Tabel 24 Skenario Perubahan Kapasitas Industri Etanol
No Kapasitas
Pabrik Galonth
Kapasitas Pabrik
literth Kebutuhan
Jagung tonth Kebutuhan
Lahan Hath Kebutuh an
Bahan Baku NPV
Milyar Rupiah
1 10,000,000
37,854,110 87,064.453
23,530.933 37.854
56,615 2
20,000,000 75,708,220
174,128.906 47,061.866
75.708 131,445
3 30,000,000
113,562,330 261,193.359
70,592.800 113.562
202,034 4
40,000,000 151,416,440
348,257.812 94,123.733
151.416 261,326
Rata-rata produktivitas jagung di Kab Prob =3.7tonhath Rata-rata produksi jagung Kab Prob= 230.000 tonth
Dapat diketahui pada Tabel 24 bahwa NPV masih positif untuk keempat skenario kapasitas industri tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pabrik layak
untuk didirikan pada kapasitas 10 juta galon, 20 juta galon, 30 juta galon dan 40
juta galon per tahun. Berdasarkan kapasitas tersebut, maka dapat ditentukan kebutuhan bahan baku jagung dan kebutuhan lahan untuk produksi jagung. Hal
inilah yang kemudian menjadi dasar pengembangan kawasan agropolitan selanjutnya.
Tabel 24 Skenario Perubahan Kapasitas Industri Etanol
No Kapasitas
Pabrik Galonth
Kapasitas Pabrik
literth Kebutuhan
Jagung tonth Kebutuhan
Lahan Hath Kebutuh an
Bahan Baku NPV
Milyar Rupiah
1 10,000,000
37,854,110 87,064.453
23,530.933 37.854
56,615 2
20,000,000 75,708,220
174,128.906 47,061.866
75.708 131,445
3 30,000,000
113,562,330 261,193.359
70,592.800 113.562
202,034 4
40,000,000 151,416,440
348,257.812 94,123.733
151.416 261,326
Rata-rata produktivitas jagung di Kab Prob =3.7tonhath Rata-rata produksi jagung Kab Prob= 230.000 tonth
Dapat diketahui pada Tabel 24 bahwa NPV masih positif untuk keempat skenario kapasitas industri tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pabrik layak
untuk didirikan pada kapasitas 10 juta galon, 20 juta galon, 30 juta galon dan 40
juta galon per tahun. Berdasarkan kapasitas tersebut, maka dapat ditentukan kebutuhan bahan baku jagung dan kebutuhan lahan untuk produksi jagung. Hal
inilah yang kemudian menjadi dasar pengembangan kawasan agropolitan selanjutnya.
8.4 Model Penentuan Pusat dan Wilayah Pendukung Agropolitan 8.4.1 Pengklasteran Wilayah
Pengklasteran wilayah dilakukan untuk mengelompokkan kecamatan- kecamatan yang memiliki potensi sumberdaya wilayah yang serupa. Potensi
sumberdaya wilayah terdiri dari potensi sumberdaya manusia, potensi sumberdaya buatan dan sosial, potensi sumberdaya pertanian, serta potensi sumberdaya
industri. Data potensi Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada Lampiran 6 sampai 9, sedangkan hasil analisis klaster berupa mean klaster, jarak antar klaster
dan analisis varian dapat dilihat pada Lampiran 13.
8.4.1.1 Potensi Sumberdaya Manusia
Potensi sumberdaya manusia diketahui dari data yang berhubungan dengan potensi sumberdaya manusia dalam variabel demografi, pendidikan dan
kesehatan. Data sumberdaya manusia di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada Lampiran 6, Konfigurasi spasial potensi sumberdaya manusia Kabupaten
Probolinggo dapat dilihat pada Gambar 32.
