Interferensi pada Pemarkah Kalimat Topik dope

Pada tuturan di atas, tampak bahwa penutur melakukan penyimpangan dalam sistem BT. Penyimpangan terjadi karena dalam tuturan tersebut tidak digunakan partikel be sebagai pemarkah kalimat topik.Tuturan yang seharusnya adalah 166a [ dak pola b є sukkunon soŋon i] tidak perlu T ditanyakan seperti itu ‘tidak perlu ditanyakan seperti itu’ 167a [alana ŋa ditobus bє hita] karena sudah ditebus T kita ’karena kita masing-masing sudah ditebus 168a [una ŋ bє mabiar hami di ŋolu nami on....] jangan T takut kami di hidup kami ini ’Jangan kami takut di hidup kami ini’ 169a [...holo ŋ ni roha unaŋ bє muraura madabu] kasih dari hati jangan T gampang jatuh ’...cinta jangan gampang jatuh’ 170a [ ... asa mulak b є hami mabboan hatami mian di bagasan roha nami] agar pulang T kami membawa katamu tinggal di dalam hati kami ’...agar kami pulang membawa firman Mu yang tinggal di dalam hati kami’ Berdasarkan data tuturan di atas, terlihat bahwa penutur BT telah melakukan penyimpangan terhadap BT yaitu dengan menghilangkan partikel be yang berfungsi sebagai pemarkah topik dalam BT. Pemarkah topik be mengandung makna otoritif. Penyimpangan tersebut disebabkan antara lain 1 penutur BT kurang memperhatikan kaidah BT dalam penggunaan partikel be sebagai pemarkah kalimat topik, 2 penutur BT terpengaruh dan terbiasa dengan struktur BI yang tidak menggunakan pemarkah topik dalam kaidah pembentukan kalimat, 3 penutur bersikap kurang perduli terhadap sistem BT sebagai penanda jati dirinya.

e. Interferensi pada Pemarkah Kalimat Topik dope

Universitas Sumatera Utara Pemarkah topik dope merupakan gabungan partikel do yang menyatakan waktu lampau dengan partikel pe yang menyatakan waktu mendatang sehingga membentuk makna progresif ’masih’ Sibarani, 1997. Penyimpangan sistem BT dalam penggunaan pemarkah kalimat topik dope tampak dalam tuturan berikut. 171 [boi nasida pasahatton adat na gok] Data II.5 Pada tuturan di atas tampak adanya pelesapan partikel dope yang seharusnya muncul setelah kata boi. Pelesapan ini terjadi karena penutur BT yang bilingual terbiasa menggunakan kalimat topik BI tanpa partikel. Tuturan di atas seharusnya adalah 171a [...boi dop є nasida pasahatton adat na gok]. bisa masih mereka menyampaikan adat yang penuh ‘Mereka masih bisa menyampaikan adat seutuhnya’ Penyimpangan tuturan lainnya dapat dilihat berikut ini agar lebih memperjelas terdapatnya penyimpangan dalam sistem BT. 172 [ asa boi hami tuhan las marlas ni roha tuhan] Data I.2 173 [ … di pardalanan ni karejotta asa boi hita membangun….]Data IV.10 174 [ ... alani tuhan biccan diudut ho ŋolunami ajari hami .... ] Data I.1 Tuturan di atas seharusnya adalah 172a [ …asa boi dop є hami tuhan las marlas ni roha tuhan] agar bisa T kami tuhan lalu bergembira dari hati tuhan ’...agar kami bisa Tuhan lalu bergembira Tuhan’ 173a [ …di pardalanan ni karejot ta asa boi dop є hita membangun….] di perjalanan dari pekerjaan kita agar bisa lagi kita membangun ’...di perjalanan pekerjaan kita agar kita masih bisa membangun....’ 1`74a [...ala ni i tuhan biccan diudut ho dop є ŋolu nami ajari....] karena dari itu tuhan selagi disambung kau masih hidup kami ajari Universitas Sumatera Utara ’...karena itu Tuhan selagi hidup kami masih kau sambung ajari....’ Penyimpangan dalam sistem BT karena penutur BT menghilangkan unsur pemarkah kalimat topik dope sehingga mengacaukan struktur BT. Hal ini disebabkan penutur bilingual BT- BI kurang memperhatikan kaidah sistem BT sehingga terjadi penyimpangan dalam tuturannya, di samping itu penutur juga bersikap kurang memiliki kesadaran untuk mempertahankan sistem BT sebagai B 1 -nya.

4. Interferensi Pola Konstruksi Frase