Jenis-jenis Interferensi Pembagian Bidang Interferensi

maupun intonasi ─ sebagai akibat kontak dua bahasa atau lebih yang dikuasai oleh seorang penutur dan akibat penguasaan beberapa bahasa dan pemakaiannya secara bergantian.

3.3.1 Jenis-jenis Interferensi

Interferensi sebagai gejala umum dalam peristiwa bahasa merupakan akibat dari kontak bahasa. Interferensi sebagai suatu masalah dalam sosiolinguistik menarik perhatian para ahli sehingga mereka memberikan pengamatan terhadap keberadaan interferensi berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. Pandangan dari sudut yang berbeda itu menghasilkan pengamatan yang berbeda pula maka timbul bermacam-macam interferensi . Mengacu kepada pendapat Weinreich tentang interferensi, Huda 1981 : 17 mengidentifikasikan atas empat macam, yaitu 1 mentransfer unsur bahasa ke dalam bahasa yang lain, 2 adanya perubahan fungsi dan kategori yang disebabkan oleh adanya pemindahan, 3 penerapan unsur-unsur bahasa kedua yang berbeda dengan bahasa yang pertama, dan 4 kurang diperhatikannya struktur bahasa kedua mengingat tidak ada ekuivalensi dalam bahasa pertama. Sementara itu, Poedjosoedarmo 1978 : 36 berdasarkan jenisnya membedakan interferensi menjadi tiga macam yakni 1 interferensi bersifat aktif, yaitu adanya kebiasaan dalam berbahasa daerah dipindahkan ke dalam bahasa Indonesia; 2 interferensi bersifat pasif yaitu penggunaan beberapa bentuk bahasa daerah oleh bahasa Indonesia karena dalam bahasa Indonesia tidak ada bentuk atau pola bahasanya; 3 interferensi bersifat variasional yaitu kebiasaan menggunakan ragam tertentu ke dalam bahasa Indonesia.

3.3.2 Pembagian Bidang Interferensi

Universitas Sumatera Utara Weinreich 1968 membagi bentuk-bentuk interferensi atas tiga bagian, yaitu interferensi dalam bidang bunyi interferensi fonologis, interferensi dalam bidang gramatikal tatabahasa, dan interferensi dalam bidang leksikal. Bentuk-bentuk tersebut dijelaskan berikut ini. 3.3.2.1 Interferensi Fonologis Istilah interferensi bunyi digunakan para ahli untuk menyebut gejala penyimpangan tingkat sistem bunyi. Menurut Weinreich 1953 interferensi bunyi terjadi bilamana seseorang dwibahasawan mengartikan dan menghasilkan kembali bunyi sistem bahasa kedua itu pada bunyi sistem bahasa pertama. Dengan perkataan lain, interferensi bunyi terjadi apabila seorang dwibahasawan memperlakukan – mengidentifikasi dan memproduksi – bunyi bahasa yang satu seperti ketika ia memperlakukan bunyi lainnya. Pengertian itu tidak membedakan secara jelas apakah ujud interferensinya itu fungsional atau hanya bersifat alofonis belaka. Realisasi ∫ atas s, misalnya, dapat bersifat fungsional dalam kata seperti syarat dengan sarat , tetapi bersifat alofonis dalam kata seperti masyarakat, syarat, dan syukur. Itulah sebabnya atas ujud hasil interferensi itu kemudian orang membedakan interferensi bunyi atas interferensi fonemis yang menghasilkan bunyi-bunyi fungsional, dan interferensi fonetis yang hanya menghasilkan bunyi- bunyi alofonis. Perlakuan bunyi secara berbeda akibat interferensi bunyi itu dapat berupa substitusi bunyi sound substitution, kenal-sama terhadap dua bunyi under-differentiation, kenal-beda terhadap dua bunyi over-differentiation, penafsiran ulang perbedaan bunyi reinterpretation of distinctions, dan interferensi fonotaktik lihat Weinreich, 1958. Jenis interferensi yang paling populer adalah substitusi bunyi. Interferensi seperti ini terjadi apabila ada fonem yang sama-sama terdapat dalam bahasa pertama B 1 dan bahasa kedua Universitas Sumatera Utara B 2 , tetapi secara fonetis bunyi itu direalisasikan berbeda, dan seorang dwibahasawan merealisasikan fonem B 2 seperti realisasinya dalam B 1. Sebagai contoh adalah bahasa-bahasa Slavia dan Inggris sama-sama mengenal fonem t, tetapi dalam bahasa Slavia fonem itu dilafalkan sebagai bunyi dental, sedangkan dalam bahasa Inggris t umumnya bunyi alveolar. Dalam bahasa Indonesia, posisi awal fonem d direalisasikan sebagai bunyi hambat alveolar, sedangkan bahasa Jawa melafalkannya sebagai hambat dental. Substitusi bunyi terjadi apabila penutur bahasa Jawa merealisasikan d bahasa Indonesia sebagai hambat dental.

