c. Pronomina Persona BT
Pronomina persona dalam bahasa Batak Toba mengenal bentuk bebas dan bentuk terikat yang dapat dirinci sebagai berikut.
Persona au dan hu-, contoh :
Misalnya: - Ditogihon ibana ma au ro tu jabuna
diajak dia T aku datang ke rumahnya ’Diajaknya aku ke rumahnya’
- Husise do nasida i sude kutegur T mereka itu semua
‘Kutegur mereka semua ’
Pronomina au ’saya’, ho ’kamu’ tunggal, ibana ’dia’, hita ’kita termasuk penutur, hami ’kami’ tidak termasuk penutur, hami ’kami’ termasuk penutur, hamu ’kamu’ jamak,
dan nasida ’mereka’. Beberapa penutur menggunakan bentuk imana daripada ibana, hal tersebut merupakan kebiasaan menggunakan hamu ketika seorang petutur adalah salah seorang anggota
Persona pertama tunggal : bentuk bebas : au ‘aku’
bentuk terikat : hu-, -hu ‘ku’
Persona pertama tunggal : bentuk bebas : hami ’kami’
bentuk terikat: nami ’kami’
Persona kedua tunggal : bentuk bebas : ho ’kau’
bentuk terikat : -mu ’mu’ Persona kedua jamak :
bentuk bebas : hamu ’kamu’ bentuk terikat : muna ’kamu’
Persona ketiga tunggal : bentuk bebas : ibana ’dia’
bentuk terikat : -na ’nya’ Persona ketiga jamak :
bentuk bebas : nasida ’dia’ bentuk terikat : -nasida
’dia’
Universitas Sumatera Utara
dari lain marga di luar kerabat. Sama halnya dengan nasida menggantikan ibana ketika seseorang merujuk kepada anggota marga lain.
Demonstratif i berfungsi sebagai pronomina orang ketiga tunggal bukan makhluk hidup opsional, seperti hupasaut do i ’saya harus menjadikannya’, ise na pamasukhon i’ siapa yang
memasukkannya?’. Terdapat dua enklitik kata tidak bertekanan pronomina dengan morfofonemik penentu
sa : Sa
1
secara opsional menggantikan ibana ’dia’ setelah bentuk pasif kedua, dan setelah dapot ‘menemukan’, jumpang ‘bertemu’, dan tolap ’dapat melakukan’ seperti dang taridasa ’dia tidak
dapat melihatnya’, dang tarida imana dengan makna yang sama, tartongossa do hepeng tu natorasna ’dia dapat mengirim uang kepada orangtuanya’ tartongos ibana do hepeng tu
natorasna dengan makna yang sama, nungnga dapotsa be’ dia telah menemukannya’ nungnga dapot ibana dengan makna yang sama, jumpangsa ma ulok i ’dia bertemu ular’ jumpasa ma
ponu i ’dia menemukan kura-kura’. Sa
2
secara opsional menggantikan i ’itu’ dan ibana ’dia’ kurang sering digunakan setelah verba aktif yang ditetapkan menggantikan unsur yang adalah objek seperti ibana do na
manabunihonsa ’dia salah seorang yang menyembunyikan itu’ ibana do na manabunihon i dengan makna yang sama, lao ma ibana tu raja i mangidosa ’dia pergi kepada raja itu untuk
memintanya’, dijou nasida ma sada datu mangubatisa ’dia memanggil dukun untuk merawatnya’.
Dalam konstruksi opsional kedua nomina terdapat secara berdampingan dengan tanpa kehadiran penanda sintaksis; dengan istilah umum nomina khusus pendahulu.
Misal: - marga harahap ’keluarga harahap’
Universitas Sumatera Utara
- hata batak ’bahasa Batak’ - tao toba ’danau Toba’
- huta hatubuan ni raja i ’kampung kelahiran raja’ - harotas panuratan ’kertas surat’.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa keberadaan penutur etnik BT di Medan yang bilingual dan hidup berdampingan dengan berbagai etnik dan penutur bahasa yang berbeda
sebagaimana telah disebutkan tadi tampaknya mengalami fenomena interferensi bukan hanya pada sistem fonologis tetapi juga pada sistem morfologis BT. Penutur BT di Medan cenderung
memasukkan unsur-unsur BI dalam pembentukan kata BT saat bertutur. Akibatnya, terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam sistem morfologis BT yang mengacaukan sistem
morfologis BT.
Interferensi morfologis yang terjadi dalam bahasa BT di Medan adalah berupa
penyimpangan-penyimpangan dalam proses pembentukan kata BT. Interferensi morfologis yang diidentifikasi terdapat dalam tuturan BT di Medan adalah terhadap pembentukan kata yang di
dalamnya terdapat unsur BI yang morfem tersebut terdapat padanannya dalam BT. Penyimpangan proses pembentukan morfem BT disebabkan terjadinya interferensi
bahasa dideskripsikan sebagai berikut.
1. Pembentukan Nomina BT