67 adalah sebagai berikut: 1 tahap perencanaan, 2 tahap penelitian, 3 tahap
analisis, 4 tahap rekayasa konstruksi, dan 5 tahap desain, 6 tahap implementasi, dan 7 tahap pemeliharaan.
6.3.1 Tahap Perencanaan
Perencanaan pada dasarnya berkaitan dengan need assessment dan diagnosa masalah. Dalam proses perencanaan, ditentukan tujuan Sistem
Pengambilan Keputusan SPK intelijen serta keputusan-keputusan kunci key decision
yang akan digunakan dalam SPK intelijen.
6.3.2 Tahap Penelitian dan Analisis Data
Tahap ini melibatkan identifikasi pendekatan yang relevan untuk mengetahui kebutuhan pemakai dan ketersediaan sumber daya perangkat keras,
perangkat lunak, vendor, sistem, studi-studi dan pengalaman yang berkaitan dengan organisasi lain, dan menelaah riset yang relevan. Pada tahap analisis
ditentukan pendekatan terbaik dan sumberdaya spesifik yang diperlukan dalam pelaksanaan sistem, meliputi sumberdaya teknis, staf keuangan dan organisasi.
6.3.3 Tahap Konstruksi
Tahap konstruksi adalah tahapan yang merancang konfigurasi model- model pengambilan keputusan, jenis-jenis database, basis pengetahuan dan dialog
user interface sebagai komponen dari sistem pendukung keputusan intelijen
intelligent decision support sistem. 6.3.4 Tahap Desain
Spesifikasi detail dari komponen sistem, struktur dan fitur ditentukan dalam tahap ini. Proses desain dibagi dalam bagian-bagian yang berhubungan
erat dengan komponen utama SPK intelijen, yaitu sub sistem manajemen basis data, sub sistem manajemen basis model, sub sistem akuisisi pengetahuan, mesin
inferensi, dan sub sistem dialog. Dalam proses ini dipilih sarana dan pembangkit perangkat lunak seperti manajemen basis data dan grafik yang digunakan.
68
6.3.5 Tahap Validasi dan Implementasi Sistem
Validasi operasional sistem merupakan tahapan dari pengembangan sistem yang melakukan pengujian model dengan menggunakan data empiris dan
operasional. Validasi operasional merupakan langkah perbaikan dan penyempurnaan model dan sistem yang dikembangkan Simatupang 1994;
Sargent 2007. Pada akhir tahap konstruksi, sistem telah siap untuk diterapkan dalam dunia nyata. Dalam tahap implementasi, beberapa kegiatan perlu dilakukan
dalam waktu yang bersamaan sebagai berikut: a.
Pengujian data mengenai kinerja sistem dikumpulkan dan dibandingkan dengan spesifikasi desainnya.
b. Evaluasi, sistem dievaluasi untuk melihat sejauh mana sistem dapat
memenuhi keinginan pengguna. Testing dan evaluasi pada umumnya menciptakan perubahan dalam desain dan konstruksi. Proses ini
merupakan proses yang berulang kali siklus. c.
Demonstrasi kemampuan sistem yang telah beroperasi penuh kepada pengguna merupakan tahap yang penting. Dengan demonstrasi,
diharapkan pengguna dapat dengan baik menerima sistem. d.
Penyebaran sistem yang telah beroperasi penuh kepada seluruh anggota dalam komunitas pengguna.
6.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan dengan metode studi pustaka dan survei lapangan. Survei lapangan ditujukan untuk memperoleh data primer
dengan cara observasi, wawancara dan pengisian kuesioner. Survey pada penelitian ini berorientasi terhadap pengumpulan pengetahuan knowledge
acquisition atau domain keahlian tertentu dari pakar dan pihak terkait dengan
penelitian ini. Hal ini sesuai dengan kaidah yang dianut dalam pengembangan sistem pakar yang merupakan bagian dari SPK intelijen yang direkayasa. Pakar
yang dilibatkan dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: 1 Pakar yang menyelesaikan pendidikan formal S2S3 pada bidang yang dikaji, 2 pakar yang
berpengalaman pada bidang yang dikaji, tetapi memiliki pendidikan formal di bidang lain, 3 pakar yang berpendidikan formal dan berpengalaman pada bidang
69 yang dikaji, dan 4 pakar yang berasal dari praktisi di dalam kehidupan sehari-hari
kaya akan pengalaman empiris. Tahap pengumpulan dan pengolahan data dilakukan untuk memvalidasi
sistem yang telah dikembangkan sehingga dapat ditentukan pusat agroplitan, komoditi unggulan dan sentra produksinya, produk prospektif berdasarkan
potensi pasar, teknologi, nilai tambah dan kelayakan finansialnya, dan kemudian ditentukan pula sarana prasarana serta pola kerjasama atau kelembagaan yang
dapat menunjang pengembangan agropolitan. Tahapan pengumpulan dan pengolahan data dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17 Diagram alir tahapan pengolahan data
6.4.1 Penentuan Komoditi Tanaman Pangan dan Hortikultura Unggulan
Pemilihan komoditi unggulan dilakukan terhadap komoditi-komoditi tanaman pangan dan hortikultura dengan menggunakan metode Multi Expert-
Multi Criteria Decision Making ME-MCDM. Seleksi komoditi unggulan
dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dihasilkan
Tidak Ya
MULAI
Pengklasteran Wilayah Agropolitan
Alat Analisis: Clustering Analysis Layak
Penentuan Komoditi Tanaman Pangan Horti Unggulan
Alat Analisis: IPE satu peubah
Penentuan Prasarana
Alat Analisis: IPE dua peubah
Penentuan Pola Kelembagaan
Alat Analisis: Analytical Network Process
Penentuan Produk Agroindustri Prospektif
Alat Analisis: Analytical Network Process ANP
Penentuan Pusat Agropolitan Wilayah Pendukungnya
Alat Analisis: Sistem Pakar
Perancangan Agroindustri Prospektif
Alat Analisis: forecasting, NPV, IRR, BC
SELESAI
70 komoditi yang diunggulkan dan selanjutnya ditentukan wilayah sentra
produksinya. ME-MCDM model Multi Expert-Multi Criteria Decision Making ME-
MCDM untk pengambilan keputusan dengan banyak kriteria secara berkelompok menggunakan penilaian non-numeric atau linguistic label. Teknik evaluasi
pilihan bebas Independent Preference EvaluationIPE merupakan salah satu cara untuk pengambilan keputusan dengan kaidah teori gugus tidak pasti fuzzy set
theory . Teknik tersebut untuk mengevaluasi kesukaan atau pilihan yang dapat
ditempuh dengan metode perhitungan non-numerik. Langkah-langkah perhitungan dapat dilihat pada Bab 4 Pendekatan Sistem.
