Contoh: mulak tu jabu nga martugarang ibana ‘pulang ke rumah
dia sudah merangkak’ 4. Klausa Nonverbal yaitu klausa yang memiliki predikat nonverba. Kategori
nonverba yang dapat menduduki predikat dalam BBT adalah nomina, numeralia, ajektiva, dan adverbia frasa preposisional.
Misal: -
datu bolon do ompungna
‘kakeknya dukun besar’ -
di balian dope angkangmu
‘abangmu masih di sawah’
8.3.3 Pola Kalimat Batak Toba
Menurut Sibarani 1997:10 kalimat dalam BT berpola POS VOS atau lebih lengkapnya POSK. Jika sebuah kalimat memiliki K, posisinya berada setelah S. pada umumnya, Pel hadir
jika predikatnya berkategori verba dwitransitif atau semitransitif dalam suatu bahasa. Oleh karena BT tidak memiliki verba dwitransitif, pelengkap pel hanya hadir setelah verba
semitransitif. Kalimat BT tidak selamanya memiliki O dan juga tidak selamanya P berupa verba, seperti terlihat pada kalimat berikut ini
1 P
trans
– O – S
Mangallang jagal hami di lappo. makan daging kami di warung
‘ Kami makan daging di warung.’
2 P
intrans
– S
Mangan ma hami di jabuna makan T si Pantun
‘ Kami makan di rumahnya’ 3 P
semitrans
– Pel – S
Mardingding topas do jabuna. berdinding tepas T rumahnya
‘ Rumahnya berdinding tepas’.
Universitas Sumatera Utara
4 P
trans.Pasif –
Pel – S – K
Diboan halak i do eme i tu pesta i. dibawa mereka itu T padi itu ke pesta itu
’ Mereka membawa padi ke pesta itu’. 5 P
ajektiva
– S
Marsak roha na mamereng pangalahoni angka ianakkonna. sedih pikiran nya melihat kelakuan tiap anak nya
‘ Hatinya sedih melihat kelakuan semua anaknya’. 6 P
n0mina
– S – K
Siboan tua ma hamu di tongatonga ni keluargamu. pembawa berkat T kalian di tengah-tengah M keluargamu
’Pembawa berkatlah kalian di tengah-tengah keluargamu’. 7 P
verba intransitif
– S – Pel
verba
– K
Lao do nasida marsomba tu angka inganan parsombaon. pergi T mereka menyembah ke berbagai tempat penyembahan
‘ Mereka pergi menyembah ke berbagai tempat penyembahan’.
Jika diperhatikan kalimat-kalimat di atas, terlihat bahwa setiap kalimat memiliki pemarkah topik. Pemarkah topik dalam BT ini adalah do, ma, pe, dope, nama, dan be. Posisi
pemarkah topik itu berada setelah unsur sintaksis pertama atau setelah unsur sintaksis ysng dikedepankan. Akan tetapi, apabila verba transitif bersama dengan objek VO dan verba
semitransitif bersama dengan Pel Vpel dikedepankan, posisi pemarkah topik berada setelah O dan Pel karena hubungan VO dan Vpel pada umumnya sangat ketat sehingga tidak dapat
diantarai unsur lain. BT tidak memiliki verba dwitransitif bitransitif seperti BI dan bahasa Inggris sehingga
kalimat BT tidak mengenal dua nomina pengisi fungsi sintaksis secara berurutan setelah predikat. Dengan kata lain, dua nomina yang sangat berfungsi sebagai O dan Pel tidak mungkin
Universitas Sumatera Utara
secara berurutan mengikuti predikat dalam BT. Dalam istilah tradisional, tidak mungkin terdapat objek langsung dan objek tak langsung dalam kalimat bahasa BT. Oleh karena BT hanya
mengenal verba ekatransitif, verba BT hanya membutuhkan satu FN dan verba tersebut tidak dapat menunjukkan peran benefaktif. Yang memperlihatkan peran benefaktif dalam BT adalah
preposisi tu “ kepada”. Dengan demikian, BT tidak memiliki struktur kalimat seperti struktur BI dan bahasa Inggris berikut ini:
1. Mereka memberi saya buku 2.
They gave me a book
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa predikat dalam kalimat BT mendahului semua sintaksis lain, baik objek, subjek, pelengkap maupun keterangan. Jika semua
fungsi sintaksis itu hadir dalam kalimat, polanya P-O-S-K jika kalimat itu memiliki objek atau P- Pel-S-K jika kalimat itu memiliki pelengkap atau P-Pel-S-K jika kalimat itu dalam bentuk
kalimat pasif. Variasi lain yang masih mungkin terjadi dalam pola kalimat BT adalah pengedepanan subjek untuk mendapatkan penopikan subjek.
Sibarani 1997 : 215 mengungkapkan bahwa dalam pola umum konstruksi kalimat
tunggal BT, predikatlah yang menjadi topik suatu kalimat karena predikat itu berada di depan sebuah kalimat.
1. Jenis Kalimat Batak Toba Kalimat adalah satuan bahasa terkecil , dalam wujud lisan, atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh lihat Alwi,dkk.2000. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang
diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun
Universitas Sumatera Utara
proses fonologis lainnya. Sementara Chaer 1994 : 240 mendefinisikan kalimat sebagai satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa dilengkapi dengan
konjungsi bila diperlukan dan disertai dengan intonasi final.
a. Kalimat Topik