Sikap Masih Menguasai Sikap Bahasa Berdasarkan Variabel

BAB VI SIKAP BAHASA PENUTUR BATAK TOBA

BERDASARKAN VARIABEL DAN INTERFERENSI 6.1 Pengantar Dalam masyarakat bilingual, penggunaan bahasa sangat ditentukan oleh sikap dan perilaku bahasa para penuturnya saat mereka berkomunikasi. Bagaimana sikap bahasa masyarakat Batak Toba BT di Medan dapat diamati dan diketahui dari berbagai faktor sosial, seperti jenis kelamin, usia, lama tinggal dan pemakaian bahasa. Pada bab ini akan dianalisis secara statistik bagaimana sikap bahasa penutur Batak Toba di Medan terhadap BT. Selain itu akan dideskripsikan juga hasil uji interferensi dalam BT untuk selanjutnya dikorelasikan dengan tes angket sikap bahasa. Hasil temuan penelitian akan dapat menggambarkan bagaimana bahasa BT di Medan sekarang ini.

6.2 Sikap Bahasa Berdasarkan Variabel

Bab ini berisi uraian tentang hasil tes angket tentang sikap bahasa penutur BT berdasarkan variabel jenis kelamin, usia, lama tinggal, dan pemakaian bahasa serta interferensi dalam BT. Data sikap bahasa diuraikan secara kuantitatif, sedangkan data interferensi berdasarkan variabel linguistik diuraikan secara kualitatif deskriptif dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi. Simpulan penelitian ini didasarkan kepada hasil analisis data secara kuantitatif yang ditrianggulasi oleh hasil analisis data secara kualitatif. Pembahasan setiap unsur di atas dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan mengenai sikap bahasa terhadap BT dan interferensi dalam sistem BT oleh penutur BT di Medan.