6.4.2 Penentuan Pusat Agropolitan dan Wilayah Pendukungnya
Model Penentuan Pusat Agropolitan menggunakan Clustering Analysis. Cluster analysis
merupakan analisis variabel ganda yang dipergunakan untuk mengelompokkan n objek dalam hal ini kecamatan menjadi m gerombol
sehingga m n. Kecamatan-kecamatan dalam gerombol yang sama akan
memiliki keragaman yang lebih homogen apabila dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan dalam gerombol yang berlainan.
Analisis gerombol dilakukan berdasarkan jarak antar skor total, sehingga kecamatan-kecamatan yang berada dalam cluster memiliki karateristik yang
berdekatan. Analisis ini dipergunakan untuk mengelompokkan wilayah-wilayah berdasarkan data tingkat perkembangan dan kinerja perekonomian dan non
perekonoian wilayah, tingkat ketimpangan distribusi pendapatan, transformasi struktur, dan potensi sumberdaya wilayah. Dari hasil analisis ini, seluruh
kecamatan yang ada di kabupaten Probolinggo dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang dapat diketahui keunggulan masing-masing kelompok, sehingga
dapat diketahui kalster mana yang terbaik dan kemudian dijadikan sebagai pusat agropolitan.
6.4.2.1 Analisis Tingkat Perkembangan Aspek Non Ekonomi
Analisis perkembangan aspek non ekonomi dilakukan terhadap beberapa variabel dalam aspek sosial dan lingkungan. Indikator-indikator yang digunakan
71 untuk mengetahui tingkat perkembangan wilayah dalam aspek sosial meliputi
kependudukan, pendidikan dan kesehatan.
6.4.2.2 Analisis Pemusatan Ekonomi Wilayah
Location quotient merupakan metode analisis yang umum digunakan
dalam ekonomi geografi. Analisis ini digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatan aktyivitas dan mengetahui kapasitas ekspor perekonomian wilayah
serta kecukupan barangjasa dari produksi lokal suatu wilayah. Nilai LQ merupakan indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktivitas
tertentu dengan pangsa total aktivitas tersebut dalam total aktivitas wilayah atau dapat dikatakan LQ didefinisikan sebagai rasio persentase aktivitas pada sub
wilayah terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Asumsi yang digunakan dalam analisis LQ adalah sebagai berikut: 1 kondisi
geografis relatif seragam, 2 aktivitas bersifat seragam, dan 3 setiap aktivitas menghasilkan produk yang seragam. Rumus perhitungan LQ dapat dilihat pada
Bab 7 Rekayasa Sistem.
6.4.2.3 Analisis Potensi Sumberdaya Wilayah
Metode skalogram dipakai untuk menganalisis hirarki pusat-pusat pelayanan berdasarkan ketersediaan infrastruktur atau fasilitas-fasilitas pelayanan
yang dimiliki. Asumsi yang digunakan adalah bahwa wilayah yang memiliki rangking tertinggi adalah lokasi yang dapat menjadi pusat pelayanan.
Berdasarkan analisis ini dapat ditentukan prioritas pengadaan sarana dan prasarana si setiap unit wilayah yang dianalisis. Indikator yang digunakan dalam
analisis skalogram adalah jumlah penduduk, jumlah jenis, jumlah unit serta
kualitas fasilitas pelayanan yang dimiliki masing-masing kecamatan.
6.4.3 Pemilihan Agroindustri Prospektif
Pemilihan dan perancangan agroindustri yang menghasilkan produk prospektif dilakukan berdasarkan aspek pemasaran, aspek teknologi, peningkatan
nilai tambah, aspek finansial, dan dampak sosial ekonomi masyarakat. Pemilihan agroindustri prospektif dilakukan agar investasi yang direncanakan dapat berjalan