Tahapan Pengembangan Agropolitan Rekayasa sistem pendukung keputusan intelijen untuk pengembangan agropolitan berbasis agroindustri

36 Menurut IKAH Depperin 2007, agroindustri buah dan sayur mendapat tantangan yang besar karena Indonesia harus mampu mengatasi masalah high cost teknologi pengemasan kaleng akibat krisis ekonomi. Ekspor buah dan sayuran kaleng selama lima tahun terakhir berfluktuasi dimana tingkat pertumbuhan volume ekspor buah kaleng selama periode 1996 – 2000 adalah sebesar 9,62 persen per tahun. Gambar 5 Pohon industri buah-buahan Ditjen Agrokim Depperin 2007 Menurut Irawan et al., 2001, dalam rangka peningkatan daya saing pada masa perdagangan bebas, maka pembangunan hortikultura seyogyanya dilakukan dengan pendekatan agribisnis, bukan dengan pendekatan produksi yang selama ini B U A H Kulit buah Daging buah mentahhampir matang Sediaan farmasi Makanan Asinan Pickle Chutney Manisan Tepung buah Leather fruits T o f e e Buah kering Jam Jelly Anggur buah S i r o p S q u a s h J u i c e P u r e e Buah dalam kaleng Makananminum Makananminum Pakan ternak Pupuk kompos Papain Pektin P a s t e Konsentrat Daging buah masak B i j i P a t i Makanan Makanan 37 dilakukan. Pembangunan dengan pendekatan agribisnis tersebut harus dilakukan menurut kawasan pasar dan didukung dengan sarana penyimpanan. Tiga komponen utama yang diperlukan dalam pembangunan dengan pendekatan agribisnis adalah: 1 membangun keterkaitan fungsional antara para pelaku agribisnis, 2 membangun keterkaitan produksi antara daerah produsen sayuran, dan 3 membangun sarana penyimpanan di sentra-sentra produksi sayuran. Secara alami komoditi hortikultura sangat mudah sekali mengalami kerusakan dan kebusukan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hal tersebut dapat berasal dari komoditi itu sendiri, maupun dari luar. Pada buah dan sayuran yang telah mengalami pemanenan, proses pematangan umumnya diikuti oleh perubahan penampakan dan komposisi kimia. Kerusakan lepas panen sayuran menurut Astawan et al. 1991 mencapai 20 – 40 persen. Untuk itu diperlukan teknologi penanganan pasca panen dan pengolahan. Dalam pengolahan, sayuran daun seperti kubis agak sulit untuk diolah, walaupun demikian masih terdapat alternatif pengolahannya, yaitu: dikeringkan, dibuat pikel, dibekukan, dan dikalengkan. Kentang merupakan umbi batang yang termasuk kelompok sayuran akar dan memiliki daya tahan lebih baik dibandingkan sayuran lain. Alternatif pengolahan kentang diantaranya: pembuatan kripikchips, penepungan, dried mashed potatoes, pembekuan termasuk french potato beku, dan pengalengan Astawan et al. 1991. Mangga dapat dipasarkan selain dalam bentuk segar, juga memungkinkan dalam bentuk sari buah, konsentrat, jam, jelly, dan buah dalam kaleng. Semangka selain dalam buah segar, dapat dipasarkan dalam bentuk kripik.

3.6 Agroindustri Tanaman Pangan

Produksi jagung di Indonesia pada tahun 2003 sebanyak 10,8 juta ton Tabel 5. Dari jumlah tersebut, 20 persen diantaranya berupa jagung hibrida. Tiga puluh persen dari produksi jagung hibrida dihasilkan di Jawa Timur. Pada tahun 2009 total produksi jagung nasional diperkirakan mencapai 17,6 juta ton. Produksi Ubi kayu Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan mencapai 22 juta ton. Sebagian besar ubi kayu dihasilkan di Jawa Timur atau sekitar 23,45 persen. 38 Tanaman ubi kayu merupakan tanaman rakyat yang dikembangkan pada sekitar 1,2 juta ha luas lahan. Tabel 5 Perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas jagung dan ubi kayu Indonesia tahun 2002-2009 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 JAGUNG Produksi Ton 10.886.442 11.225.243 12.523.894 11.609.463 13.287.527 16.317.252 17.592.309 Luas Panen HA 3.358.511 3.356.914 3.625.987 3.345.805 3.630.324 4.001.724 4.156.706 Produktivitas QUHA 32,41 33,44 34,54 34,70 36,60 40,78 42,32 UBI KAYU Produksi Ton 18.523.810 19.424.707 19.321.183 19.986.640 19.988.058 21.757.575 22.028.502 Luas Panen HA 1.244.543 1.255.805 1.213.460 1.227.459 1.201.481 1.204.933 1.174.819 Produktivitas QUHA 149 155 159 163 166,36 180,57 188 Sumber: Pusdatin Deptan 2010 Ket: = Angka sementara Tahun 2005 Indonesia masih mengimpor jagung sekitar 400 ribu ton. Jumlah tersebut menurun dari nilai impor tahun 2003 yaitu 1,5-2 juta ton jagung. Berdasarkan data tersebut, pemerintah mengharapkan pada tahun 2007 Indonesia sudah swasembada jagung. Untuk itu pemerintah membutuhkan dana sekitar Rp. 5 trilyun yang berasal dari pemerintah, swasta dan masyarakat. Pencanangan swasembada didasari oleh potensi lahan jagung di Indonesia yang mencapai tiga juta hektar, sedangkan penggunaan benih hibrida hanya 800.000 hektar atau sekitar 27 persen dari lahan yang ada. Peningkatan produksi melalui hibrida bisa dilakukan karena dapat menghasilkan 5 ton per hektar, sedangkan benih biasa hanya 3,5 ton. Selain itu peningkatan produksi juga bisa dilakukan jika pemerintah membantu perbaikan penanganan pascapanen. Data perkembangan ekspor impor jagung dapat dilihat pada Tabel 6.