71 untuk mengetahui tingkat perkembangan wilayah dalam aspek sosial meliputi
kependudukan, pendidikan dan kesehatan.
6.4.2.2 Analisis Pemusatan Ekonomi Wilayah
Location quotient merupakan metode analisis yang umum digunakan
dalam ekonomi geografi. Analisis ini digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatan aktyivitas dan mengetahui kapasitas ekspor perekonomian wilayah
serta kecukupan barangjasa dari produksi lokal suatu wilayah. Nilai LQ merupakan indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktivitas
tertentu dengan pangsa total aktivitas tersebut dalam total aktivitas wilayah atau dapat dikatakan LQ didefinisikan sebagai rasio persentase aktivitas pada sub
wilayah terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Asumsi yang digunakan dalam analisis LQ adalah sebagai berikut: 1 kondisi
geografis relatif seragam, 2 aktivitas bersifat seragam, dan 3 setiap aktivitas menghasilkan produk yang seragam. Rumus perhitungan LQ dapat dilihat pada
Bab 7 Rekayasa Sistem.
6.4.2.3 Analisis Potensi Sumberdaya Wilayah
Metode skalogram dipakai untuk menganalisis hirarki pusat-pusat pelayanan berdasarkan ketersediaan infrastruktur atau fasilitas-fasilitas pelayanan
yang dimiliki. Asumsi yang digunakan adalah bahwa wilayah yang memiliki rangking tertinggi adalah lokasi yang dapat menjadi pusat pelayanan.
Berdasarkan analisis ini dapat ditentukan prioritas pengadaan sarana dan prasarana si setiap unit wilayah yang dianalisis. Indikator yang digunakan dalam
analisis skalogram adalah jumlah penduduk, jumlah jenis, jumlah unit serta
kualitas fasilitas pelayanan yang dimiliki masing-masing kecamatan.
6.4.3 Pemilihan Agroindustri Prospektif
Pemilihan dan perancangan agroindustri yang menghasilkan produk prospektif dilakukan berdasarkan aspek pemasaran, aspek teknologi, peningkatan
nilai tambah, aspek finansial, dan dampak sosial ekonomi masyarakat. Pemilihan agroindustri prospektif dilakukan agar investasi yang direncanakan dapat berjalan
72 lancar dan selain akan memberikan peningkatan usaha dan laba perusahaan,
diharapkan berdampak secara ekonomis terhadap masyarakat sekitar. Metode yang digunakan untuk pembobotan kriteria dan pembobotan
prioritas agroindustri adalah ANP. Metode ANP berguna pada perusahaan besar atau sektor publik yang memerlukan pengambilan keputusan dalam jumlah
informasi, interaksi serta feedback yang banyak dan memiliki tingkat kompleksitas tinggi. Sebagai metode pengembangan dari metode AHP, ANP
masih menggunakan cara Pairwise Comparison Judgement Matrices PCJM antar elemen yang sejenis. Perbandingan berpasangan dalam ANP dilakukan
antar elemen dalam komponenkluster untuk setiap interaksi dalam network Saaty 1996 dan Saaty 2001.
Tahap ini dilakukan dengan menganalisis peluang pasar berdasarkan kecenderungan permintaan dan tingkat persaingan pada alternatif produk,
kemudian analisis teknologi dilakukan terhadap tingkat investasi dan pengadaannya serta tingkat penguasaan dan penggunaan teknologi. Analisis
finansial menggunakan metode NPV, IRR, dan BC dimana rumus yang digunakan dijelaskan pada Bab Rekayasa Sistem.
6.4.4 Penentuan Pola Kerjasama dan Kelembagaan
Penentuan pola kerjasama dan kelembagaan dilakukan berdasarkan data mengenai budaya masyarakat, kebutuhan masyarakat, dan biaya transformasi
ekonomi. Menurut Pranadji 2003, Kebutuhan masyarakat dikaitkan dengan kebutuhan terhadap pengembangan dan adopsi teknologi, kebutuhan terhadap
kegiatan ekonomi, kegiatan sosial pengurangan kesenjangan lapangan kerja, peluang berusaha, dan pemerataan pendapatan, kebutuhan akan kegiatan hukum
dan politik, serta kebutuhan akan ekolosistem dan sumberdaya. Menurut Haris 2006, Biaya transformasi ekonomi terdiri dari biaya informasi, biaya negoisasi
dan biaya penegakan aturan. Metode yang digunakan untuk pembobotan kriteria dan pembobotan prioritas pola kerjasama dan kelembagaan adalah ANP.