3.3.2.2 Interferensi Gramatikal

Interferensi yang terjadi pada bidang morfologi dan sintaksis biasa disebut interferensi gramatikal Weinreich, 1968. Menurut Rusyana 1975 : 68 interferensi bidang gramatikal tata bahasa terjadi bilamana dwibahasawan mengidentifikasikan morfem, kelas morfem, atau hubungan ketatabahasaan pada sistem bahasa kedua B 2 dengan morfem, kelas morfem, atau hubungan ketatabahasaan pada sistem bahasa pertama B 1 , dan menggunakannya dalam tuturannya pada bahasa kedua, serta demikian pula sebaliknya. Weinreich 1968 menyatakan bahwa interferensi gramatikal morfologis kadang-kadang sulit dibedakan dengan interferensi leksikon. Begitu pula halnya perbedaan interferensi morfologis dengan interferensi sintaktis. Dengan demikian, meskipun BT dengan BI sebagai bahasa serumpun mengandung beberapa persamaan, interferensi BI dalam penggunaan BT dapat ditentukan kemungkinannya. Sebagaimana pernyataan Weinreich 1968:30 dengan membandingkan sistem bunyi atau sistem tata bahasa dua bahasa, dan menggambarkan perbedaan-perbedaannya, biasanya bisa diperoleh sejumlah kemungkinan bentuk interferensi yang terjadi. Universitas Sumatera Utara Sementara itu, Chaer dan Agustina 1995:162 mengungkapkan bahwa interferensi dalam bidang morfologi, antara lain terdapat dalam pembentukan kata dengan afiks. Interferensi morfologis terjadi apabila dalam pembentukan katanya sesuatu bahasa menyerap afiks-afiks bahasa lain Suwito, 1985:55. Misalnya penggunaan imbuhan ke, ke-an bahasa Jawa dan afiks – nisasi, -is dari bahasa asing Belanda dan Inggris, digunakan ke dalam bahasa Indonesia misalnya kelanggar, ketabrak, kemahalan, bubaran, ikanisasi, agamais, cengkih nisasi. Sementara itu, Weinreich menggolongkan interferensi gramatikal atas empat bagian, sebagai berikut. 1 Pemindahan Morfem Pemindahan morfem dalam hal ini diartikan sebagai penggunaan morfem bahasa A ketika berbicara atau menulis ke dalam morfem bahasa B. Pengertian morfem yang dipindahkan dalam hal ini dapat berbentuk morfem bebas, morfem terikat, atau morfem terikat bersama morfem bebas sekaligus. Morfem-morfem yang mempunyai fungsi tatabahasa yang rumit, rupanya jarang dipindahkan oleh dwibahasawan dibandingkan dengan morfem yang mempunyai fungsi lebih sederhana. Misalnya, kata depan preposisi ternyata lebih jarang dipindahkan dibandingkan dengan kata benda yang bebas. Bila diperhatikan kepindahan morfem-morfem dari yang paling jarang dapat diurutkan sebagai berikut: akhiran infleksi yang paling terintergrasi, kata-kata tugas seperti kata depan, jenis-jenis kata, meliputi kata benda, kata kerja, kata keadaan dan kata seru Rusyana,1975 : 70. Kadang-kadang terjadi pula bentuk morfem bebas yang dipindahkan dalam bahasa kedua dalam bentuk kata majemuk, baik dengan imbuhan maupun tidak. Kehadiran pasangan kata Universitas Sumatera Utara majemuk dalam bahasa penerima memungkinkan si pemakai menguraikan kata majemuk itu menjadi kata dasar dan imbuhan, dan kemudian meluaskan imbuhan itu kepada kata dasar yang asli. 2 Penerapan Hubungan Gramatikal Arti yang dimaksudkan dalam penerapan hubungan gramatikal ini ialah penerapan hubungan tatabahasa A pada morfem bahasa B, atau mengabaikan hubungan bahasa B yang tidak mempunyai prototip dalam bahasa A. Interferensi ini biasa terjadi dalam tuturan dwibahasawan, yang dibedakan atas beberapa macam yaitu: 1 salinan hubungan dari bahasa lain itu menimbulkan arti yang dimaksudkan, 2 salinan hubungan dari bahasa lain itu melanggar pola hubungan yang telah ada, dan 3 salinan hubungan dari bahasa lain itu menimbulkan hubungan yang tidak perlu. Selanjutnya Weinreich 1968 memberikan contoh kalimat dalam bahasa Inggris He comes tomorrow home, yang disusun dengan struktur bahasa Jerman er komt morgen nach hause, yang terbukti sebagai penerapan bahasa Jerman dalam bahasa Inggris. Adapun unsur- unsur bahasa yang satu pindah ke bahasa yang lain dinyatakan sebagai bentuk transfer pemindahan Samsuri,1978 :46-47. Seorang Belanda yang menguasai bahasa Inggris mungkin akan mengatakan I have been there yesterday. Kalimat ini tidak gramatikal karena tidak dipakai oleh pembicara-pembicara asli bahasa Inggris, sebab umumnya mereka mengucapkan I was there yesterday, dalam situasi yang sama. Kekeliruan itu disebabkan oleh pengaruh penguasaan bahasa Belanda mereka Ik ben gisteren daar geweest. Atau seorang Indonesia yang mengatakan He yesterday went to Bogor, yang mirip dengan Ia kemarin pergi ke Bogor. Dalam BI masih mungkin adanya permutasi antara komponen-komponen ia, kemarin, pergi, ke, Bogor, artinya antara keempat Universitas Sumatera Utara komponen bisa diselang-seling, tetapi tidaklah demikian halnya di dalam bahasa Inggris. Pemindahan di atas ini adalah penerapan hubungan dalam bidang sintaksis. Dalam bidang morfologi terdapat juga penerapan seperti pada much, many atau a lot of yang berarti banyak. Misalnya pada I like many cream in my coffe, yang mestinya I like much cream in my coffee, atau lebih biasa lagi I like a lot of cream in my coffee. 3 Perubahan fungsi morfem Artinya perubahan baik perluasan atau pengurangan dalam fungsi-fungsi morfem B dengan berdasarkan gramatika bahasa A, karena identifikasi morfem bahasa B tertentu dengan morfem bahasa A yang tertentu. Jika dwibahasawan mengidentifikasikan sebuah morfem atau kategori gramatikal bahasa A dengan morfem atau kategori gramatikal bahasa B, ia mungkin menerapkan fungsi gramatikal yang diambil dari sistem bahasa A kepada morfem bahasa B. Yang mendorong dwibahasawan tersebut melakukan padanan morfem antarbahasa ialah adanya keserupaan bentuk, atau adanya keserupaan fungsi sebelumnya Rusyana, 1975 : 72. 4 Pengabaian Kategori Wajib Pengabaian kategori wajib artinya pengabaian hubungan gramatikal bahasa B yang tidak ada contohnya dalam bahasa A. Jenis interferensi ini mengakibatkan kategori-kategori gramatikal seperti cases, genders, dan lain-lainnya hilang atau tidak menjadi kurang wajib Rusyana, 1975 : 72.

