Penetapan pusat agropolitan dan kawasan pendukung agropolitan.

tahun 1 bu = 3,5239 liter; 56 lb corn 15,5 moisture = 25.4012 kg; 1 galon = 3,7854 liter. Pendirian agroindustri dapat memperluas kesempatan, memberdayakan produksi dalam negeri, pengembangan sektor ekonomi lainnya, serta perbaikan perekonomian masyarakat di perdesaan melalui pengurangan kemiskinan. Peran Agroindustri dalam mengurangi kemiskinan dapat bersifat langsung dan tidak langsung. Secara langsung pembangunan sektor agroindustri dan sektor pertaian akan meningkatkan produktivitas pertanian melalui penigkatan produktivitas faktor. Peningkatan produktivitas pertanian akan meningkatkan pendapatan petani dan lebih lanjut akan menurunkan kemiskinan. Sedangkan peran secara tidak langsung adalah melalui sektor nonpertanian. Pembangunan agroindustri pada awalnya akan mempengaruhi pertumbuhan sektor pertanian dan melalui keterkaitan sektor akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara agregat dan selanjutnya akan mempengaruhi kemiskinan Simatupang Purwoto 1990; Rusastra et al. 2005; Susilowati et al. 2007.

9.1.3 Pengelolaan dan Kelembagaan Kawasan Agropolitan.

Pengelolaan kawasan agropolitan di Kabupaten Probolinggo melalui kelembagaan integrasi vertikal yang dapat dalam bentuk BadanUnit Pengelola Kawasan Agropolitan. Badan Pengelola sebaiknya bertanggungjawab kepada pemerintahan dan dikelola oleh tenaga profesional. Tugas Badan Unit Pengelola Kawasan Agropolitan antara lain: a. Mempersiapkan master plan Pengembangan Kawasan Agropolitan b. Mensinkronkan, mensinergikan semua programproyek dan investasi yang masuk kedalarn kawasan agropolitan c. Mengkoordinasikan para penyuluh dan pendamping lapangan. d. Menyampaikan permasalahan untuk dipecahkan oleh instansi terkait. e. Membuat laporan berkala dan insidentil kepada pemerintah. Dukungan kelembagaan pengelola pengembangan kawasan agropolitan yang merupakan bagian dari Pemerintah Daerah dengan fasilitasi Pemerintah Pusat. Fasilitas instansi terkait di tingkat kawasan sebaiknya terkoordinasi dalam wadah BadanUnit Pengelola Kawasan Agropolitan. Penanggungjawab fasifitas dari instansi terkait dalam pengembangan Kawasan Agropolitan adalah seperti pada Tebel 34. Tabel 34 Kegiatan pengembangan kawasan agropolitan Kegiatan Pengembangan Kawasan Fasilitas Instansi Terkait Penguatan kelembagaan inti koperasi, asosiasi kelompok taniusaha, LKM Dinas yang menangani koperasi dan usaha kecil menengah UKM Budidaya komoditi unggulan dan diversifikasinya on farm DinasBadan Lingkup Pertanian Kegiatan off farm : - Permodalan Dinas yang menangani koperasi dan UKM - Pengolahan dan pemasaran hasil - Sarana produksi - Dinas yang menangani Perindag - Dinas yang menangani Perindag Penyuluhan dan pendampingan terpadu pertanian, koperasi, KB, dai, industri, swasta, LSM dengan wadah BPP atau BadanUnit Pengelola Kawasan Agropolitan Pemberian konsultasipemecahan masalah Instansi terkait ditingkat lapangankawasan dikoordinasi oleh BadanUnit Pengelola Kawasan Agropolitan Instansi terkait Pendidikan SDM Kawasan Dinas yang menangani pendidikan formal Prasarana dan sarana dasar untuk pembangunan agribisnis Dinas yang menangani pekerjaan umumprasarana wilayah Kesehatan dan kelestarian lingkungan Dinas yang menangani kesehatan dan dinas yang menangani pariwisata. Dalam pelaksanaan program agropolitan, masyarakat harus ditempatkan sebagai pelaku utama sedangkan pemerintah berperan memberikan fasilitasi dan pendampingan. Masyarakat diharapkan dapat terlibat dari perencanaan dan pengembangannya sehingga komitmen bersama antara masyarakat dan pemerintah dapat terwujud dan mendapatkan keberhasilan yang optimal. Pembiayaan program agropolitan dilakukan oleh masyarakat, baik petani, pelaku penyedia agroinput, pelaku pengolah hasil, pelaku pemasaran dan pelaku penyedia jasa. Fasilitasi pemerintah melalui dana stimultans untuk mendorong Pemda dan masyarakat diarahkan untuk membiayai prasarana dan sarana yang bersifat publik dan strategis. 9.2 Analisis Dampak Pengembangan Agropolitan Berbasis Agroindustri Menurut Nasution 1998; Rusastra et al. 2002; Hendriatno et al. 2005; Supriatna et al. 2005 keberhasilan pengembangan agropolitan akan memberikan dampak teknis dan ekonomis secara nyata terhadap pembangunan wilayah, dalam bentuk a Harmonisasi dan keterkaitan hubungan yang saling menguntungkan antara daerah perdesaan dan perkotaan; b Peningkatan produksi, diversifikasi dan nilai tambah pengembangan agribisis yang dinikmati secara bersama-sama oleh masyarakat dalam kawasan pengembangan agropolitan; c Peningkatan pendapatan, pemerataan kesejahteraan, perbaikan penanganan lingkungan dan keberlanjutan pembangunan pertanian dan perdesaan; d Terjadi efisiensi pemanfaatan sumberdaya, peningkatan keunggulan komparatif wilayah, perdagangan antar daerah, dan pemantapan pelaksanaan desentralisasi pembangunan. Analisis dampak menggunakan data yang diperoleh dari sistem pendukung keputusan intelijen yang dikembangkan dan telah divalidasi sebelumnya lihat Bab VIII. Analisis terdiri dari: 1 Peningkatan nilai tambah komoditi pertanian, 2 Peningkatan keunggulan komparatif dan kompetitif komoditi pertanian, 3 Peningkatan lapangan kerja, 4 Peningkatan investasi dan kerjasama, 5 Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dan 6 Percepatan pembangunan perdesaan. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 35 di bawah ini. Tabel 35 Prediksi kinerja agropolitan berbasis agroindustri di Kabupaten Probolinggo Keterangan Prediksi Nilai Kinerja pengembangan agroindustri etanol a. IRR b. NPV c. PBP d. Nilai tambah e. Peningkatan pendapatan daerah dari pajak f. Peningkatan jumlah tenaga kerja - Tenaga kerja operasional pabrik - Tenaga kerja sementara konstruksi 20,92 Rp. 225,549 Milyar 6,5 tahun Rp. 704.35kg jagung, atau Rp. 183,952 milyartahun Rp. 25 milyar pada tahun pertama sd. Rp. 56 milyar pada tahun kesepuluh 150 orang 150 orang Kinerja usahatani a. Peningkatan pendapatan petani b. Peningkatan efisiensi kapital c. Peningkatan pendapatan daerah d. Peningkatan jumlah tenaga kerja Rp. 407.529.943,50tahun 14,3 Rp. 990.297.762,70tahun 87.103 orang Kinerja pengembangan agropolitan Pengembangan infrastruktur Meningkat Rp. 6,93 Milyar Pengembangan SDM a. Fasilitasi pemerintah c. Pendapatan masyarakat d. Kesempatan kerja Meningkat Rp. 10,89 Milyar 43 Meningkat Rp. 245 Milyar tahun Meningkat 87.400 orang 10