73
6.4.5 Penentuan Penyediaan Sarana dan Prasarana
Penentuan penyediaan sarana dan prasarana dilakukan berdasarkan topografi bukit, lembah, gunung, geologi tanah dan batuan, sistem drainase
persawahan dan pemukiman, meteorologi atau iklim, potensi material batuan dan pasir, lingkungan hidup dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Data
dilengkapi dengan peta jaringan jalan dan sungai, peta land use, dan peta tanah sub wilayah pengembangan Kabupaten. Metode penentuan pengembangan sarana
prasarana yang digunakan untuk pembobotan kriteria dan pembobotan prioritas penyediaan sarana dan prasarana adalah dengan pendekatan ME-MCDM
menggunakan teknik Independent Preference Evaluation IPE dua peubah.
7 REKAYASA SISTEM
7.1 Konfigurasi Sistem
Sistem Pendukung Keputusan Intelijen untuk pengembangan agropolitan berbasis agroindustri dirancang dalam bentuk perangkat lunak komputer Visual
Basic versi 6.0 Microsoft USA, 1998 dan diberi nama SPK INTELIJEN AGROPOLITAN. Paket program SPK Intelijen Agropolitan terdiri dari lima
komponen utama, yaitu: sub sistem manajemen basis data, sub sistem manajemen basis model, sub sistem akuisisi pengetahuan, mesin inferensi, dan sub sistem
dialog modifikasi dari Turban 1990. Konfigurasi umumnya disajikan pada Gambar 18.
Gambar 18 Konfigurasi model pengembangan kawasan agropolitan berbasis agroindustri
Model SPK Intelijen Agropolitan diaplikasikan dalam bentuk sistem berbasis komputer yang dirancang agar pengguna dapat berinteraksi langsung
dalam formulasi pemrograman suatu SPK Intelijen dimana memungkinkan untuk mengakuisisi pengetahuan pakar ke dalam sistem.
Basis data Sistem Manajemen
Basis Data • Data sosial-demografi dan
perekonomian • Data produksi pertanian
• Data industri • Data permintaan perdagangan
• Data sarana prasarana Subsistem Akuisisi
Pengetahuan Fakta
Aturan Intelijensi
Mesin inferensi Penalaran Inference
PengendalianControl
Supervisor
Penghubung bahasa natural
Sistem Manajemen Basis Model
• Komoditi unggulan • Pusat agropolitan
• Agroindustri prospektif • Sarana dan prasarana
• Pola kelembagaan
Perekayasa pengetahuan
Subsistem dialog
Pengguna Pusat pengelola
intelijen Basis model
Basis pengetahuan
76
7.2 Desain Sistem 7.2.1 Sistem Manajemen Dialog
Sistem manajemen dialog merupakan komponen yang dirancang untuk mengatur dan mempermudah interaksi antara model program komputer dan
pengguna user menggunakan masukan dari basis data langsung maupun data file
. Masukan dari pengguna berupa parameter, pengetahuan dan pilihan skenario, sedangkan keluaran yang diberikan berupa informasi dalam bentuk tabel dan
pernyataan yang mudah dipahami.
7.2.2 Sistem Manajemen Basis Data
Sistem Manajemen basis data digunakan untuk memberikan fasilitas pengelolaan data seperti pemasukan data, menampilkan data, memperbaiki data,
menghapus data, dan mengeksekusi data. Jenis-jenis data yang dikelola pada SPK Intelijen Agropolitan adalah sebagai berikut:
7.2.2.1 Basis data seleksi komoditi tanaman pangan dan hortikultura unggulan.
Data kriteria faktor penentu komoditi tanaman pangan dan hortikultura unggulan meliputi 1 tingkat pendapatan dari usaha komoditi, 2 kontribusi
produksi terhadap perekonomian, 3 laju pertumbuhan produksi yang menunjukkan bahwa komoditi tersebut diterima dan berkembang di masyarakat
atau secara sosial dapat diterima oleh masyarakat, 4 kemampuan bersaing komoditi, 5 kemampuan komoditi menyediakan kesempatan kerja, 6 pemenuhan
kebutuhan domestik, sedangkan untuk menentukan wilayah sentra produksinya, kriteria yang digunakan adalah 1 tingkat kesesuaian agroekologi, 2 ketersediaan
areal setempat, 3 kemampuan pengembangan areal, 4 kondisi dan ketersediaan sarana prasarana, 5 jarak dengan pusat agropolitan, 6 kondisi dan ketersediaan
tenaga kerja.