6.2.1 Sikap Masih Menguasai

Universitas Sumatera Utara Bagian ini berisi uraian mengenai adakah perbedaan sikap bahasa penguasaan bahasa BT oleh penutur BT di Medan. Angket sikap penguasaan bahasa BT diberikan kepada 96 responden penutur BT yang terdapat pada nomor 1 – 6 berupa sikap penguasaan terhadap leksikal BT dalam aspek menyapa : Horas nomor 1, menjawab : Na sogotan nomor 2, bertanya: Na tu dia hamu?, menolak : Apala ipe mangan ahu, dan bentuk negasi : Dang lomo rohanghu mamereng pangalahona nomor 3, 4, dan 5, dan penguasaan pengucapan BT berupa transkripsi fonemis BT nomor 6. Selanjutnya hasil angket ini akan dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui bagaimana perbedaan sikap bahasa penguasaan penutur BT berdasarkan variabel jenis kelamin, usia, lamanya tinggal, dan pemakaian bahasa. Analisis distribusi frekuensi sikap bahasa penguasaan bahasa BT oleh penutur BT di Medan tampak pada tabel 7.1 berikut. Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Sikap Bahasa Penguasaan BT No Pertanyaan B F S F 1. Jika Anda bertemu dengan teman sesuku, Anda akan menyapanya dengan sapaan ... 75 78,1 21 21,9 2. Seorang teman sesuku bertemu dengan Anda dan bertanya Nandigan ro hamu sian Jakarta ? Anda akan menjawabnya dengan mengatakan … 62 64,6 34 35,4 3. Jika Anda menanyakan kepada tetangga sesuku Anda kemana orang tersebut akan pergi, Anda akan mengatakan ... 80 83,3 16 16,7 4. Anda menolak ajakan teman sesuku untuk makan, Anda akan mengatakan ... 54 56,2 42 43,8 5. Manakah pengucapan kalimat Dang huboto mandok balga ni rohangku ala naung pajumpang dohot ho dalam pilihan a,b,c,d,e yang sesuai kaidah tuturan bahasa Batak Toba? 21 21,9 75 78,1 6. Anda menceritakan kepada saudara sesuku bahwa Anda tidak menyukai seseorang karena tingkah lakunya. Anda akan mengatakan ... 83 86,5 13 13,5 Universitas Sumatera Utara Simpulan penelitian didasarkan kepada hasil analisis secara kuantitatif yang ditrianggulasi oleh hasil analisis data secara kualitatif. Sikap bahasa penguasaan BT yang diuji secara statistik dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.2 Uji Statistik Sikap Bahasa Penguasaan Variabel Keterangan Mean Std. Deviasi t F Sig. Laki-laki 0.6533 0.14889 Jenis Kelamin Perempuan 0.6496 0.22018 t = 0.098 0.922 25 tahun 0.594 0.21149 Usia 25 tahun 0.709 0.13848 t = -3.152 0.002 5 - 10 tahun 0.6773 0.18581 Lama Tinggal 10 tahun 0.6256 0.18646 t = 1.36 0.177 BT BI 0.6934 0.14648 BT = BI 0.6712 0.17645 Pem. Bahasa BT BI 0.5897 0.21993 F = 2.838 0.064 6.2.1.1 Jenis Kelamin Melalui analisis terhadap sikap bahasa penguasaan berdasarkan jenis kelamin penutur BT terdapat perbedaan sikap penguasaan terhadap BT. Data memperlihatkan bahwa sikap bahasa penguasaan BT pada penutur kelompok laki-laki lebih baik daripada sikap bahasa penguasaan penutur perempuan meskipun perbedaan tersebut tidak signifikan t = 0,92. Perbedaan rata-rata mean indeks sikap bahasa penguasaan laki-laki mean 0,65 dengan standar deviasi 0,15, dan indeks sikap bahasa penguasaan perempuan mean 0,64 dengan standar deviasi 0,22. Dengan berpedoman pada uji statistik dengan t-test berdasarkan jenis kelamin pada sikap bahasa penguasaan diperoleh t hitung sebesar 0,98 dengan df 94 dan nilai t sebesar 0,92. Karena hasil perhitungan diperoleh nilai t lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,92 maka Ho diterima. Hal ini bermakna bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan sikap bahasa Universitas Sumatera Utara penguasaan BT penutur BT di Medan berdasarkan jenis kelamin. Ini bermakna sikap bahasa penguasaan penutur laki-laki dan penutur perempuan BT terhadap BT adalah tidak berbeda.

6.2.1.2 Variabel Usia

Usia penutur bahasa BT dalam penelitian ini didasarkan atas dua kategori yaitu usia muda dan usia tua. Untuk kategori muda, yang ditetapkan adalah penutur BT berusia ≤ 25 tahun dan untuk kategori tua adalah mereka yang berusia 25 tahun. Pada analisis sikap bahasa penguasaan berdasarkan variabel usia, diperoleh kesimpulan bahwa secara umum terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap bahasa penguasaan berdasarkan kelompok usia t = 0,00. Rata-rata sikap bahasa penguasaan penutur berusia 25 tahun diperoleh mean sebesar 0,71 dengan standar deviasi 0,14 dan rata-rata mean penutur berusia ≤ 25 tahun sebesar 0,59 dengan standar deviasi 0,21. Analisis uji statistik dengan t-test tentang sikap bahasa penguasaan diperoleh t hitung sebesar -3,15 dengan df sebesar 94 dan nilai t sebesar 0,00. Karena hasil perhitungan diperoleh nilai t lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,00 maka Ho ditolak. Hal ini bermakna bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap sikap bahasa penguasaan BT berdasarkan usia. Ini bermakna sikap bahasa penguasaan penutur BT yang berusia tua 25 tahun adalah lebih baik dari penutur BT berusia muda ≤ 25 tahun.

