Interferensi dalam Realisasi Asimilasi Fonem BT

Namun demikian, ada juga penutur BT yang mengucapkan kata baloshon ’membalaskan’ sesuai dengan sistem BT seperti dalam 39 berikut. 39 [da ŋ dibalosson tu hita hobbar tu akka dosa ta] Data I.4 tidak dibalaskan ke kita sesuai ke semua dosa kita ’Tidak dibalaskan kepada kita sesuai dengan dosa-dosa kita’ Sebagai bandingan, perhatikan tuturan berikut. 40 [...huhut makkauasson asi ni roha ni debata] Data II.6 serta menghauskan belaskasih dari hati dari tuhan ’...serta merindukan belas kasih dari Tuhan’ Variasi ini dikatakan sebagai fenomena penyimpangan karena dalam sistem BT baku tidak terdapat konsonan c. Sama halnya seperti pada variasi gugus konsonan ns, sh sebagai gugus konsonan dalam BT juga memiliki variasi bunyi menjadi [cc] dan [ss]. Terjadinya penyimpangan ini disebabkan penutur bilinual BT-BI kurang memperhatikan sistem kaidah BT. Selain itu, penutur terpengaruh dengan sistem BI sehingga kurang berhati- hati dalam menuturkan BT dan kurang memiliki kesadaran untuk menggunakan bahasanya dengan baik sebagai penanda jati dirinya. Dengan demikian, alternasi gugus konsonan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut. [cc] sh [sc]

5.2.2 Interferensi dalam Realisasi Asimilasi Fonem BT

Asimilasi adalah proses perubahan bunyi sebagian atau keseluruhan yang mengakibatkannya identik atau sama dengan bunyi lain di dekatnya. Dalam BT asimilasi dikaji Universitas Sumatera Utara dalam morfofonemik. BT mengenal asimilasi regresif, progresif dan resiprokal dalam perubahan bunyi fonem yang berjajar. Berdasarkan data penelitian, terdapat interferensi bunyi atau penyimpangan pelafalan dalam BT yang dituturkan penutur BT di Medan yang menyebabkan terjadinya kekacauan dalam sistem pelafalan BT. Penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan dalam data penelitian dapat dilihat seperti berikut. 1. Interferensi Asimilasi Fonem m+b → [bb] Dalam sistem BT, jajaran fonem m + b harus direalisasikan sebagai bunyi [bb]. Akan tetapi terjadi interferensi berupa penyimpangan pelafalan bunyi fonem konsonan BT ini yang seharusnya direalisasikan sebagai bunyi [bb], penutur BT di Medan melafalkannya dengan fonem mb seperti tuturan 41 berikut. 41 [... boi tarapul rohanami boi mambaen las roha nami] Data I.1 Tuturan tersebut seharusnya adalah 41a [...boi tarapul roha nami boi mabba єl las roha nami] dapat terhibur hati kami dapat membuat senang hati kami ’...dapat menghibur hati kami dapat membuat hati kami bergembira’ Terjadinya penyimpangan bunyi [bb] menjadi [mb] disebabkan masuknya serpihan bunyi BI yang terjadi dalam pelafalan fonem BT. Berdasarkan sistem fonologis BT, konsonan fonem m yang merupakan nasal bilabial bersuara apabila letaknya berdampingan dengan fonem b yang merupakan konsonan hambat bilabial bersuara seharusnya dilafalkan sebagai jajaran bunyi [bb] . Hal ini dikarenakan adanya kaidah asimilasi regresif dalam BT yaitu proses perubahan bunyi ke belakang menjadi sama dengan bunyi yang mengikutinya. Akan tetapi, dari data yang diperoleh berdasarkan tuturan penutur, bunyi tersebut diucapkan tetap dengan bunyi [mb]. Penutur tidak menyesuaikan bunyi ini dengan kaidah pelafalan BT, seperti pada kata mambaen Universitas Sumatera Utara