7.2.2.2 Basis data penentuan pusat agropolitan.
Data kriteria faktor penentu pusat agropolitan meliputi tingkat perkembangan dan kinerja perekonomian dan non ekonomi wilayah kecamatan,
77 tingkat ketimpangan distribusi pendapatan, transformasi struktural, potensi
sumberdaya alam, manusia, buatan, dan sosial, dan pemusatan ekonomi wilayah
7.2.2.3 Basis data seleksi agroindustri dengan produk prospektif.
Data kriteria faktor penentu agroindustri prospektif meliputi peluang pasar, kemampuan teknologi, nilai tambah produk, dampak sosial ekonomi
masyarakat dan kelayakan keuanganfinansial.
7.2.2.4 Basis data penentuan pola kerjasama dan kelembagaan.
Data kriteria faktor penentu pola kerjasama dan kelembagaan meliputi budaya masyarakat, kebutuhan masyarakat, dan biaya transformasi ekonomi.
Menurut Pranadji 2003, Kebutuhan masyarakat dikaitkan dengan kebutuhan terhadap pengembangan dan adopsi teknologi, kebutuhan terhadap kegiatan
ekonomi, kegiatan sosial pengurangan kesenjangan lapangan kerja, peluang berusaha, dan pemerataan pendapatan, kebutuhan akan kegiatan hukum dan
politik, serta kebutuhan akan ekolosistem dan sumberdaya. Menurut Haris 2006, biaya transformasi ekonomi terdiri dari biaya informasi, biaya negoisasi
dan biaya penegakan aturan.
7.2.2.5 Basis data penyediaan sarana dan prasarana.
Data kriteria faktor penentu penyediaan sarana dan prasarana meliputi topografi bukit, lembah, gunung, geologi tanah dan batuan, sistem drainase
persawahan dan pemukiman, meteorologi atau iklim, potensi material batuan dan pasir, lingkungan hidup dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Data
dilengkapi dengan peta jaringan jalan dan sungai, peta land use, dan peta tanah
sub wilayah pengembangan Kabupaten.
7.2.3 Sistem Akuisisi Pengetahuan
Akuisisi pengetahuan merupakan suatu objek utama analisis dari pengembangan paket program SPK Intelijen Agropolitan yang keberadaannya
didukung oleh sistem pengetahuan dasar yang berupa pendefinisian unsur modelisasi masalah dan struktur dasar formalisasi penyajian untuk
78 menginterpretasikan data masukan informasi dari pemakai dan memecahkan
masalah penyajian informasi ke pemakai menurut tingkat kompleksitasnya. Sistem akuisisi pengetahuan dalam SPK Intelijen Agropolitan digunakan untuk
menentukan mekanisme perencanaan tata ruang dan wilayah agropolitan dan mekanisme penerimaan kinerja agopolitan.
Pengetahuan diperoleh melalui wawancara terhadap para pakar. Daftar pakar dapat dilihat pada Lampiran Teknik wawancara berupa observasi, diskusi
masalah, diskripsi masalah, analisis permasalahan, tatacara perbaikan, tata cara pengujian, dan tata cara validasi. Dari akuisisi pengetahuan maka diperoleh
kriteria dan bobotnya dalam setiap model pada SPK Intelijen Agropolitan.
7.2.4 Mesin inferensi
Mesin inferensi adalah bagian yang memanipulasi dan mengarahkan pengetahuan, model dan fakta yang disimpan pada basis pengetahuan dalam
rangka mencapai solusi atau kesimpulan. Tugas utama dari mesin inferensi adalah menguji fakta dan kaidah serta menambah fakta baru jika memungkinkan
serta memutuskan perintah sesuai dengan hasil penalaran yang telah dilaksanakan. Terdapat dua strategi dalam mesin inferensi, yaitu strategi penalaran dan strategi
pengendalian.
