Penyimpangan Asimilasi Fonem n+d → [dd]

memperhatikan atau 2 kurang memahami kaidah pelafalan BT, atau 3 disebabkan sikap mereka yang kurang perduli terhadap sistem BT sebagai penanda jati dirinya. Hal ini menyebabkan penutur yang seharusnya melafalkan bunyi jajaran fonem n+m menjadi [mm] , dilafalkan mereka seperti dalam BI. Hal ini terjadi karena dalam BI jajaran konsonan fonem n+m tidak mengalami perubahan bunyi seperti dalam kata jalan malam diucapkan [jalan malam], pohon mangga diucapkan [pohon ma ŋga]. Penyimpangan tuturan tersebut dapat ditabelkan sebagai berikut. Tabel 5.2 Penyimpangan Asimilasi Fonem n+m → [mm] Kata Pelafalan Kesalahan Pelafalan Arti oloanmu [oloammu] [oloanmu] kau terima parbagason ma [parbagasom ma] [parbagason ma] menikah denggan mardalan [de ŋgam mardalan] [de ŋgan mardalan] berjalan dengan baik dapotan mual [dapotam mual] [dapotan mual] mendapat air 3. Penyimpangan Asimilasi Fonem n+d → [dd] Jajaran fonem konsonan n+d dalam BT harus direalisasikan sebagai bunyi [dd]. Pengucapan fonem yang demikian disebabkan adanya proses asimilasi di dalam sistem BT. Akan tetapi terjadi interferensi berupa penyimpangan pelafalan bunyi fonem konsonan BT ini yang seharusnya direalisasikan sebagai bunyi [dd], penutur BT di Medan melafalkannya dengan fonem nd seperti tuturan berikut. 50 [nu ŋŋa dibotoho soŋondia hagaleon ni jolma na tinoppami] Data I.1 Tuturan yang benar dan sesuai sistem BT dari tuturan di atas seharusnya adalah 50a [nu ŋŋa diboto ho soŋoddia hagaleon ni jolma na tinoppa mi] sudah diketahui kau bagaimana kelelahan dari orang yang ciptaan mu Universitas Sumatera Utara ‘Kau sudah mengetahui bagaimana kelemahan manusia yang Kau ciptakan’ Pada tuturan di atas tampak adanya penyimpangan pelafalan disebabkan masuknya serpihan bunyi BI yang terjadi dalam pelafalan fonem BT. Berdasarkan sistem fonologis BT, konsonan fonem n yang merupakan nasal alveolar bersuara apabila letaknya berdampingan dengan fonem d hambat alveolar bersuara akan mengalami asimilasi regresif dalam relasi antarsuku kata dan relasi antarkata yang menghasilkan pelafalan bunyi [dd]. Akan tetapi, dari data yang diperoleh berdasarkan tuturan penutur, bunyi tersebut tetap dilafalkan seperti bunyi fonem-fonem tersebut n+d tanpa menyesuaikannya dengan kaidah pelafalan BT. Penyimpangan bunyi dalam jajaran fonem seperti ini berdasarkan data yang diperoleh terdapat di dalam relasi antarsuku kata. Penyimpangan jajaran fonem seperti ini dapat juga ditemukan pada beberapa tuturan berikut. 51 [alai nu ŋa ditanda ho hagaleon nami tuhan]. Data I.1 Tuturan di atas tidak sesuai sistem BT, karena pelafalan fonem tersebut seharusnya adalah seperti yang tampak pada 51a berikut. 51a [alai nu ŋa ditadda ho hagaleon nami tuhan] tetapi sudah dikenal kau kelemahan kami tuhan ‘Tetapi Kau sudah mengenal kelemahan kami Tuhan’ Demikian juga pada tuturan berikut, tampak terdapat penyimpangan dalam pelafalan jajaran fonem n + d. 52[l єhod di nasida apulapul na sumuruŋ i tuhan] Data I.2 53 [... di bagasan tikki on tuhan asa pasada partondion nami....] Data I.2 Pelafalan fonem pada asimilasi fonem n + d yang sesuai sistem BT adalah 52a [l єhod di nasida apulapul na sumuruŋ i tuhan] berikan ke mereka penghiburan yang lebih baik itu tuhan Universitas Sumatera Utara ‘Berikan kepadanya penghiburan yang istimewa itu Tuhan’ 53a [...di bagasan tikki on tuhan asa pasada partoddion nami....] Dengan demikian cara pelafalan seperti di atas telah melanggar kaidah sistem pelafalan bunyi BT. Hal tersebut disebabkan antara lain 1 penutur BT yang bilingual kurang memperhatikan atau 2 kurang memahami kaidah pelafalan BT, atau 3 disebabkan sikap mereka yang kurang perduli terhadap sistem BT sebagai penanda jati dirinya. Hal ini menyebabkan penutur salah melafalkan fonem n + d yang sesuai sistem BT. Penutur yang seharusnya melafalkan jajaran fonem n+d sebagai [dd] , dilafalkannya seperti dalam BI. Dalam BI jajaran fonem n+d tidak mengalami perubahan bunyi seperti dalam kata pandai diucapkan [pandai], sandiwara diucapkan [sandiwara], atau deretan kata bulan depan yang ducapkan [bulandepan]. Penyimpangan tuturan tersebut dapat ditabelkan sebagai berikut. Tabel 5.3 Penyimpangan Asimilasi Fonem n + d → [dd] Kata Pelafalan Kesalahan Pelafalan Arti songondia [so ŋoddia] [so ŋondia] bagaimana ditanda [ditadda] [ditanda] dikenal lehon di nasida [l εhoddinasida] [lεhondinasida] berikan kepadanya partondian [partoddian] [partondian] kerohanian 4. Penyimpangan Asimilasi Fonem n+j → [jj]