Pasif dengan di-, ni- dan –in

I Tunggal I Jamak inkl. I Jamak eksl. Ahuauiba ’akusaya Hita ’kita’ Hami ’kami’ Hu-’ku’ Ta- ’kita’ Hu-hami ’ku-kami’ -huniba’-ku’ -ta ’kita’ -nami’kami’ II Tunggal II Jamak inkl. Ho ’engkau’ Hamu ’kamu’ --------- ---------- -mum ’mu’ -muna’kamu’ III Tunggal III Jamak Ibanaimana ’dia’ Nasida’mereka’ ----------- ----------- -na-sa ‘nya’ -nasida ‘mereka’

a. Pasif dengan di-, ni- dan –in

Untuk membentuk konstruksi pasif di-, ni- dan –in- dapat dilekatkan pada semua verba transitif terbatas maupun verba transitif umum kecuali verba transitif yang memiliki afiks maN-, masi-, dan –um-. Dengan demikian verba transitif yang memiliki afiks maN-hon, maN-i, masi- hon, masi-i, mampar-i, mampar-hon, mangha-hon, mangha-i, -um-hon dan –um-i juga tidak dapat dilekati sufiks di-, ni- dan –in-. Makna pasif dengan menggunakan afiks di-, ni-, dan –in- hampir sama, tetapi struktur penggunaannya berbeda. Ketiga afiks itu dapat digunakan untuk membentuk konstruksi pasif dalam dua tataran yaitu tataran kalimat dan tataran klausa. Kedua tataran ini mempengaruhi perilaku penggunaan pasif dengan menggunakan afiks tersebut. Dalam tataran klausa di sini khusus menyangkut klausa relatif atau klausa yang didahului oleh pronomina penghubung, sedangkan pasif dalam tataran kalimat menyangkut semua konstruksi pasif dalam kalimat sempurna. Prefiks -di bisa digunakan baik jika pelaku agen tindakan itu tidak disebutkan maupun jika pelaku itu disebutkan kecuali apabila pelakunya orang I tunggal dan jamak inklusif disebutkan. Bentuk pelaku dalam tataran kalimat berbeda dengan bentuk pelaku dalam tataran klausa relatif. Dalam tataran kalimat pelaku kalimat pasif yang menggunakan prefiks di- berbentuk nominatif atau subjektif, sedangkan dalam tataran klausa biasanya klausa nominal Universitas Sumatera Utara dan klausa adjektival yang didahului oleh pronomina penghubung na ’yang’ atau naung ’yang sudah’, pelaku itu pada umumnya berbentuk enklitik. Hanya pelaku orang III ibana’dia’ dan nasida ’mereka’ yang bisa berbentuk nominatif atau subjektif dalam pasif pada klausa relatif. Penggunaannya disamakan dengan pelaku berupa nama diri yaitu pelaku orang III yang subjektif dan pelaku nama diri itu didahului oleh preposisi ni- ’oleh’. Pelaku dalam konstruksi pasif pada kalimat bersifat mana suka, sedangkan pelaku dalam konstruksi pasif dalam klausa realtif bersifat wajib. Untuk lebih jelasnya, marilah kita perhatikan kalimat-kalimat berikut ini: 1. Dipaias ibana ma hudon tano i mansai ias. dibersihkan dia T periuk tanah itu sangat bersih ‘Periuk tanah itu dibersihkan oleh dia menjadi sangat bersih’ 2. Pintor manghuling do mudarna dung diboto marga ni baoa i segera bersuara T darahnya setelah diketahui marga M laki-laki itu. ’Hatinya tergugah setelah diketahui marganya’ 3.Dang huboto be manang aha na diguruhonna i tidak diketahui T entah apa yang dipelajarinya itu ’ Saya tidak mengetahui apa yang dipelajarinya itu Perfiks ni- dan infiks –in- dapat digunakan dalam kalimat pasif yang tidak menyebutkan pelakunya. Akan tetapi