Gambar 32 Konfigurasi spasial potensi sumberdaya manusia Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan data potensi sumberdaya manusia yang diolah dalam model klaster wilayah maka diperoleh pengklasteran wilayah sebagai berikut:
Klaster 1 : Bantaran, Tegalsiwalan, Kota Anyar, Wonometo, Tongas. Klaster 2 : Banyuanyar, Paiton, Besuk, Krejengan, Maron, Gending.
Klaster 3 : Leces, Kraksaan, Pajarakan, Dringu, Sumberasih. Klaster 4 : Kuripan, Tiris, Gading, Pakuniran, Lumbang.
Klaster 5 : Sukapura, Sumber, Krucil. Setiap klaster memiliki kesamaan karakteristik pada persentase
pengunjung posyandu dan persentase tidak tamat sekolah, tetapi memiliki perbedaan karakteristik sebagai berikut:
Klaster 1
Klaster 2
Klaster 3
Klaster 4
Klaster 5 :
:
:
:
: Pertumbuhan penduduk, rasio muridguru Sekolah Dasar SD dan
tidak tamat SD paling tinggi; rasio laki-lakiperempuan paling rendah, persentase tamat SD dan persentase tamat SMA paling
rendah. Rasio laki-lakiperempuan, rasio muridguru SMA paling tinggi;
rasio muridguru SD dan persentase tidak tamat SD paling rendah. Kepadatan penduduk, rasio gurumurid SMP, angka kelahiran,
tamat SMP, persentase tamat SMA dan persentase tamat akademikperguruan tinggi paling tinggi.
Persentase tamat SD paling tinggi; pertumbuhan penduduk, angka kelahiran dan angka kematian paling rendah.
Angka kematian paling tinggi; kepadatan penduduk, rasio muridguru SMP, rasio muridguru SMA, persentase tamat SMP
dan persentase tamat akademikperguruan tinggi paling rendah.
Berdasarkan karakteristik klaster yang telah diuraikan di atas, maka dapat diketahui bahwa klaster 3 merupakan klaster dengan potensi sumberdaya manusia
paling tinggi, kemudian berturut-turut hingga paling rendah adalah: klaster 2, klaster 1, klaster 4 dan klaster 5.
8.4.1.2 Potensi Sumberdaya Buatan dan Sosial
Dalam aspek ini data yang digunakan adalah keragaan sumberdaya buatan termasuk infrastruktur, data kelembagaan masyarakat yang ada, serta nilai indeks
fasilitas. Nilai indeks fasilitas merupakan hasil analisis terhadap sumberdaya
buatan dengan metode skalogram. Nilai Indeks Fasilitas pada setiap kecamatan Probolinggo dapat dilihat pada Tabel 25, sedangkan data sumberdaya buatan dan
sosial secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 7. Konfigurasi spasial potensi sumberdaya buatan Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada Gambar 33.
Tabel 25 Data indeks fasilitas per kecamatan di Kabupaten Probolinggo Kecamatan
Luas m2
Jumlah Pdd
Orang Indeks
Fasilitas Kecamatan
Luas m2
Jumlah Pdd
Orang Indeks
Fasilitas
Sukapura 10.208,53
20.581 1,103
Paiton 5.327,94
72.566 2,393
Sumber 14.188,13
26.435 0,741
Besuk 3.503,63
49.613 1,328
Kuripan 6.674,70
30.923 0,631
Kraksaan 3.779,75
68.869 2,669
Bantaran 4.212,83
42.680 1,081
Krejengan 3.442,84
41.476 1,522
Leces 3.680,97
58.161 1,921
Pajarakan 2.134,35
32.643 1,440
Tegalsiwalan 4.173,56
35.838 0,989
Maron 5.139,27
65.947 1,809
Banyuanyar 4.569,63
54.998 1,366
Gending 3.661,48
42.254 1,554
Tiris 16.566,69
69.682 1,054
Dringu 3.113,54
53.910 1,283
Krucil 20.252,66
52.552 1,360 Wonomerto 4.566,84
42.053 1,044
Gading 14.684,64
58.034 1,855
Lumbang 9.271,00
31.705 1,013
Pakuniran 11.385,00
46.502 1,421
Tongas 7.795,20
65.758 2,104
Kotaanyar 4.258,00
36.979 1,195 Sumberasih 3.025,41
62.038 1,420
Sumber: BPS Kabupaten Probolinggo, 2009 Pengolahan data
Berdasarkan data potensi sumberdaya buatan dan sosial yang diolah dalam model klaster wilayah maka diperoleh pengklasteran wilayah sebagai berikut:
Klaster 1 Klaster 2
Klaster 3
Klaster 4 Klaster 5
: :
:
: :
Tiris, Gading, Pakuniran, Krejengan, Tongas. Besuk, Kraksaan, Maron.
