Dari Tabel 20 diketahui bahwa Amerika Serikat dan Brazil merupakan dua negara produsen Etanol terbesar di dunia. Sejarah penggunaan bio-etanol di
Amerika Serikat AS ditandai dengan penandatanganan Energy Policy Act pada bulan Agustus 2005 yang meliputi Renewable Fuel Standard. Kebijakan tersebut
memberikan amanat ”a 7,5 billion galon renewable fuel mandate, by 2012”. Pada Tabel 20 disajikan produksi etanol setiap negara pada tahun 2004 hingga 2006.
Indonesia sebagai salah satu produsen etanol menghasilkan kira-kira 45 juta galon per tahunnya tahun 2004 -2006.
Tabel 20 Produksi etanol beberapa negara di dunia juta galon Negara
2004 2005
2006 Negara
2004 2005
2006
Brazil 3,989
4,227 4,491 Italy
40 40
43 U.S.
3,535 4.264
4,855 Australia 33
33 39
China 964
1,004 1,017 Japan
31 30
30 India
462 449
502 Pakistan 26
24 24
France 219
240 251 Sweden
26 29
30 Russia
198 198
171 Philippines 22
22 22
South Africa 110
103 102 South Korea
22 17
16 U.K.
106 92
74 Guatemala 17
17 21
Saudi Arabia 79
32 52 Cuba
16 12
12 Spain
79 93
122 Ecuador 12
14 12
Thailand 74
79 93 Mexico
9 12
13 Germany
71 114
202 Nicaragua 8
7 8
Ukraine 66
65 71 Mauritius
6 3
2 Canada
61 61
153 Zimbabwe 6
5 7
Poland 53
58 66 Kenya
3 4
5 Indonesia
44 45
45 Swaziland 3
3 5
Argentina 42
44 45 Others
338 710
270
Total 10,770 12,150 13,489
Sumber: Renewable Fuels Association, Industry Statistics, 2007 http:www.ethanolrfa.orgindustrystatisticsE
8.3.2 Penggunaan Jagung sebagai Bahan Baku Etanol
Lima tahun ke depan industri etanol akan mengambil sekitar 50 juta ton jagung untuk produksi etanol dari total produksi jagung sebanyak 250 juta ton. AS
juga telah memilih jagung untuk bahan baku produksi etanol setelah kajian dari Departemen Pertanian AS USDA yang terbaru dikeluarkan pada bulan Maret
2007. Menurut USDA, molase dan gula bukan bahan baku yang efisien untuk
produksi etanol bagi pabrik etanol di AS. USDA juga menyebutkan, peningkatan penggunaan jagung untuk etanol meningkat sebesar 35 persen dibandingkan tahun
lalu. Sebanyak 90 persen dari produksi etanol di AS dihasilkan dari bahan baku jagung dan 10 persen dari gandum. Hampir 90 persen etanol digunakan sebagai
bahan bakar. Penggunaan Jagung untuk bahan baku etonol di AS dapat dilihat pada Gambar 27.
Gambar 27 Penggunaan jagung sebagai bahan baku etanol di AS dalam juta Ton USDA di dalam www.earth-policy.org, 2007
Peningkatan penggunaan jagung sebagai bahan baku etanol menyebabkan harga jagung dunia melonjak. Hasil penelitian di Amerika Serikat yang
menyatakan bahwa produksi etanol berbahan dasar jagung lebih ekonomis dibandingkan etanol berbahan dasar gula membuat jagung dicari orang. Lonjakan
harga tersebut terlihat jelas. Pada Agustus 2006 harga jagung tercatat 135 dollar AS per ton. Pertengahan Januari 2007 naik menjadi 230 dollar AS per ton.
8.3.3 Produksi Etanol Indonesia
Sejak lima tahun terakhir Indonesia mengalami penurunan produksi minyak nasional yang disebabkan menurunnya secara alamiah natural decline
cadangan minyak pada sumur-sumur yang berproduksi. Di lain pihak, pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan sarana transportasi
dan aktivitas industri yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi Bahan Bakar Minyak BBM nasional. Untuk memenuhi kebutuhan BBM
tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Menurut Ditjen Migas 2005,
impor BBM terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 106,9 juta barrel pada 2002 menjadi 116,2 juta barrel pada 2003 dan 154,4 juta barrel pada
2004. Dilihat dari jenis BBM yang diimpor, minyak solar ADO merupakan volume impor terbesar setiap tahunnya. Pada 2002, impor BBM jenis ini
mencapai 60,6 juta barrel atau 56,7 dari total, kemudian meningkat menjadi 61,1 juta barrel pada 2003 dan 77,6 juta barrel pada 2004.
Besarnya ketergantungan Indonesia pada BBM impor semakin memberatkan pemerintah ketika harga minyak dunia terus meningkat yang
mencapai di atas US 70 per barrel pada Agustus 2005, karena semakin besarnya subsidi yang harus diberikan pemerintah terhadap harga BBM nasional.
Pemerintah akhirnya memutuskan untuk mengurangi subsidi BBM yang berakibat pada meningkatnya harga BBM nasional yang dilakukan dalam 2 tahap yaitu pada
bulan Maret dan Oktober 2005. Ini berakibat pada penurunan konsumsi BBM yang cukup signifikan. Menurut catatan Pertamina, total konsumsi harian BBM
menurun sebesar 27 paska kenaikan BBM tanggal 1 Oktober 2005 yaitu dari 191,0 ribu kiloliter per hari menjadi 139,8 ribu kiloliter per hari. Solar mengalami
penurunan sebesar 30,3 dari 77,0 ribu kiloliter per hari menjadi 53,6 ribu kiloliter per hari. Konsumsi premium menurun cukup tajam sebesar 36,8 dari
53,4 ribu kiloliter per hari menjadi 33,7 kiloliter per hari. Penyebab utama penurunan konsumsi ini diduga karena turunnya daya beli masyarakat dan
semakin selektifnya masyarakat memilih aktivitas harian untuk menghemat pemakaian BBM Shintawaty 2006.
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral memperkirakan, konsumsi premium nasional bakal mencapai 38,27-miliar liter dan lebih dari 20 diimpor.
Untuk pengganti premium, terdapat alternatif gasohol yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol. Bioetanol bersumber dari karbohidrat yang potensial
sebagai bahan baku seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, sagu, dan tebu. Setelah melalui proses fermentasi, dihasilkanlah etanol. Menurut penelitian BPPT,
tanaman jagung merupakan unggulan untuk bahan utama bioetanol karena selain dari segi ekonomis tergolong murah, jumlah hasil bioetanol yang dihasilkan
jagung ternyata lebih besar di antara tanaman lain seperti ubi kayu, ubi jalar, sagu dan tebu. Jagung seberat 1 ton dapat menghasilkan 400 liter bioetanol sementara