7.3 Sistem Manajemen Basis Model
Sistem Manajemen Basis Model terdiri dari lima model yaitu: 1 model seleksi komoditi tanaman pangan dan hortikultura unggulan, 2 model penentuan
pusat agropolitan, 3 model seleksi agroindustri prospektif, 4 model penentuan pola kerjasama dan kelembagaan, dan 5 model penentuan sarana dan prasarana.
7.3.1 Model Seleksi Komoditi Unggulan.
Seleksi komoditi unggulan dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dihasilkan komoditi tanaman pangan dan hortikultura yang
diunggulkan dan selanjutnya ditentukan wilayah sentra produksinya. Metode yang digunakan untuk pembobotan kriteria dan pembobotan prioritas komoditi adalah
79 ME-MCDM. Diagram alir yang menggambarkan model ini dapat dilihat pada
Gambar 19.
Gambar 19. Diagram alir model seleksi komoditi unggulan
7.3.2 Model Penentuan Pusat Agropolitan.
Clustering Analysis digunakan untuk mengelompokkan wilayah-wilayah
berdasarkan data tingkat perkembangan dan kinerja perekonomian dan non perekonomian wilayah, tingkat ketimpangan distribusi pendapatan, transformasi
struktur, dan potensi sumberdaya wilayah. Analisis mengenai karakteristik setiap kluster dilakukan untuk mendukung sistem pakar. Sistem pakar digunakan untuk
mengetahui mekanisme perencanaan wilayah agropolitan dalam menentukan pusat agropolitan beserta wilayah pendukung sebagai sentra-sentra produksinya.
Diagram model penentuan pusat agropolitan secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 20, sedangkan prosedur umum yang digunakan untuk analisis adalah
seperti yang diuraikan di bawah ini.
• Alternatif komoditi unggulan • Bobot masing-masing kriteria
• Skor relatif setiap alternatif komoditi unggulan pada setiap kriteria
Penentuan prioritas komoditi unggulan Urutan prioritas komoditi unggulan
• Tingkat pendapatan produksi komoditi • Kontribusi produksi
• Laju pertumbuhan produksi komoditi • Kemampuan bersaing
• Kemampuan komoditi menyediakan kesempatan kerja
• Pemenuhan kebutuhan domestik Penentuan prioritas kriteria pemilihan komoditi
unggulan dengan IPE peubah tunggal
80
Gambar 20 Diagram alir model penentuan pusat agropolitan
Prosedur umum analisis klaster yang digunakan dalam model ini adalah sebagai berikut Anderberg, 1973:
1. Berawal dengan N klaster yang memiliki satu permasalahanklaster 1 hingga klaster N.
2. Diketahui yang paling serupa adalah klater p dan q pq. Dimana kesesuaian dinotasikan S
pq
3. Hilangkan satu per satu anggota klaster dengan menggabungkan klaster p dan q. Namakan klaster yang baru r =q dan perbaharui matriks kesesuaian
dengan metode yang dipilih untuk menunjukkan perbaikan kesesuaian atau ketidaksesuaian antara klaster t dan semua klaster lainnya. Hilangkan baris
dan kolom dari S yang berhubungan dengan klaster p. . Jika ukuran ketidaksesuaian digunakan, nilai yang tinggi
menunjukkan ketidaksesuaian. Jika sebuah ukuran kesesuaian digunakan, nilai yang kecil menunjukkan ketidaksesuaian.