Sukapura, Bantaran, Leces, Tegalsiwalan, Banyuanyar, Kotaanyar, Pajaakan, Gending, Dringu, Woomerto, Sumberasih.
Paiton. Sumber, Kuripan, Krucil, Lumbang.
Klaster 5 merupakan klaster yang memiliki potensi sumberdaya buatan dan sosial paling rendah di antara klaster lainnya, sedangkan klaster 3, klaster 1,
klaster 2 dan klaster 4 berturut-turut adalah klaster yang memiliki potensi sumberdaya buatan dan sosial dari rendah hingga paling tinggi. Hal ini dapat
diketahui dari karakteristik masing-masing klaster, dimana terdapat kesamaan jumlah desa swakarsa, tetapi terdapat perbedaan karakteristik sebagai berikut:
Klaster 1 Klaster 2
Klaster 3
Klaster 4
Klaster 5 :
:
:
:
: Indeks fasilitas sedang; Jumlah desa swadaya mula paling tinggi.
Indeks fasilitas tinggi; Jumlah desa swadaya madya paling tinggi dan jumlah desa swadaya mula paling rendah.
Indeks fasilitas rendah; Jumlah Lembaga Ketahanan Desa LKD II paling rendah.
Indeks fasilitas, LKD , LKD II, dan jumlah desa swadaya lanjut paling tinggi.
Indeks fasilitas, jumlah desa swadaya madya dan lanjut paling rendah.
Gambar 33 Konfigurasi spasial potensi sumberdaya buatan Kabupaten Probolinggo
8.4.1.3 Potensi Sumberdaya Pertanian
Data yang digunakan dalam analisis potensi sumberdaya pertanian adalah nilai LQ Location Quotient, data produksi, luas panen dan produktivitas sepuluh
komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Probolingggo yaitu: padi, jagung, ubi kayu, bawang merah, kentang, kubis, cabe merah, pisang, alpukat, mangga {Dinas
Pertanian Kab Probolinggo, 2009. Nilai LQ empat komoditi unggulan dapat dilihat pada Tabel 26, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8.
