Frase Adverbial Leksikal Bahasa Batak Toba

d. Frase Adverbial

Frase adverbial adalah frase endosentris berinduk satu yang induknya adverbia dan modifikatornya adverbia lain atau partikel. Adverbia adalah kategori kata yang menerangkan verba. Frase Adverbia BT digolongkan atas tiga yaitu adverbial cara, adverbia tempat dan adverbia waktu. Dari segi bentuk, BT tidak membedakan adverbial cara dengan ajektiva lihat Sibarani, 1997, misalnya Tung mansai burju do anakna i ‘Anaknya sangat baik’, frase tung mansai burju pada kalimat ini adalah frase ajektival yang berfungsi sebagai predikat. Bandingkan dengan frase adverbial berikut dalam kalimat Tung mansai burju do mula-ulaon anakna i ‘Putranya sungguh sangat rajin bekerja’. Dengan demikian tampak bahwa BT memiliki kaidah dalam pembentukan frase ajektivanya. Akan tetapi, penggunaan bahasa BT baku di Medan telah mengalami penyimpangan termasuk dalam frase adverbial. Penutur BT di Medan kelihatannya cenderung memasukkan unsur BI dalam tuturannya padahal padanan dari frase itu ada dalam BT yang mengakibatkan terganggunya sistem BT baku. Penyimpangan pada kelas frase adverbial yang terjadi pada masyarakat BT di Medan disebabkan adanya interferensi sistem BI sebagaimana tampak berikut ini. • lebih kurangÆ hurang lobi. • sesuai tu arahan ni panitia Æ hobbar tu na pinabinotohon • setiap hari Æ ganup arisiapari • secara senior pe Æ hombar tu ruhutruhut pe

8.4 Leksikal Bahasa Batak Toba

Universitas Sumatera Utara Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Kata dalam BT dapat terdiri atas satu fonem, misalnya i ‘itu’, e ’hey’, bisa juga terdiri dari dua fonem atau lebih, misalnya on ‘ini’, an ‘itu, ala ’karena’. . Gejala interferensi dalam tuturan BT penutur di Medan menyebabkan kekacauan dalam sistem BT. Penyimpangan leksikal BT yang tampak merupakan serpihan-serpihan leksikal BI yang masuk ke dalam tuturan BT. Persoalan penyimpangan ini timbul disebabkan oleh perkembangan sistem suatu bahasa termasuk BT sebab setiap bahasa mana pun tidak pernah berada pada satu keadaan tertentu. Ia selalu berubah sesuai dengan perubahan zaman. Setiap bahasa mempunyai caranya sendiri-sendiri dalam mengembangkan unsur-unsurnya itu. Proses perkembangan ini tergantung selain kepada unsur internal bahasa itu sendiri, yakni kesiapan bahasa menerima perubahan yang terjadi pada bahasa itu sendiri juga pada faktor eksternal bahasa, seperti tuntutan keadaan sosial budaya, tuntutan perkembangan IPTEK, tuntutan politik bahasa dan lain-lain. Masuknya unsur BI ke dalam BT dianggap sebagai interferensi yang menyebabkan penyimpangan terhadap sistem BT karena serpihan leksikal BI tersebut ada padanannya dalam BT. Sebagaimana dinyatakan Chaer 2004 : 158 bahwa bila penggunaan serpihan bahasa lain mengakibatkan penyimpangan terhadap suatu bahasa maka hal tersebut menyebabkan terjadinya peristiwa interferensi. Interferensi leksikal yang terjadi dalam BT di Medan diklasifikasikan berdasarkan kelas kata seperti berikut.

1. Kata Kelas Nomina