4. Ulangi kedua langkah sebelumnya hingga semua anggota berada pada satu klaster
Total Shift,Specialization Index, Ratio Gini, TK,
Rasio perkembangan kependudukan,
pendidikan kesehatan, Location Quotient,
Skalogram, Indeks fasilitas,
Jarak dengan pasar, Jarak sentra produksi
Analisis potensi SD buatan sosial
i Analisis potensi
industri Analisis potensi SD
Pertanian Pengklasteran
wilayah
Pusat agropolitan dan wilayah pendukungnya sentra produksi
Mekanisme penentuan pusat agropolitan wilayah pendukung
Akuisisi pengetahuan
pakar Representasi
Pengetahuan Analisis kesesuaian
agroekologi lahan Analisis potensi SD
manusia
81 5. Untuk setiap metode, kesesuaian dan ketidaksesuaian matiks S diperbaharui
untuk menunjukkan perbaikan kesesuaian dan ketidaksesuaian S
pq
Metode yang digunakan untuk memilih anggota klaster dalam model ini adalah Average Linkage Between Groups Anderberg, 1973. Langkah-langkah
perhitungan dalam metode ini adalah sebagai berikut: antara
klaster baru
Sebelum penggabungan awal, jika N
i
Perbaharui S =1 dimana i=1 sampai N
tr
dengan: S
tr
=S
pr
+S Perbaharui N
qr t
dengan: N
t
=N
p
+N Kemudian tentukan hubungan yang paling sesuai dengan: S
q ij
N
i
N
j
7.3.2.1 Sub Model Tingkat Perkembangan Aspek Non Ekonomi.
Pada model ini dihitung perkembangan aspek demografi, pendidikan dan kesehatan. Dalam aspek demografi, analisis dilakukan terhadap data jumlah, dan
pertumbuhan penduduk, kepadatan, angka kelahiran – kematian, dan rasio ketergantungan. Dalam aspek pendidikan beberapa hal yang akan dicermati
meliputi angka melek huruf, angka partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan, rasio murid-guru, rasio murid-sekolah, persentase jumlah pendududk
dengan penduduk dengan pendidikan tinggi, dan persentase penduduk lulus SD dengan tidak lulus SD. Aspek kesehatan meliputi tingkat kematian bayi, jumlah
penduduk-puskesmas, dan rasio balita-posyandu.
7.3.2.2 Sub Model Pemusatan Ekonomi Wilayah.
Pemusatan aktivitas pertanian dilakukan dengan analisis Location Quotient
LQ terhadap produksi beberapa komoditi tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Probolinggo. Interpretasi hasil analisis LQ adalah
sebagai berikut:
a. Apabila nilai LQ
ij
b. Apabila nilai LQ 1, hal ini menunjukkan bahwa terjadi konsentrasi suatu
aktivitas atau pemusatan di sub wilayah ke-i kecamatan secara relatif dibandingkan dengan total wilayah kabupaten
ij
c. Apabilai nilai LQ =1, hal ini menunjukkan bahwa wilayah ke-i
kecamatan mempunyai pangsa aktivitas setara dengan pangsa total
ij
1, hal ini menunjukkan sub wilayah tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas yang
secara umum ditemukan di seluruh wilayah.
82
Nilai LQ diketahui dengan rumus sebagai berikut Budiharsono, 1995:
Dimana: LQ = Nilai LQ untuk aktivitas ke-j di wilayah ke-i
Xij = Derajat aktivitas ke-j pada wilayah ke-i
Xi. = Derajat aktivitas total pada wilayah ke-i
X.. = Derajat aktivitas total wilayah
X.j = Derajat aktivitas ke-j pada total wilayah
i = Wilayahkecamatan yang diteliti
j = Aktivitas ekonomi yang dilakukan
7.3.2.3 Sub Model Potensi Sumberdaya Wilayah.
Peringkat kecamatan disusun urutannya berdasarkan jumlah total fasilitas yang dimiliki baik dari jumlah jenis maupun jumlah unit fasilitas pada masing-
masing wilayah tersebut. Nilai yang digunakan dalam analisis komponen utama dari variabel sumberdaya buatan ini adalah nilai indeks fasilitas yang dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut Budiharsono 1995:
Dimana: IFj
= Indeks fasilitas pada wilayah ke-j Fij
= Jumlah fasilitas ke-I pada wilayah ke-j bj
= Jumlah total fasilitas di wilayah ke-j ai
= Jumlah lkecamatan yang memiliki fasilitas m
= Jenis fasilitas yang ada N
= Jumlah kecamatan secara keseluruhan
7.3.3 Model Seleksi Agroindustri Prospektif.
Seleksi produk tanaman pangan dan hortikultura prospektif dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dihasilkan agroindustri
tanaman pangan dan hortikultura yang prospektif. Metode yang digunakan untuk ..
.
.
X X
X X
LQ
j i
ij ij
=
∑
=
× =
m i
i j
ij j
N a
b F
IF
1