3.3.2.3 Interferensi Leksikal

Universitas Sumatera Utara Interferensi leksikal terjadi antara satu perbendaharaan kata dengan yang lainnya melalui bermacam-macam cara. Persoalan interferensi leksikal yang terjadi dalam suatu bahasa diklasifikasikan Weinreich 1970 atas a kata sederhana simple word, b kata majemuk dan frase, dan c pinjaman dan kesejajaran beberapa bahasa. Pengklasifikasian interferensi leksikal yang diungkapkan Weinreich dijelaskan berikut ini. a Kata sederhana simple word Interferensi jenis ini mengacu pada unsur nir-majemuk leksikal yang merupakan transfer urutan fonemis dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Misalnya interjeksi bahasa Jerman-bahasa Inggris : holismok holy smoke. b Kata majemuk dan Frase Terdapat tiga jenis interferensi terhadap satuan leksikal ganda yang terdiri lebih dari sebuah morfem yaitu 1 semua unsur dapat dipindah-alihkan, 2 semua unsur dapat direproduksi melalui perluasan semantik, dan 3 semua unsur dapat dipindah-alihkan dan bersamaan direproduksi. c Pinjaman dan Kesejajaran Antara Beberapa Bahasa. Menurut Suwito 1985:58 interferensi dalam bidang kosa kata mungkin merupakan interferensi yang paling besar dalam rangka kontak bahasa lihat Weinreich,1968. Selanjutnya Rusyana 1975 berpendapat bahwa dalam dua bahasa yang tertentu, bahasa A dan bahasa B, morfem-morfem bahasa A dapat dipindahkan ke dalam bahasa B, atau morfem-morfem bahasa B dapat digunakan dengan fungsi yang baru berdasarkan model morfem bahasa A yang artinya Universitas Sumatera Utara dipersamakan. Akhirnya dalam hal unsur leksikal yang berbentuk kata majemuk, kedua proses tersebut dapat digabungkan.

3.3.3 Faktor-faktor yang Memungkinkan Terjadinya Interferensi