50 Pada penelitian ini metode ME-MCDM digunakan pada Sistem
Pengembangan Agropolitan Berbasis Agroindustri dalam model pemilihan komoditi unggulan dan model pemilihan sarana dan prasarana. Model pemilihan
komoditi unggulan menggunakan lima orang pakar sebagi sumber data, sedangkan pada model pemilihan sarana prasarana menggunakan tiga orang
pakar. Untuk lebih jelasnya diagram alir model pemilihan komoditi dan model pemilihan sarana prasarana dapat dilihat pada Bab 7 Rekayasa Sistem.
4.4.2 Analytical Network Process ANP
Pendekatan ANP Analytical Network Process banyak diabaikan dibandingkan dengan pendekatan AHP Analytical Hierarchy Process yang
berstruktur linear dan tidak mengakomodasikan adanya feedback. Hal ini dikarenakan AHP relatif lebih sederhana dan mudah untuk diterapkan, sedangkan
ANP lebih luas dan dalam dan sesuai untuk diterapkan pada pengambilank eputusan yang rumit serta kompleks serta memerlukan berbagai variasi intertaksi
dan ketergantungan. Metode ANP berguna pada perusahaan besar atau sektor publik yang memerlukan pengambilan keputusan dalam jumlah informasi,
interaksi serta feedback yang banyak dan memiliki tingkat kompleksitas tinggi. Sebagai metode pengembangan dari metode AHP, ANP masih menggunakan cara
Pairwise Comparison Judgement Matrices PCJM antar elemen yang sejenis.
Perbandingan berpasangan dalam ANP dilakukan antar elemen dalam komponenkluster untuk setiap interaksi dalam network.
Saaty 1996 dan Saaty 2001, menyatakan bahwa jaringan umpan balik adalah struktur dalam memecahkan masalah yang tidak dapat disusun dengan
menggunakan struktur hirarki. Jaringan umpan balik terdiri dari interaksi dan ketergantungan antara elemen pada level yang lebih rendah. Struktur umpan balik
tidak mempunyai bentuk linier dari atas ke bawah, tetepai nampak seperti sebuah jaringan siklus pada masing-masing klaster dari setiap elemen serta dapat
berbentuk looping pada klaster itu sendiri. Bentuk ini tidak dapat disebut sebagai level. Umpan balik juga mempunyai sumber source dan tumpahan sink. Titik
sumber menunjukkan asal dari jalur kepentingan dan tidak pernah dijadikan tujuan dari jalur kepentingan lain, sedangkan titik tumpahan adalah titik yang
51 menjadi tujuan dari jalur kepentingan dan tidak pernah menjadi asal untuk
kepentingan lain. Sebuah jaringan yang utuh terdiri dari titik sumber source node, titik
antara intermediate node yang berasal dari titik asal source node, titik siklus, atau sebuah jalur yang menuju pada titik tumpahan sink node, dan bagian akhir
adalah titik tumpahan itu sendiri sink node. Struktur ANP terdiri atas ketergantungan antar elemen dari komponen dalam inner dependence dan dari
ketergantungan antar elemen dari komponen luar outer dependence seperti ditampilkan pada Gambar 9. Adanya jaringan network dalam suatu PJA
dimungkinkan dapat merepresentasikan beberapa masalah tanpa terfokus pada awal dan kelanjutan akhir seperti pada AHP.
Gambar 9 Struktur jaringan umpan balik dalam ANP Saaty, 2004
Supermatriks ANP akan secara otomatis menghasilkan bobot yang tepat bagi kriteria dan alternatif jika data yang digunakan adalah vektor prioritas pada
supermatriks. Hal ini merupakan cara yang sederhana karena tidak membutuhkan pemikiran per bagian pada pengguna. Hanya mengetahui data dan supermatriks
akan menghasilkan prioritas pada setiap titik pada model Saaty 2004. Menurut Azis 2004, dengan umpan balik, alternatif bukan hanya dapat
tergantung pada kriteria tetapi juga dapat tergantung antara satu alternatif dengan alternatif lainnya. Kriteria itu sendiri dapat tergantung pada alternatif dan yang
lainnya. Untuk merepresentasikan feedback pada ANP maka diperlukan matriks
Komponen sumber
Komponen antara
wilayah antara
Komponen tumpahan
Komponen tumpahan wilayah
penyerapan Komponen sumber
lingkaran umpan balik
52 yang besar yang disebut sebagai supermatrix yang terdiri dari beberapa sub
matriks.
5 AGROPOLITAN BERBASIS AGROINDUSTRI
Keberlangsungan kawasan agropolitan sangat dipengaruhi oleh seberapa besar stakeholder dapat menikmati nilai tambah dalam pengembangan kawasan
agropolitan. Mempelajari pengalaman dari beberapa negara Asia yang menerapkan beberapa pola kawasan pertanian, tampak bahwa keberlangsungan
sustainability dari suatu agropolitan sangat tergantung dari nilai tambah yang dapat ditumbuhkannya. Semakin besar nilai tambah yang dihasilkan maka
semakin langgeng pula implementasinya. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis UU No.26 tahun 2007 tentang penataan ruang. Berdasarkan definisi
pada undang-undang tersebut belum terdapat penekanan tentang adanya agroindustri pada kawasan agropolitan.
Nilai tambah yang besar salah satunya dapat diwujudkan dengan adanya agroindustri. Agroindustri, merupakan kegiatan yang dapat menjamin
pemanfaatan hasil pertanian secara optimal dengan memberikan nilai tambah yang tinggi melalui upaya pemanfaatan, pengembangan, penguasaan teknologi dan
bioteknologi. Sebagai salah satu sub sistem dalam agribisnis, agroindustri memiliki potensi yang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan pendapatan masyarakat, menyerap tenaga kerja, dan meningkakan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta mempercepat pembangunan
daerah.
5.1 Kerangka Pemikiran Konsep Agropolitan Berbasis Agroindustri
Konsep pembangunan kawasan pertanian yang mengintegrasikan sub-sub sistem agribisnis menjadi suatu sistem dan usaha agribisnis yang tangguh, berdaya
saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan desentralistis merupakan konsep yang terus berkembang dan disempurnakan hingga dasawarsa terakhir ini. Konsep