77 tingkat ketimpangan distribusi pendapatan, transformasi struktural, potensi
sumberdaya alam, manusia, buatan, dan sosial, dan pemusatan ekonomi wilayah
7.2.2.3 Basis data seleksi agroindustri dengan produk prospektif.
Data kriteria faktor penentu agroindustri prospektif meliputi peluang pasar, kemampuan teknologi, nilai tambah produk, dampak sosial ekonomi
masyarakat dan kelayakan keuanganfinansial.
7.2.2.4 Basis data penentuan pola kerjasama dan kelembagaan.
Data kriteria faktor penentu pola kerjasama dan kelembagaan meliputi budaya masyarakat, kebutuhan masyarakat, dan biaya transformasi ekonomi.
Menurut Pranadji 2003, Kebutuhan masyarakat dikaitkan dengan kebutuhan terhadap pengembangan dan adopsi teknologi, kebutuhan terhadap kegiatan
ekonomi, kegiatan sosial pengurangan kesenjangan lapangan kerja, peluang berusaha, dan pemerataan pendapatan, kebutuhan akan kegiatan hukum dan
politik, serta kebutuhan akan ekolosistem dan sumberdaya. Menurut Haris 2006, biaya transformasi ekonomi terdiri dari biaya informasi, biaya negoisasi
dan biaya penegakan aturan.
7.2.2.5 Basis data penyediaan sarana dan prasarana.
Data kriteria faktor penentu penyediaan sarana dan prasarana meliputi topografi bukit, lembah, gunung, geologi tanah dan batuan, sistem drainase
persawahan dan pemukiman, meteorologi atau iklim, potensi material batuan dan pasir, lingkungan hidup dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Data
dilengkapi dengan peta jaringan jalan dan sungai, peta land use, dan peta tanah
sub wilayah pengembangan Kabupaten.
7.2.3 Sistem Akuisisi Pengetahuan
Akuisisi pengetahuan merupakan suatu objek utama analisis dari pengembangan paket program SPK Intelijen Agropolitan yang keberadaannya
didukung oleh sistem pengetahuan dasar yang berupa pendefinisian unsur modelisasi masalah dan struktur dasar formalisasi penyajian untuk
78 menginterpretasikan data masukan informasi dari pemakai dan memecahkan
masalah penyajian informasi ke pemakai menurut tingkat kompleksitasnya. Sistem akuisisi pengetahuan dalam SPK Intelijen Agropolitan digunakan untuk
menentukan mekanisme perencanaan tata ruang dan wilayah agropolitan dan mekanisme penerimaan kinerja agopolitan.
Pengetahuan diperoleh melalui wawancara terhadap para pakar. Daftar pakar dapat dilihat pada Lampiran Teknik wawancara berupa observasi, diskusi
masalah, diskripsi masalah, analisis permasalahan, tatacara perbaikan, tata cara pengujian, dan tata cara validasi. Dari akuisisi pengetahuan maka diperoleh
kriteria dan bobotnya dalam setiap model pada SPK Intelijen Agropolitan.
7.2.4 Mesin inferensi
Mesin inferensi adalah bagian yang memanipulasi dan mengarahkan pengetahuan, model dan fakta yang disimpan pada basis pengetahuan dalam
rangka mencapai solusi atau kesimpulan. Tugas utama dari mesin inferensi adalah menguji fakta dan kaidah serta menambah fakta baru jika memungkinkan
serta memutuskan perintah sesuai dengan hasil penalaran yang telah dilaksanakan. Terdapat dua strategi dalam mesin inferensi, yaitu strategi penalaran dan strategi
pengendalian.
7.3 Sistem Manajemen Basis Model
Sistem Manajemen Basis Model terdiri dari lima model yaitu: 1 model seleksi komoditi tanaman pangan dan hortikultura unggulan, 2 model penentuan
pusat agropolitan, 3 model seleksi agroindustri prospektif, 4 model penentuan pola kerjasama dan kelembagaan, dan 5 model penentuan sarana dan prasarana.
7.3.1 Model Seleksi Komoditi Unggulan.
Seleksi komoditi unggulan dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dihasilkan komoditi tanaman pangan dan hortikultura yang
diunggulkan dan selanjutnya ditentukan wilayah sentra produksinya. Metode yang digunakan untuk pembobotan kriteria dan pembobotan prioritas komoditi adalah