Interferensi dalam Sintaksis Interferensi Aspek Gramatikal

Persoalan penyimpangan pembentukan verba ini disebabkan penutur terpengaruh dengan verba BI. Di satu sisi penutur tersebut ingin mempertahankan BT dengan menggunakan afiks BT {- hon}, pada sisi lain penutur tidak dapat menemukan verba BT yang tepat dalam tuturannya dan mengalihkannya dengan verba BI. Sebenarnya verba ini terdapat padanannya dalam BT yaitu patujolohon, sehingga tuturan yang seharusnya adalah 142a [... manang di lembaga pendidikan patujolohon popparan ni oppu ta....] entah di lembaga pendidikan memprioritaskan keturunan dari nenek kita ...entah di lembaga pendidikan memprioritaskan keturunan nenek moyang kita....’ Pola penyimpangan yang mirip dengan kasus di atas tampak pula dalam verba mabbalosson yang dibentuk melalui pola afiks BT {maN-, -on} + verba BI {balas} yang diucapkan [balos] seperti dalam tuturan berikut. 143 [... so ŋon i nuaєŋ pabbaєnon muna i tuhatta ma mabbalosson i] Data III.12 Interferensi ini terjadi karena penutur BT telah mengenal verba balas dalam BI dan kemudian menyesuaikannya dengan lafal BT menjadi balos [balos]. Sebenarnya, penutur masih mengenal pola pembentukan verba BT, hanya saja penutur tidak dapat menghindari pengaruh B 2 dalam dirinya. Hal ini juga mengindikasikan bahwa penutur bersikap kurang perduli dengan bahasanya. Tuturan di atas seharusnya adalah 143a [so ŋon i nuaєŋ pabbaєnon muna i tuhat ta ma mamalosson i] seperti itu sekarang perbuatan kamu itu tuhan kita T membalaskan itu ’Seperti itu sekarang perbuatan kalian Tuhan kita membalaskan itu’

5.3.2 Interferensi dalam Sintaksis

Struktur BT berpola V – S – O. Interferensi dalam aspek sintaksis yang ditemukan dalam tuturan penutur BT di Medan BT adalah dalam penggunaan preposisi ni dan partikel na dan penghilangan pemarkah kalimat topik do, ma, pe, dope, be dalam pola konstruksi frase BT. Universitas Sumatera Utara 1 . Interferensi Penggunaan Preposisi ni ’dari’ Preposisi BT ni yang mendahului nomina digunakan untuk menyatakan kepemilikan atau posesif dari benda atau orang lihat Nababan,1981 seperti tarup ni jabu ‘atap rumah’, jabu ni donganhu ‘rumah temanku’, dan ama ni si Ucok ‘ayah Ucok’. Bila kita bandingkan dengan sistem BI, untuk menyatakan kepemilikan, tidak diperlukan preposisi sebagaimana halnya dalam BT, misalnya baju adik, jendela rumah, mobil saya, dan sebagainya. Dari data penelitian ditemukan kecenderungan penutur BT di Medan tidak menggunakan preposisi ni tersebut dalam kalimat tuturan BT sebagaimana mestinya. Misalnya dapat diamati pada tuturan berikut ini. 144 [parta ŋiaŋan naposo buluŋ di bagas keluarga amatta sittua ....] Data III.11 Tampak dalam tuturan 144 penyimpangan dalam sistem BT. Penutur tidak menggunakan preposisi ni dalam tuturannya padahal untuk menyatakan kepemilikan, BT mengharuskan pemakaian preposisi ini. Jadi tuturan tersebut seharusnya adalah 144a [parta ŋiaŋan naposo buluŋ di bagas keluarga ama ta sittua ....] perkumpulan muda daun di rumah keluarga bapak kita sintua ‘Persekutuan doa kaum muda di rumah keluarga bapak Sintua H.Silitonga’ Interferensi yang terjadi dalam tuturan di atas disebabkan tidak hadirnya preposisi ni dalam frasa bagas keluarga. Dari tuturan tersebut tampak bahwa penutur menggunakan pola pembentukan kepemilikan BT mengikuti pola BI sebab BI memang tidak menggunakan preposisi untuk menyatakan kepemilikan. Hal ini menggambarkan bahwa penutur kurang menguasai pola pembentukan frasa BT sehingga dia menggunakan pola frasa BI yang telah dikuasainya sebagai penutur bilingual yang tidak sejajar. Selain itu, tergambar pula bahwa Universitas Sumatera Utara interferensi yang terjadi disebabkan oleh sikap penutur yang kurang memiliki kesadaran terhadap sistem BT sebagai bahasa yang menunjukkan jati dirinya. Penyimpangan yang sama dapat pula diperhatikan pada beberapa tuturan berikut. 145 [jadi molo di bagas debata do hita da ŋ adoŋ alasan...] Data II.7 146 [ikkon hormat do au asa ado ŋ annon deba hata sihatahon nasida] Data III.10 147 [ ho ma na gabe ama di to ŋa jabu on] Data I.1 Tuturan di atas seharusnya adalah 145a [jadi molo di bagas ni debata do hita da ŋ adoŋ alasan...] jadi kalau di dalam dari tuhan T kita tidak ada alasan ‘Jadi kalau kita di dalam Tuhan, tidak ada alasan...’ 146a [... asa ado ŋ annon deba hata sihatahon ni nasida] agar ada nanti sebagian kata dikatakan dari dia ‘... agar ada nanti sebagian kata yang disampaikannya’ 147a [ho ma na gabe ama di to ŋa ni jabu on] kau T yang jadi bapak di tengah dari rumah ini ‘Kau yang jadi bapak di tengah rumah ini’ Data tuturan di atas memperlihatkan terdapatnya interferensi berupa penyimpangan dalam penggunaan preposisi ni karena BT tidak mengenal struktur dua nomina yang berurutan. Apabila terdapat dua nomina tersusun berurutan dalam kalimat BT harus disisipi dengan pemarkah atau preposisi ni. Pola seperti ini juga terdapat dalam sistem bahasa Prancis BP, bahwa suatu nomina tidak bisa terdapat secara berurutan, untuk itu harus disisipi preposisi de ’dari’ seperti dalam kata la maison de beauté ‘toko kecantikan’, la voiture de Pierre ‘mobil Pierre’. Pola frasa BP ini mengharuskan penempatan preposisi de di antara kedua nomina tersebut. Demikian pula halnya dengan pola frasa BT. Jadi frasa BT di bagas keluarga, harus menjadi di bagas ni keluarga, di tonga jabu menjadi di tonga ni jabu.

2. Interferensi Partikel na ’yang’