penduduk setempat. Hal ini sejalan dengan pendapat Fridmann dan Douglass 1976 dalam syarat kedua dalam pembangunan agropolitan.
Batasan kawasan agropolitan seharusnya tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintah desakelurahan, kecamatan, kabupaten tetapi juga tetap
memperhatikan economic of scale dan economic of scope. Batasan ekonomi tersebut dipergunakan di dalam pengembangan agropolitan dengan
memperhatikan syarat dan tujuan pengembangan agropolitan. Agar diperoleh keberlangsungan ekonomi pada suatu kawasan agropolitan,
maka diperlukan pula koordinasi horisontal antar kawasan yang memiliki komoditi produk sejenis dengan daerah pasar yang sama. Agropolitan yang
terintegrasi horisontal pada kawasan pasar dapat menyelaraskan perencanaan produksi antar daerah produsen dengan konsumen sehingga dapat menciptakan
stabilitas harga. Koordinasi vertikal dan koordinasi horizontal pada agropolitan dapat dilihat pada Gambar 13.
Koordinasi vertikal
pada kabupaten
Koordinasi horizontal pada kawasan pasar Daerah 1
Komoditi Komoditi Produk A Produk B
Daerah 2
Komoditi Komoditi Produk A Produk B
Agroindustri Pusat
Agropolitan Sentra
Produksi Pemasaran
Komoditi Unggulan
Gambar 13 Koordinasi vertikal dan horisontal dalam kawasan agropolitan
6 METODE PENELITIAN
6.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian
Model pengembangan agropolitan yang dibangun adalah agropolitan yang dapat diterapkan dan terjaga keberlangsungannya. Kajian dimulai dengan
menyelesaikan permasalahan pengembangan agropolitan yang kemudian menghasilkan suatu konsep pengembangan agropolitan berbasis agroindustri.
Konsep tersebut diterapkan ke dalam rekayasa sistem pendukung keputusan intelijen. Kerangka pemikiran penelitian pengembangan agropolitan berbasis
agroindustri dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Kerangka pemikiran konseptual penelitian
6.2 Kerangka Pemikiran Sistem Pengembangan Agropolitan
Pengembangan kawasan agropolitan merupakan suatu usaha pemerataan pembangunan yang diharapkan dapat mengoptimalisasikan pemanfaatan potensi
sumberdaya suatu wilayah. Selain itu perencanaan pengembangan kawasan
KONSEP DAN MODEL PENGEMBANGAN AGROPOLITAN BERBASIS AGROINDUSTRI YANG DIREKOMENDASI
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENGEMBANGAN AGROPOLITAN
Pengetahuan Pakar
Komoditi Unggulan
Verifikasi dan Validasi Produk Prospektif
Desain Agroindustri
PERANCANGAN MODEL PENGEMBANGAN AGROPOLITAN BERBASIS AGROINDUSTRI DENGAN PENDEKATAN SISTEM
Pewilayahan Agropolitan
Sarana Prasarana Kelembagaan
KONSEP AGROPOLITAN
KONSEP PENGEMBANGAN AGROPOLITAN BERBASIS AGROINDUSTRI
MODEL PENGEMBANGAN AGROPOLITAN BERBASIS AGROINDUSTRI KONDISI RIIL PENGEMBANGAN
AGROPOLITAN
Studi Pustaka
Data Kabupaten
Probolinggo
62 agropolitan dengan pendekatan bottom up yang melibatkan seluruh stakeholder
akan menjamin keberlangsungan kawasan agropolitan. Untuk itu dalam perencanaan dan pengembangannya diperlukan keterlibatan lintas sektoral.
Pengembangan agropolitan merupakan proses yang berorientasi jangka panjang serta memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Kompleksitas ini
menyangkut: 1 berbagai tujuan dan kepentingan yang dapat saling bertentangan, 2 faktor dan kriteria yang tidak seluruhnya dapat dinyatakan secara kuantitatif-
numerik, akan tetapi bersifat kualitatif dan bahkan fuzzy, dan 3 berada pada lingkungan yang dinamis. Selain itu pengembangan agropolitan juga merupakan
sistem yang memiliki banyak ketidakpastian, dengan demikian dalam pengembangan agropolitan perlu dilakukan pendekatan sistem, sehingga diperoleh
penyelesaian yang utuh dan komperhensif. Kerangka pemikiran sistem pengembangan agropolitan dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15 Kerangka pemikiran sistem pengembangan agropolitan
Pemusatan wilayah mendukung proses kumulatif pengembangan suatu wilayah sehingga penentuan pusat wilayah sangat penting untuk dilakukan.
Wilayah yang akan ditetapkan sebagai pusat agropolitan adalah wilayah dengan potensi kinerja pembangunan yaitu kinerja ekonomi dan kinerja ekonomi
Karakteristik Pengembangan Agropolitan:
Tujuan dan kepentingan kompleks Permasalahan dan preferensi kualitatif dan fuzzy
Lingkungan dinamis
PENDEKATAN SISTEM
SISTEM PENGEMBANGAN AGROPOLITAN BERBASIS AGROINDUSTRI
REKAYASA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN INTELIJEN
Model Komoditi
Unggulan Model
Kerjasama dan Kelembagaan
Model Sarana
Prasarana Model
Agroindustri Prospektif
Model Pusat
Agropolitan
63 pertanian yang tinggi serta memiliki sumberdaya yang potensial, seperti
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya buatan, dan sumberdaya sosial. Pusat agropolitan dipengaruhi oleh komoditi unggulan yang telah dipilih
sebelumnya. Komoditi unggulan ini merupakan komoditi yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, diterima secara sosial masyarakat serta
menguntungkan secara ekonomi dan finansial. Agroindustri yang menghasilkan produk prospektif adalah agroindustri yang berbahan baku komoditi unggulan,
produknya diterima di pasar, memiliki nilai tambah yang tinggi dan menguntungkan secara finansial.
Prasarana seperti fasilitas transportasi, telekomunikasi, dan utilitas untuk selanjutnya ditetapkan agar dapat mendukung pengembangan agropolitan.
Kelembagaan dan pola kerjasama, merupakan hal yang penting untuk ditentukan agar sistem berkelanjutan. Hal ini disebabkan karena kelembagaan dapat
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, kapabilitas kelembagaan dan dapat meningkatkan akses masyarakat perdesaan terhadap sumberdaya. Kelembagaan
ini termasuk kelembagaan untuk koordinasi vertikal dan horizontal.
6.2.1 Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem system approach merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan melakukan identifikasi terhadap adanya sejumlah
kebutuhan-kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif Eriyatno 1996. Terdapat tiga tahapan yang harus dilakukan
dalam pendekatan sistem, yaitu analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, dan identifikasi sistem.
6.2.2 Analisis Kebutuhan
Dalam pengembangan agropolitan berbasis agroindustri terdapat beberapa pihak yang secara langsung maupun secara tidak langsung terlibat di dalamnya.
Analisis kebutuhan masing-masing pihak merupakan permulaa pengkajian dari pendekatan suatu system. Pada analisis kebutuhan ditentukan kebutuhan dari
pihak-pihak terkait yang merupakan pelaku sistem pengembangan agropolitan, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 8.