ton dapat disubstitusi oleh produk samping industri bioetanol Distiller Dried Grains and Solubles DDGS. DDGS merupakan sumber bahan baku pakan baru yang produksinya meningkat di Amerika Serikat akibat peningkatan produksi alkohol Shurson et al., 2005. DDGS banyak digunakan sebagai pakan sapi perah maupun sapi pedaging, bahkan dalam bentuk basah wet DDGS, terutama di kawasan peternakan sapi yang dekat dengan pabrik. Meningkatnya jumlah pabrik etanol akhir-akhir ini mengakibatkan pasokan DDGS meningkat tajam dan diekspor dalam bentuk kering. Beberapa negara di Asia, Eropa, Meksiko, dan Kanada mulai memanfaatkan DDGS untuk pakan babi, unggas, dan ikan Tangendjaja dan Wina, 2008. Satu bushel jagung dapat menghasilkan 16,25 ponds DDGS Missisipi State University, 2003. Hal ini berarti dengan Kapasitas pabrik bioetanol 30 juta galon per tahun maka dapat dihasilkan 546.261 ton DDGS per