Penyimpangan Asimilasi Bahasa Batak Toba Di Kota Medan (Kajian Interferensi Dan Sikap Bahasa)

‘Jadi pertimbanganku memberi lima puluh ribu’ Penyimpangan pelafalan asimilasi konsonan seperti di atas disebabkan masuknya serpihan bunyi BI ke dalam sistem pelafalan fonem BT. Berdasarkan sistem fonologis BT, konsonan fonem n yang merupakan nasal alveolar bersuara apabila letaknya berdampingan dengan fonem l yang merupakan bunyi lateral alveolar bersuara akan mengalami asimilasi regresif dalam relasi antarkata yang menghasilkan pelafalan bunyi menjadi jejeran fonem ll. Akan tetapi, dari data yang diperoleh berdasarkan tuturan penutur, bunyi tersebut diucapkan penutur tetap dengan bunyi fonem nl tanpa menyesuaikannya dengan kaidah pelafalan BT, seperti sabotulna diucapkan [sabotulla], mangalean lima pulu diucapkan [ma ŋaleal limapulu]. Dengan demikian cara pelafalan seperti di atas telah melanggar kaidah sistem pelafalan bunyi BT. Hal tersebut disebabkan antara lain 1 penutur BT yang bilingual kurang memperhatikan atau 2 kurang memahami kaidah pelafalan BT, atau 3 tidak terdapatnya sikap kesadaran akan norma bahasa yang berlaku dalam sistem bahasa penutur sehingga tidak memakai bahasanya secara baik, benar, santun dan korek. Hal ini menyebabkan penutur yang seharusnya melafalkan jajaran fonem nl dengan bunyi [ll], dilafalkannya seperti dalam BI. Hal ini terjadi karena dalam BI bunyi jajaran fonem nl tidak mengalami perubahan bunyi seperti dalam kata amanlah diucapkan [amanlah]. Dengan demikian, penyimpangan di atas dapat ditabelkan seperti berikut. Tabel 5.14 Penyimpangan Fonem n + l → [ll] Kata Pelafalan Kesalahan Pelafalan Arti sabotulna [sabotulla] [sabotulna] sebenarnya mangalean lima pulu [ma ŋalєal limapulu] [ma ŋalєan limapulu] memberi limapulu

15. Penyimpangan Asimilasi

Fonem n + r → [rr] Universitas Sumatera Utara Jajaran fonem konsonan n + r dalam BT harus direalisasikan sebagai bunyi [rr]. Pengucapan fonem yang demikian disebabkan adanya proses asimilasi di dalam sistem BT. Pengucapan fonem yang demikian disebabkan adanya proses asimilasi di dalam sistem BT. Akan tetapi terjadi interferensi berupa penyimpangan pelafalan bunyi fonem konsonan BT ini yang seharusnya direalisasikan sebagai bunyi [rr], penutur BT di Medan melafalkannya dengan fonem nr seperti tuturan berikut. 98 [pinuji ma goarmi sian tikki on ro di salele ŋleleŋna] Data I.2 Tuturan yang mengalami penyimpangan di atas seharusnya dituturkan sebagai berikut 98a [pinuji ma goar mi siat tikki or ro di salele ŋleleŋ ŋa] terpuji T nama mu dari saat ini datang di selamalama nya ’Terpuji namaMU dari sekarang sampai selama-lamanya’ Agar persoalan interferensi berupa penyimpangan pelafalan asimilasi konsonan BT seperti di atas lebih jelas lagi, perhatikan tuturan-tuturan berikut. 99 [...ikkon di bagasan rohatta mamuji debata] Data IV.7 100 [ibana do raja na ma ŋondihon rumataŋga i] Data II.2 Tuturan yang benar seharusnya adalah 99a [...ikkod di bagasar rohat ta mamuji debata] harus di dalam hati kita memuji tuhan ’...harus sungguh-sungguh memuji Tuhan’ 100a [ibana do raja na ma ŋoddihor rumataŋga i] dia T raja yang membela rumahtangga itu ‘Dia yang membela rumahtangga itu’ Penyimpangan pelafalan asimilasi konsonan seperti di atas disebabkan masuknya serpihan bunyi BI ke dalam sistem pelafalan fonem BT. Berdasarkan sistem fonologis BT, konsonan fonem n yang merupakan bunyi nasal alveolar bersuara apabila letaknya berdampingan dengan fonem r yang merupakan bunyi getar alveolar bersuara akan mengalami Universitas Sumatera Utara asimilasi regresif dalam relasi antarkata yang menghasilkan pelafalan bunyi [rr]. Akan tetapi, dari data yang diperoleh, bunyi tersebut diucapkan dengan fonem nr tanpa menyesuaikannya dengan kaidah pelafalan BT, seperti on ro diucapkan [onro], di bagasan r oha diucapkan [dibagasan roha], dan mangoddih on rumatangga diucapkan [ma ŋoddihon rumataŋga]. Dengan demikian cara pelafalan seperti di atas telah melanggar kaidah sistem pelafalan bunyi BT. Hal tersebut disebabkan antara lain 1 penutur BT yang bilingual kurang memperhatikan atau 2 kurang memahami kaidah pelafalan BT, atau 3 sikap penutur yang kurang menghormati, bertanggung jawab, dan merasa tidak ikut memiliki bahasanya. Hal ini menyebabkan penutur yang seharusnya melafalkan jajaran fonem nr tersebut sebagai bunyi [rr], dilafalkannya seperti dalam BI. Hal ini terjadi karena dalam BI bunyi jajaran fonem nr tidak mengalami perubahan bunyi seperti dalam kata jangan resah diucapkan [ja ŋan resah]. Dengan demikian, penyimpangan konsonan nr ini dapat ditabelkan sebagai berikut. Tabel 5.15 Penyimpangan Asimilasi Fonem n +r → [rr] Kata Pelafalan Kesalahan Pelafalan Arti on ro [or ro] [onro] sampai di bagasan roha [dibagasar roha] [dibagasan roha] di dalam hati mangondihon rumatangga [ma ŋoddihor ruma ta ŋga] [ma ŋoddihor ruma ta ŋga] bertanggungjawab di rumahtangga 16. Penyimpangan Asimilasi Fonem ŋ +d → [ŋg]