9.2.1 Peningkatan nilai tambah komoditi pertanian.
Nilai tambah value added adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam
suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak
termasuk tenaga kerja Hayami et al. 1987. Pembangunan agroindustri akan meningkatkan nilai tambah dari hasil-hasil pertanian dan menciptakan kesempatan
kerja Simatupang Purwoto 1990; Hicks 1995; Rusastra et al. 2005; Susilowati et al
. 2007. Kegiatan agroindustri merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian. Efek agroindustri mampu mentransformasikan produk primer ke
produk olahan sekaligus budaya kerja bernilai tambah rendah menjadi budaya kerja industrial modern yang menciptakan nilai tambah tinggi Suryana, 2005.
Pembangunan agroindustri bioetanol akan memberikan nilai tambah sebesar Rp. 704,35 per kg jagung atau Rp. 183,952 Milyar per tahun. Nilai
tambah yang dihasilkan tersebut merupakan manfaat yang dapat secara langsung dirasakan oleh masyarakat di kawasan agropolitan. Nilai tambah yang besar
tersebut sesuai dengan data pada BP2HP Deptan, 2001 yang menunjukkan peran agroindustri dalam perindustrian nasional pada tahun 2001 memiliki efek
pengganda nilai tambah yang besar.
9.2.2 Peningkatan keunggulan komparatif dan kompetitif komoditi pertanian
Keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing keunggulan potensial yang akan dicapai pada perekonomian yang tidak mengalami distorsi,
sehingga aspek yang terkait adalah kelayakan ekonomi. Keunggulan kompetiif merupakan ukuran keunggulan pada kondisi ekonomi aktual, sehingga aspek yang
terkait adalah kelayakan finansial Simatupang 1991; Sudaryanto Simatupang 1993.
Menurut Saptana et al. 2006, beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk mewujudkan keunggulan komparatif menjadi keunggulan
kompetitif adalah kemitraan usaha yang dibangun harus mampu 1 meningkatkan aplikasi teknologi sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas; 2
menjamin pemasaran dan kepastian harga melalui sistem kontrak sebelum tanam
atas perencanaan dan pengaturan produksi oleh perusahaan mitra berdasarkan dinamika pasar; dan 3 menghasilkan ikatan saling membutuhkan, saling
memperkuat dan saling menguntungkan melalui manajemen korporasi yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Agroindustri Bioetanol dapat meningkatkan keunggulan komparatif komoditi jagung di Kabupaten Probolinggo karena industri ini menggunakan
bahan baku yang berasal dari sumberdaya alam yang tersedia di kawasan tersebut. Pada saat ini produksi jagung tertinggi di Propinsi Jawa Timur adalah Kabupaten
Probolinggo, sehingga keunggulan komparatif yang sudah dimiliki akan semakin meningkat dan dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan nilai tambah setinggi-
tingginya. Keunggulan kompetitif dapat diwujudkan dengan adanya pengelolaan
kawasan agropolitan yang akan meningkakan efisiensi dan produktivitas produksi jagung. Agroindustri dapat memberikan pasar dan kepastian harga melalui
perencanaan dan pengaturan oleh kelembagaan kawasan agropolitan. Pengelolaan agropolitan diharapkan juga akan menjaga ikatan saling membutuhkan dan
kerjasama antara petani dan agroindustri.
9.2.3 Peningkatan lapangan kerja
Agroindustri bioetanol pada kawasan agropolitan di Kabupaten Probolinggo diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja baru terutama bagi
pekerja di sektor pertanian. Pekerja pertanian menyerap sekitar 80 persen dari total angkatan kerja BPS Kabupaten Probolinggo, 2009.
Jumlah Penduduk Kabupaten Probolinggo pada tahun 2008 adalah 1.092.036 jiwa dan sekitar 776 ribu orang diantaranya adalah penduduk usia kerja
Tabel 35. Jumlah angkatan kerja yang tidak tertampung adalah sekitar 200 ribu orang 25. Jumlah angkatan kerja yang tidak tertampung akan berkurang
hingga 87 ribu orang 10.
Tabel 36 Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Probolinggo orang NO.
URAIAN 2006
2007 2008
1. Angkatan Kerja
563.426 571.603
578.766 2.
Angkatan Kerja Tertampung 518.132
517.536 522.772
3. Pencari Kerja
8.123 4.670
7.138 4.
Penduduk Usia Kerja 763.303
774.381 776.035
5. Penduduk Bukan Usia Kerja
306.832 311.285
314.063
Menurut Iqbal dan Anugrah 2009 forum kemitraan mewadahi terjalinnya hubungan tanggungjawab antara pemerintah aparat dan wakil rakyat, swasta
perusahaan, lembaga keuangan, pedagang, dan produsen, dan masyarakat
Sumber : BPS Kab Probolinggo, 2009
Peningkatan lapangan kerja tersebut diperoleh dari pendirian agroindustri bioetanol dan ekstensivikasi usaha tani jagung. Pendirian agroindustri bioetanol
berkapasitas 30 juta galon per tahun, akan memerlukan tenaga kerja 150 orang tenaga kerja langsung dan tidak langsung pada pemrosesan ethanol dan 150 orang
pekerja konsruksi sementara Petrulis et al. 1993. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Haryanto et al 2008, diketahui
bahwa nilai pengganda kesempatan kerja usaha tani jagung adalah 1,07 Lampiran Analisis Dampak. Berdasarkan nilai tersebut maka diperoleh penambahan
jumlah tenaga kerja adalah: Ekspansi lahan jagung jumlah tenaga kerja ha indeks = 82955 ha 15 0,07 = 87.103 orang tenaga kerja.
9.2.4 Peningkatan investasi dan kerjasama
Investasi dan kerjasama pendirian agroindustri dan lembaga pendukung lainnya sangat diperlukan dalam pengembangan agroindustri berbasis agroindustri
ini. Berdasarkan pengelolaan dan kelembagaan agropolitan yang telah disusun Tabel 33, maka diketahui pengembangan agropolitan melibatkan lintas sektoral
dalam pemerintahan maupun masyarakat swasta. Peningkatan kerjasama dan investasi dalam agroindustri akan berdampak lebih besar dalam meningkatkan
pendapatan rumah tangga, menurunkan tingkat kemiskinan dan memperbaiki distribusi pendapatan rumah tangga. Hal ini juga ditunjukkan oleh hasil penelitian
yang dilakukan Susilowati et al. 2007.