Penyimpangan Asimilasi Fonem p + h → [pp]
karena dalam BI bunyi jajaran fonem kh tidak mengalami perubahan bunyi seperti dalam kata
rintik hujan diucapkan [rintik hujan].
Dengan demikian, penyimpangan tuturan seperti di atas dapat ditabelkan seperti berikut.
Tabel 5.17 Penyimpangan Asimilasi Fonem k +h → [kk]
Kata Pelafalan
Kesalahan Pelafalan
Arti
didok ho [didok ko]
[didok ho] kau bilang
marsak hian [marsak kian]
[marsak hian] sangat susah
18. Penyimpangan Asimilasi Fonem p + h → [pp]
Jajaran fonem konsonan p + h dalam BT harus direalisasikan sebagai bunyi [pp]. Pengucapan fonem yang demikian disebabkan adanya proses asimilasi di dalam sistem BT. Akan
tetapi terjadi interferensi berupa penyimpangan pelafalan bunyi fonem konsonan BT ini yang seharusnya direalisasikan sebagai bunyi [pp], penutur BT di Medan melafalkannya dengan
fonem ph seperti tuturan berikut.
106 [gabe martohap hami di harajaon nau ŋ pinarademi] Data I.1
Interferensi berupa penyimpangan pelafalan asimilasi konsonan seperti ini telah melanggar sistem BT. Tuturan tersebut seharusnya adalah
106a [gabe martohap pami di harajaon nau ŋ pinarade mi]
hingga kami di kerajaan sudah dipersiapkan mu ‘Sehingga kami menjadi pewaris di surga yang Kau persiapkan’
Penyimpangan pelafalan asimilasi konsonan seperti ini dapat diperhatikan dalam tuturan berikut.
107[ma
ŋalap hata ma hamu annon sian parsahutaon] Data Pengamatan
108 [jala nu
ŋŋa sikkop hami hulahula muna apala di tikki on] Data V.17
Tuturan di atas seharusnya adalah
Universitas Sumatera Utara
107a [ma
ŋalap pata ma hamu annon siap par sahutaon]
menjemput kata T kalian nanti dari per sekampung ’Permisilah kalian nanti dari masyarakat sekampung’
108a [jala nu
ŋŋa sikkop pami hulahula muna apala di tikki on]
lagipula sudah puas kami pihak besan kalian hanya di sekarang ini ’lagipula kami pihak perempuan sudah puas saat ini’
Penyimpangan pelafalan asimilasi konsonan seperti di atas disebabkan masuknya serpihan bunyi BI ke dalam sistem pelafalan fonem BT. Berdasarkan sistem fonologis BT,
konsonan fonem p yang merupakan bunyi hambat bilabial tidak bersuara apabila letaknya
berdampingan dengan fonem h yang merupakan bunyi frikatif glottal tidak bersuara akan mengalami asimilasi progresif dalam relasi antarkata yang menghasilkan pelafalan bunyi [pp].
Akan tetapi, dari data yang diperoleh penutur penutur melakukan penyimpangan. Bunyi fonem konsona tersebut diucapkan sebagai fonem ph tanpa disesuaikannya dengan kaidah pelafalan
BT, seperti martohap hami diucapkan [mart0hap hami], mangalap hata diucapkan [ma ŋalap
hata], singkop hami diucapkan [sikk0p hami]. Dengan demikian cara pelafalan seperti di atas telah melanggar kaidah sistem pelafalan
bunyi BT. Hal tersebut disebabkan antara lain 1 penutur BT yang bilingual kurang memperhatikan atau 2 kurang memahami kaidah pelafalan BT, atau 3 tidak terdapatnya sikap
kesadaran terhadap norma bahasa yang berlaku dalam sistem bahasa penutur sehingga tidak memakai bahasanya secara baik, benar, santun dan korek. Hal ini menyebabkan penutur yang
seharusnya melafalkan bunyi jajaran fonem ph tersebut sebagai [pp], mereka melafalkannya seperti dalam BI. Hal ini terjadi karena dalam BI bunyi jajaran fonem ph tidak mengalami
perubahan bunyi seperti dalam kata balap honda diucapkan [gelap hati].
Dengan demikian, penyimpangan suturan di atas dapat ditabelkan sebagai berikut.
Tabel 5.18 Penyimpangan Asimilasi Fonem p + h → [pp]
Kata Pelafalan
Kesalahan Arti
Universitas Sumatera Utara
Pelafalan
martohap hami [martohap pami]
[martohap hami] memiliki
bagian mangalap hata
[ma
ŋalap pata]
[ma
ŋalap hata]
minta maaf singkop hami
[sikkop pami] [sikkop hami]
kami puas
19. Penyimpangan Asimilasi Fonem s + h → [ss]