meskipun pelakunya tidak disebutkan, pelakunya tersirat dalam orang I dan tidak mungkin orang II dan orang III. Kedua afiks itu juga dapat digunakan untuk dapat membentuk konstruksi pasif dalam klausa relatif. Pronomina relatif na dapat dihilangkan dalam konstruksi pasif pada klausa yang menggunakan afiks ni- dan –in-. Akan tetapi, pada klausa relatif, pelaku dalam konstruksi pasif yang menggunakan afiks ni- dan –in-, itu pada umumnya disebutkan dan pelaku itu tidak berbentuk enklitik. Sama halnya dalam tataran kalimat, jika pelakunya tidak disebutkan dalam tataran klausa relatif, pelakunya tersirat dalam orang I. Seperti penggunaan di- di atas, jika pasif dalam klausa relatif yang menggunakan afiks ni- dan –in- Universitas Sumatera Utara mengunakan pelaku berupa nama diri atau pelaku orang III subjektif, pelaku itu didahului oleh preposisi ni. Prefiks ni- dan infiks –in- juga memiliki perbedaan. Prefiks ni- bisa digunakan pada verba transitif untuk semua jenis fonem awal, baik konsonan maupun vokal, sedangkan infiks – in- tidak bisa digunakan jika verba transitif itu berfonem awal konsonan l,d, m. Misalnya, terdapat niboan ’dibawa’’, binoan ’dibawa’, nialap’dijemput’, niloppa ’dimasak’, nirurut ’ditarik pelan-pelan’, nidok ’dikatakan’, nimatehon ’dimatikan’, tetapi tidak ada ainlap, linompa, rinunut, dinok dan minatehon. Contoh: 1. Niboan do ibana marubat tu datu dibawa T dia dia berobat ke dukun ‘ Dia dibawa oleh kamisaya berobat ke dukun 2. Tinogihon ma sada dongan laho tu huta ni datu i diajak T satu teman pergi ke kampung M dukun itu ’ Seorang teman diajak oleh kamisaya untuk pergi ke kampung dukun itu ’ 3. Nialap pe nasida annon botari dijemput T mereka nanti sore ’Mereka akan dijemput oleh kamisaya nanti sore’ 4. Dang sadia denggan auga na nibaen ni ibana i tidak begitu bagus kuk yang dibuat oleh dia itu. ’Kuk yang dibuatnya itu tidak begitu bagus’ Selain berbeda dari segi pelaku, afiks di- juga berbeda dengan afiks ni-, dan –in- dalam pengimbuhannya dalam bentuk dasar. Afiks ni- dan in- dapat dilekatkan dengan bentuk dasar pasif yang menggunakan afiks –an, baik yang bermakna ’akan dilakukan ’ yang merupakan variasi dari –on- seperti dalanan ’akan dijalani’ maupun yang bermakna ’berkali-kali dilakukan’ seperti jaloan ’berkali-kali diterima’ sedangkan afiks di- tidak dapat dilekatkan pada bentuk dasar seperti itu. Untuk lebih jelasnya perhatikan kalimat berikut ini: 1. Niluluan do suhat tu pollak an dicari T talas ke kebun sana Universitas Sumatera Utara ’ Talas dicari ke kebun sana’ 2. Jinulluhan ma parbue ni manggana i ganup mulak iba sian singkola dijolok T buah M mangganya itu setiap pulang saya dari sekolah ’ Buah mangganya itu saya joloki setiap saya pulang dari sekolah’ Makna sufiks –an yang menyatakan ’akan dilakukan’ menjadi hilang seperti terlihat pada kalimat 1, sedangkan makna sufiks –an yang menyatakan ’berkali-kali dilakukan’ tetap dipertahankan seperti terlihat pada kalimat 2 setelah verba itu dibubuhi prefiks ni- dan infiks – in.

b. Pasif dengan Proklitik hu-, ta-, dan hu-, hami ’kami’