Penetapan sektor unggulan Penyiapan Master Plan

9.1.2 Desain Agroindustri

Penyusunan rencana kerja dan kelayakan pendirian agroindustri merupakan tahapan selanjutnya dalam pengembangan agropolitan berbasis agroindustri. Agroindustri berperan penting dalam menjaga kesinambungan kawasan agropolitan. Agroindustri berperan dalam peningkatan nilai tambah komoditi pertanian, yang kemudian akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat khusunya masyarakat petani. Pengembangan kawasan agropolitan dilakukan dengan peningkatan luas lahan dan peningkatan produktivitas pada kawasan yang memiliki potensi jagung yang tinggi. Berdasarkan perluasan lahan dan peningkatan produktivitas lahan tersebut, maka diperoleh rencana produksi jagung sekitar 421.740 ton per tahun seperti pada Tabel 32. di atas. Pada saat ini, penggunaan jagung di Probolinggo adalah 10 persen 24.000 ton untuk pangan dan sisanya untuk pakan 216.000 ton. Rencana penggunaan komoditi jagung di kawasan agropolitan adalah 40 persen pangan dan pakan 168.696 ton dan sisanya 60 persen untuk bahan baku industri bioetanol 265.282 ton. Dengan jumlah jagung sebagai bahan baku etanol 253.044 ton per tahun, maka dapat didirikan industri bioetanol yang berkapasitas 30 juta galon per tahun. Kekurangan sumber bahan baku pakan 60.000 ton dapat disubstitusi oleh produk samping industri bioetanol Distiller Dried Grains and Solubles DDGS. DDGS merupakan sumber bahan baku pakan baru yang produksinya meningkat di Amerika Serikat akibat peningkatan produksi alkohol Shurson et al., 2005. DDGS banyak digunakan sebagai pakan sapi perah maupun sapi pedaging, bahkan dalam bentuk basah wet DDGS, terutama di kawasan peternakan sapi yang dekat dengan pabrik. Meningkatnya jumlah pabrik etanol akhir-akhir ini mengakibatkan pasokan DDGS meningkat tajam dan diekspor dalam bentuk kering. Beberapa negara di Asia, Eropa, Meksiko, dan Kanada mulai memanfaatkan DDGS untuk pakan babi, unggas, dan ikan Tangendjaja dan Wina, 2008. Satu bushel jagung dapat menghasilkan 16,25 ponds DDGS Missisipi State University, 2003. Hal ini berarti dengan Kapasitas pabrik bioetanol 30 juta galon per tahun maka dapat dihasilkan 546.261 ton DDGS per tahun 1 bu = 3,5239 liter; 56 lb corn 15,5 moisture = 25.4012 kg; 1 galon = 3,7854 liter. Pendirian agroindustri dapat memperluas kesempatan, memberdayakan produksi dalam negeri, pengembangan sektor ekonomi lainnya, serta perbaikan perekonomian masyarakat di perdesaan melalui pengurangan kemiskinan. Peran Agroindustri dalam mengurangi kemiskinan dapat bersifat langsung dan tidak langsung. Secara langsung pembangunan sektor agroindustri dan sektor pertaian akan meningkatkan produktivitas pertanian melalui penigkatan produktivitas faktor. Peningkatan produktivitas pertanian akan meningkatkan pendapatan petani dan lebih lanjut akan menurunkan kemiskinan. Sedangkan peran secara tidak langsung adalah melalui sektor nonpertanian. Pembangunan agroindustri pada awalnya akan mempengaruhi pertumbuhan sektor pertanian dan melalui keterkaitan sektor akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara agregat dan selanjutnya akan mempengaruhi kemiskinan Simatupang Purwoto 1990; Rusastra et al. 2005; Susilowati et al. 2007.

9.1.3 Pengelolaan dan Kelembagaan Kawasan Agropolitan.

Pengelolaan kawasan agropolitan di Kabupaten Probolinggo melalui kelembagaan integrasi vertikal yang dapat dalam bentuk BadanUnit Pengelola Kawasan Agropolitan. Badan Pengelola sebaiknya bertanggungjawab kepada pemerintahan dan dikelola oleh tenaga profesional. Tugas Badan Unit Pengelola Kawasan Agropolitan antara lain: a. Mempersiapkan master plan Pengembangan Kawasan Agropolitan b. Mensinkronkan, mensinergikan semua programproyek dan investasi yang masuk kedalarn kawasan agropolitan c. Mengkoordinasikan para penyuluh dan pendamping lapangan. d. Menyampaikan permasalahan untuk dipecahkan oleh instansi terkait. e. Membuat laporan berkala dan insidentil kepada pemerintah. Dukungan kelembagaan pengelola pengembangan kawasan agropolitan yang merupakan bagian dari Pemerintah Daerah dengan fasilitasi Pemerintah Pusat. Fasilitas instansi terkait di tingkat kawasan sebaiknya terkoordinasi dalam wadah BadanUnit Pengelola Kawasan Agropolitan. Penanggungjawab fasifitas