Agropolitan berbasis agroindustri adalah suatu kawasan pertanian dimana agroindustri akan dijadikan pusat pengembangan kawasan. Pusat pengembangan
kawasan berperan dalam peningkatan nilai tambah, peningkatan lapangan kerja, yang selanjutnya akan memperluas sektor jasapelayanan, peningkatan sarana dan
prasarana, kemudian memberikan keuntungan bagi seluruh pihak yang terlibat Anwar 1999. Konsep pengembangan agropolitan berbasis agroindustri dapat
dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Konsep pengembangan agropolitan berbasis agroindustri modifikasi dari Soenarno 2003
5.2 Pengaruh Agroindustri bagi Perkembangan Agropolitan
Agropolitan terdiri dari dua kata Agro dan politan polis. Agro berarti pertanian dan politan berarti kota, sehingga Agropolitan dapat diartikan sebagai
kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di daerah kota. Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena
berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian agribisnis di wilayah
sekitarnya Friedmann Douglass 1976. Penciptaan lapangan kerja dan peningkatan nilai tambah produk pertanian
merupakan hal yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan. Agroindustri adalah sektor yang dapat menjawab permasalahan agropolitan dalam
peningkatan nilai tambah dan penciptaan lapangan pekerjaan. Kerangka
Pasar
KA I KA
III
KA II
Keterangan: Penghasil bahan baku kawasan
pendukung Pengumpul bahan baku
Agroindustri Pusat Agropolitan
Batas kawasan klaster agropolitan Batas kawasan agropolitan
KA Klaster Agropolitan Jalan dukungan sarana prasarana
pemikiran konseptual pengaruh agroindustri bagi pengembangan agropolitan dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Pengaruh agroindustri bagi pengembangan agropolitan hipotesa
Peningkatan keuntungan pada suatu agropolitan
Peningkatan sarana prasarana lokal
Peningkatan keuntungan kepada stakeholder
Keberlangsungan agropolitan yang senantiasa:
- Memberikan nilai tambah -
Meningkatan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat -
Memberikan peluang investasi dan kerjasama - Pemerataan
perekonomian -
Menurunkan kesenjangan pembangunan desa-kota -
Mempertahankan kualitas lingkungan Peningkatan pola
penyerapan tenaga kerja
Peluasan produk- produk perusahaan
lokal Peningkatan
permintaan akan barang dan jasa lokal
AGROPOLITAN
AGROINDUSTRI sebagai pusat pertumbuhan baru di AGROPOLITAN
AGROINDUSTRI
Paradigma Baru Pembangunan: - Memadukan Pemeratan, pertumbuhan dan
Keberlangsungan - Desentralisasi
bottom up - Pembangunan
Kerakyatan
Paradigma Baru Pembangunan Pertanian:
Perubahan Pola Pertanian Subsisten menjadi sistem agribisnis yang tangguh, berdaya
saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan desentralistis
Peningkatan lapangan kerja dan pendapatan
penduduk Perluasan sektor jasa
pelayanan Ekologi
Sosial Ekonomi
Peningkatan investasi
dan kerjasama
Agroindustri dijadikan pusat pengembangan kawasan agropolitan karena dengan adanya agroindustri di pusat pengembangan kawasan, maka diharapkan
terjadi peningkatan nilai tambah, terjadi peningkatan lapangan kerja, yang selanjutnya akan memperluas sektor jasapelayanan, peningkatan sarana dan
prasarana, kemudian memberikan keuntungan bagi seluruh pihak yang terlibat.. Wilayah yang ditetapkan sebagai pusat agropolitan adalah wilayah dengan
potensi kinerja pembangunan yaitu kinerja ekonomi dan kinerja ekonomi pertanian yang tinggi serta memiliki sumberdaya yang potensial, seperti
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya buatan, dan sumberdaya sosial. Selanjutnya pada pusat agropolitan tersebut juga ditentukan komoditi
unggulan yang akan dikembangkan lebih lanjut menjadi agroindustri. Selain itu, sarana prasarana seperti fasilitas transportasi, telekomunikasi, dan utilitas untuk
selanjutnya ditetapkan agar dapat mendukung pengembangan agropolitan. Demikian juga dengan kelembagaan dan pola kerjasama, merupakan hal yang
penting untuk ditentukan agar keberlangsungan sistem terjaga.
5.3 Agropolitan Terintegrasi Kawasan Pasar
Friedmann dan Douglass 1976 mengemukakan beberapa syarat agar pembangunan kawasan agropolitan berkelanjutan, yaitu: 1 Harus diupayakan
otonomi lokal sehingga setiap kawasan memiliki wewenang dan sumber-sumber ekonomi sehingga dapat merencanakan dan melaksanakan sendiri
pembangunannya, 2 Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan setempat harus ditanam kembali untuk menaikkan daya-hasil dan menciptakan suatu keadaan
yang mendorong pertumbuhan ekonomi selanjutnya, dan 3 Pemakaian sumberdaya alam yang lebih rasional dan produktif dengan menentukan batas-
batas minimum dan maksimum luas tanah milikland reform. Menurut Stohr 1981, untuk menghindari backwash effect dari wilayah
yang sudah lebih maju, kawasan agropolitan ini secara seleksi tertutup dari hubungan khusus dengan wilayah lainnya selective spatial closure. Berbagai
keputusan, baik dalam pemelihan teknologi produksi yang dipakai, tujuan pembangunan, maupun inisiatif untuk membangun, diserahkan kepada penduduk
setempat. Demikian juga faktor produksi seperti lahan, harus dimiliki oleh
penduduk setempat. Hal ini sejalan dengan pendapat Fridmann dan Douglass 1976 dalam syarat kedua dalam pembangunan agropolitan.
Batasan kawasan agropolitan seharusnya tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintah desakelurahan, kecamatan, kabupaten tetapi juga tetap
memperhatikan economic of scale dan economic of scope. Batasan ekonomi tersebut dipergunakan di dalam pengembangan agropolitan dengan
memperhatikan syarat dan tujuan pengembangan agropolitan. Agar diperoleh keberlangsungan ekonomi pada suatu kawasan agropolitan,
maka diperlukan pula koordinasi horisontal antar kawasan yang memiliki komoditi produk sejenis dengan daerah pasar yang sama. Agropolitan yang
terintegrasi horisontal pada kawasan pasar dapat menyelaraskan perencanaan produksi antar daerah produsen dengan konsumen sehingga dapat menciptakan
stabilitas harga. Koordinasi vertikal dan koordinasi horizontal pada agropolitan dapat dilihat pada Gambar 13.
Koordinasi vertikal
pada kabupaten
Koordinasi horizontal pada kawasan pasar Daerah 1
Komoditi Komoditi Produk A Produk B
Daerah 2
Komoditi Komoditi Produk A Produk B
Agroindustri Pusat
Agropolitan Sentra
Produksi Pemasaran
Komoditi Unggulan
Gambar 13 Koordinasi vertikal dan horisontal dalam kawasan agropolitan