Tabel 26 Nilai LQ Komoditi unggulan terprioritas pada Kabupaten Probolinggo,2008
Kecamatan LQ
Jagung Bwg Merah Kentang
Mangga 1 Sukapura
0.537 0.000
12.299 0.031
2 Sumber 0.268
0.000 16.321
0.039 3 Kuripan
1.583 0.000
0.000 0.019
4 Bantaran 1.416
0.000 0.000
0.866 5 Leces
1.717 0.000
0.000 0.891
6 Tegalsiwalan 1.518
1.787 0.000
1.299 7 Banyuanyar
1.602 3.476
0.000 0.507
8 Tiris 1.753
0.478 0.000
0.022 9 Krucil
1.952 0.000
0.053 0.024
10 Gading 0.039
0.000 0.000
2.216 11 Pakuniran
0.755 0.000
0.000 2.239
12 Kotaanyar 1.088
0.016 0.000
0.000 13 Paiton
1.711 0.004
0.000 0.000
14 Besuk 0.271
0.000 0.000
3.038 15 Kraksaan
0.134 0.014
0.000 2.510
16 Krejengan 0.018
0.758 0.000
3.096 17 Pajarakan
0.078 0.351
0.000 0.243
18 Maron 1.156
0.039 0.000
0.179 19 Gending
0.267 2.192
0.000 0.000
20 Dringu 0.440
6.649 0.000
0.370 21 Wonomerto
1.849 0.000
0.000 0.366
22 Lumbang 0.751
0.000 0.072
6.001 23 Tongas
0.672 0.002
0.000 1.141
24 Sumberasih 1.799
0.443 0.000
1.072 Sumber: BPS Kabupaten Probolinggo, 2009, data diolah.
Berdasarkan data potensi sumberdaya pertanian maka diperoleh klaster wilayah seperti pada Gambar 34 dengan keterangan sebagai berikut:
Klaster 1 Klaster 2
Klaster 3 Klaster 4
Klaster 5 :
: :
:
: Kuripan, Tiris, Krusil, Tongas.
Pakuniran, Kotaanyar, Paiton, Maron, Lumbang. Gading, Besuk, Kraksaan, Krejengan, Pajarakan, Gending.
Bantaran, Leces, Tegalsiwalan, Banyuanyar, Dringu, Wonomerto, Sumberasih.
Sukapura, Sumber.
Gambar 34 Konfigurasi spasial potensi sumberdaya pertanian Kabupaten Probolinggo
Masing-masing klaster memiliki kesamaan pada LQ cabe merah, produksi mangga, produktivitas pisang dan luas panen pisang, dan luas panen mangga,
sedangkan karakteristik masing-masing klaster lainnya adalah sebagai berikut: Klaster 1
Klaster 2
Klaster 3
Klaster 4 :
:
:
: LQ, produksi dan luas panen pada komoditi jagung, ubi kayu,
alpukat paling tinggi; produksi dan luas panen cabe merah paling tinggi; produksi, produktivitas dan luas panen bawang merah
paling rendah. LQ, produksi dan luas panen ubi kayu paling rendah; produktivitas
mangga paling rendah. LQ, produksi dan luas panen untuk komoditi padi dan pisang
paling tinggi; LQ mangga paling tinggi; LQ, produksi, produktivitas dan luas lahan untuk komoditi kentang dan kubis
paling rendah; LQ, produksi dan luas panen jagung dan alpukat paling rendah; produktivitas ubi kayu paling rendah.
LQ, produksi, produktivitas dan luas panen bawang merah paling tinggi; produktivitas ubi kayu dan jagung paling tinggi; LQ,
produksi, produktivitas dan luas panen kentang dan kubis paling rendah.
Klaster 5 : LQ, produksi, produktivitas dan luas panen kentang dan kubis paling tinggi; produktivitas cabe merah, alpukat, mangga paling
tinggi; LQ, produksi, produktivitas dan luas panen bawang merah paling rendah; produksi dan luas panen cabe merah paling rendah;
LQ mangga dan pisang paling rendah. Berdasarkan potensi komoditi jagung LQ, produksi, produktivitas, dan
luas panen jagung, maka diperoleh klaster seperti pada Gambar 35 dengan keterangan sebagai berikut:
Klaster 1 Klaster 2
Klaster 3
Klaster 4 Klaster 5
: :
:
: :
Leces, Tegalsiwalan, Banyuanyar, Tongas, Sumberasih. Kuripan, Tiris, Krucil.
Sukapura, Bantaran, Pakuniran, Paiton, Maron, Dringu,
Wonomerto, Lumbang. Sumber, Kotaanyar, Gending.
Gading, Besuk, Kraksaan, Krejengan, Pajarakan,
Gambar 35 Konfigurasi spasial potensi komoditi jagung Kabupaten Probolinggo
Masing-masing klaster memiliki karakteristik sebagai berikut: Klaster 1
Klaster 2 :
: Produktivitas paling tinggi; LQ, produksi dan luas panen tinggi.
LQ, produksi dan luas panen paling tinggi; produktivitas paling rendah.