9.2.1 Peningkatan nilai tambah komoditi pertanian.

Nilai tambah value added adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja Hayami et al. 1987. Pembangunan agroindustri akan meningkatkan nilai tambah dari hasil-hasil pertanian dan menciptakan kesempatan kerja Simatupang Purwoto 1990; Hicks 1995; Rusastra et al. 2005; Susilowati et al . 2007. Kegiatan agroindustri merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian. Efek agroindustri mampu mentransformasikan produk primer ke produk olahan sekaligus budaya kerja bernilai tambah rendah menjadi budaya kerja industrial modern yang menciptakan nilai tambah tinggi Suryana, 2005. Pembangunan agroindustri bioetanol akan memberikan nilai tambah sebesar Rp. 704,35 per kg jagung atau Rp. 183,952 Milyar per tahun. Nilai tambah yang dihasilkan tersebut merupakan manfaat yang dapat secara langsung dirasakan oleh masyarakat di kawasan agropolitan. Nilai tambah yang besar tersebut sesuai dengan data pada BP2HP Deptan, 2001 yang menunjukkan peran agroindustri dalam perindustrian nasional pada tahun 2001 memiliki efek pengganda nilai tambah yang besar.

9.2.2 Peningkatan keunggulan komparatif dan kompetitif komoditi pertanian

Keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing keunggulan potensial yang akan dicapai pada perekonomian yang tidak mengalami distorsi, sehingga aspek yang terkait adalah kelayakan ekonomi. Keunggulan kompetiif merupakan ukuran keunggulan pada kondisi ekonomi aktual, sehingga aspek yang terkait adalah kelayakan finansial Simatupang 1991; Sudaryanto Simatupang 1993. Menurut Saptana et al. 2006, beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk mewujudkan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif adalah kemitraan usaha yang dibangun harus mampu 1 meningkatkan aplikasi teknologi sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas; 2 menjamin pemasaran dan kepastian harga melalui sistem kontrak sebelum tanam