Penyimpangan Asimilasi Fonem n + l →[ll]

dang sahat [dak sahat] [da ŋ sahat] tidak sampai naung salpu [nauk salpu] [nau ŋ salpu] sudah lewat unang sungkun [unak sukkun] [una ŋ sukkun] jangan tanya suang songon [suak so ŋon] [sua ŋ soŋon[ begitu juga naung sorang [nauk sora ŋ] [nau ŋ soraŋ] telah lahir 14. Penyimpangan Asimilasi Fonem n + l →[ll] Jajaran fonem konsonan n + l dalam sistem BT harus direalisasikan sebagai bunyi [ll]. Pengucapan fonem yang demikian disebabkan adanya proses asimilasi di dalam sistem BT. Akan tetapi terjadi interferensi berupa penyimpangan pelafalan bunyi fonem konsonan BT ini yang seharusnya direalisasikan sebagai bunyi [ll], penutur BT di Medan melafalkannya dengan fonem nl seperti tuturan berikut. 96 [ayat duapulu tolu sahat tu tolu pulu opat sabotulna i da] Data: II.7 Tuturan di atas mengalami penyimpangan pelafalan asimilasi konsonan BT. Tuturan yang seharusnya dapat diperhatikan berikut ini. 96a [ayat dua pulu tolu sahat tu tolu pulu opat sabotul la i da] ayat dua pulu tiga sampai ke tiga puluh empat sebetul nya itu ya ’ayat dua puluh tiga sampai ke tiga puluh empat sebetulnya itu, ya’. Perhatikan juga tuturan berikut untuk memperjelas persoalan penyimpangan konsonan tersebut. 97 [jadi p ərtimbaŋakku maŋalєan lima pulu ribu] Data: IV.17 Tuturan yang seharusnya adalah 97a [jadi p ərtimbaŋak ku maŋalєal lima pulu ribu] jadi pertimbangan ku memberi lima puluh ribu Universitas Sumatera Utara ‘Jadi pertimbanganku memberi lima puluh ribu’ Penyimpangan pelafalan asimilasi konsonan seperti di atas disebabkan masuknya serpihan bunyi BI ke dalam sistem pelafalan fonem BT. Berdasarkan sistem fonologis BT, konsonan fonem n yang merupakan nasal alveolar bersuara apabila letaknya berdampingan dengan fonem l yang merupakan bunyi lateral alveolar bersuara akan mengalami asimilasi regresif dalam relasi antarkata yang menghasilkan pelafalan bunyi menjadi jejeran fonem ll. Akan tetapi, dari data yang diperoleh berdasarkan tuturan penutur, bunyi tersebut diucapkan penutur tetap dengan bunyi fonem nl tanpa menyesuaikannya dengan kaidah pelafalan BT, seperti sabotulna diucapkan [sabotulla], mangalean lima pulu diucapkan [ma ŋaleal limapulu]. Dengan demikian cara pelafalan seperti di atas telah melanggar kaidah sistem pelafalan bunyi BT. Hal tersebut disebabkan antara lain 1 penutur BT yang bilingual kurang memperhatikan atau 2 kurang memahami kaidah pelafalan BT, atau 3 tidak terdapatnya sikap kesadaran akan norma bahasa yang berlaku dalam sistem bahasa penutur sehingga tidak memakai bahasanya secara baik, benar, santun dan korek. Hal ini menyebabkan penutur yang seharusnya melafalkan jajaran fonem nl dengan bunyi [ll], dilafalkannya seperti dalam BI. Hal ini terjadi karena dalam BI bunyi jajaran fonem nl tidak mengalami perubahan bunyi seperti dalam kata amanlah diucapkan [amanlah]. Dengan demikian, penyimpangan di atas dapat ditabelkan seperti berikut. Tabel 5.14 Penyimpangan Fonem n + l → [ll] Kata Pelafalan Kesalahan Pelafalan Arti sabotulna [sabotulla] [sabotulna] sebenarnya mangalean lima pulu [ma ŋalєal limapulu] [ma ŋalєan limapulu] memberi limapulu

15. Penyimpangan Asimilasi