6.2.1.3 Variabel Lama Tinggal

Lama tinggal masyarakat BT di Medan dalam penelitian ini dikategorikan atas dua yaitu 5-10 tahun dan lebih dari 10 tahun. Universitas Sumatera Utara Pada analisis sikap bahasa penguasaan berdasarkan lama tinggal terdapat perbedaan sikap penguasaan terhadap bahasa BT yang tidak signifikan t = 0,18. Skor rata-rata mean sikap bahasa penguasaan penutur yang lamanya tinggal 5-10 tahun adalah 0,68 dengan standar deviasi 0,19 dan rata-rata mean penutur yang lama tinggal 10 tahun sebesar 0,63 dengan standar deviasi sebesar 0,19. Uji lanjut dengan menggunakan t-test diperoleh t hitung sebesar 1,36 dengan df = 94 serta nilai t sebesar 0,18. Karena hasil perhitungan diperoleh nilai t lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,18 maka Ho diterima. Hal ini bermakna bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap sikap bahasa penguasaan BT berdasarkan lamanya penutur tinggal. Ini bermakna bahwa sikap bahasa penguasaan penutur yang berdomisili di Medan selama 5 – 10 tahun tidak berbeda dari sikap penguasaan bahasa penutur yang berdomisili di atas 10 tahun.

6.2.1.4 Variabel Pemakaian Bahasa

Pemakaian bahasa dari sampel penelitian ini tentang sikap penguasaan BT dibagi atas tiga kategori. Kategori tersebut yaitu: pertama mereka lebih dominan menggunakan bahasa BT daripada BI, yang kedua, penutur BT yang menggunakan bahasa BT sama dengan BI, dan ketiga penutur yang lebih dominan pemakaian BI daripada bahasa BT. Karena pemakaian bahasa didasarkan atas tiga kategori, maka secara kuantitatif untuk melihat perbedaan sikap bahasa penguasaan dilakukan dengan menggunakan uji Anova. Pada analisis rata-rata sikap penguasaan bahasa dari penutur dengan BT BI sebesar 0,69 dengan standar deviasi 0,15, rata-rata mean sikap penguasaan bagi penutur yang menggunakan BT = BI diperoleh sebesar 0,67 dengan standar deviasi 0,18, dan rata-rata mean sikap penguasaan dari penutur yang menggunakan BT BI sebesar 0,59 dengan standar deviasi 0,22. Selanjutnya untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan dari sikap bahasa Universitas Sumatera Utara penguasaan penutur BT pada ketiga kelompok tersebut, dilakukan uji statistik inferensial melalui uji anova. Berdasarkan uji anova diperoleh nilai F sebesar 2,84 dengan nilai t sebesar 0,06. Karena hasil perhitungan diperoleh nilai t lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,06 maka Ho diterima. Hal ini bermakna bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap sikap bahasa penguasaan BT berdasarkan pemakaian bahasa. Simpulan penelitian yang didasarkan atas analisis kuantitatif lebih lanjut ditrianggulasi secara kualitatif. Hal ini dilakukan untuk memperdalam kajian tentang sikap penguasaan bahasa dari masyarakat BT. Lebih lanjut dilakukan pembahasan dengan maksud untuk mendapatkan temuan dan penjelasan yang lebih mendalam tentang sikap bahasa penguasaan penutur terhadap bahasa BT itu sendiri. Apabila dilihat dari hasil temuan penelitian terhadap sikap bahasa penguasaan BT oleh penutur BT di Medan pada keempat variabel di atas, tergambarlah bahwa ada perbedaan sikap masyarakat BT di Medan secara rata-rata. Namun, berdasarkan hasil uji statistik sikap bahasa penguasaan terhadap BT yang memiliki kebermaknaan signifikansi dengan menggunakan uji-t adalah pada variabel usia, sementara pada variabel jenis kelamin, lamanya tinggal, dan pemakaian bahasa, perbedaan itu tidak signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa sikap penguasaan bahasa BT penutur yang kelompok usia 25 tahun adalah lebih baik dari sikap penguasaan penutur BT kelompok usia ≤ 25 tahun.

6.2.2. Sikap Masih Menggunakan