Penyimpangan Asimilasi Fonem ŋ + h → [kk]

menyebabkan penutur salah melafalkan fonem r + n yang sesuai sistem BT. Penutur yang seharusnya melafalkan bunyi jajaran fonem r + n tersebut sebagai [rr], mereka melafalkannya sama seperti dalam bahasa Indonesia. Hal ini terjadi karena dalam bahasa Indonesia bunyi jajaran fonem rn tidak mengalami perubahan bunyi seperti dalam kata ternak diucapkan [ternak], bernazar diucapkan [bernazar]. Penyimpangan tuturan di atas dapat ditabelkan sebagai berikut. Tabel 5.8. Penyimpangan Asimilasi Fonem r+ n → [rr] Kata Pelafalan Kesalahan Pelafalan Arti goarna [ goarra] [goarna] namanya motorna [motorra] [motorna] mobilnya pinomparna [pinopparra] [pinopparna] keturunannya mudarna [mudarra] [mudarna] darahnya 9. Penyimpangan Asimilasi Fonem ŋ + h → [kk] Dalam BT jajaran fonem konsonan ŋ + h harus direalisasikan sebagai bunyi [kk]. Pengucapan fonem yang demikian disebabkan adanya proses asimilasi di dalam sistem BT. Akan tetapi terjadi interferensi berupa penyimpangan pelafalan bunyi fonem konsonan BT ini yang seharusnya direalisasikan sebagai bunyi [kk], penutur BT di Medan melafalkannya dengan fonem ŋh seperti tuturan berikut. Penyimpangan pelafalan bunyi fonem disebabkan masuknya serpihan bunyi BI yang terjadi dalam pelafalan konsonan BT pada fonem ŋ+h yang harus dilafalkan sebagai fonem kk dapat dilihat dari tuturan berikut. 77 [marta ŋiaŋ hami di bagasak kaporseaon nami] Data I.1 Universitas Sumatera Utara Tuturan asimilasi konsonan ŋ +h seperti di atas menyimpang dari sistem BT, sebab sebagaimana menurut Percival 1981 : 29 dimana pun urutan fonem n+h itu terdapat, maka urutan fonem ini akan menjadi urutan fonem kk atau dilafalkan sebagai [kk]. Dengan demikian, tuturan di atas seharusnya adalah 77a [marta ŋiak kami di bagasak kaporseaon nami] berdoa kami di dalam kepercayaan kami ‘Kami berdoa di dalam keyakinan kami’ Penyimpangan pelafalan bunyi fonem disebabkan masuknya serpihan bunyi BI yang terjadi dalam pelafalan konsonan BT pada fonem ŋ+h yang harus dilafalkan sebagai [kk] tampak dari beberapa tuturan lainnya berikut ini. 78 [...da ŋ huraŋan hita] Data II.7 79[dipasu-pasu ma lumobi hamu pa ŋurus nami naŋ hita saluhutna] Data III.9 80 [ di na marta ŋiaŋ hita dialusi debata do taŋiakta] Data II.8 Tuturan BT yang menyimpang dari sistem BT seperti terdapat di atas seharusnya 78a [...dak kura ŋak kita] tidak kekurangan kita ’...kita tidak kekurangan’ 79a [dipasu-pasu ma lumobi hamu pa ŋurus nami nak kita saluhut na] diberkati T terlebih kalian pengurus kami juga kita semua nya ’Diberkatilah kamu terlebih para pengurus kami juga kita semua’ 80a [di na marta ŋiak kita dialusi debata do taŋiak ta] di yang berdoa kita dijawab tuhan T ‘waktu kita berdoa dijawab Tuhan doa kita’ Penyimpangan pelafalan asimilasi konsonan seperti di atas disebabkan masuknya serpihan bunyi BI ke dalam sistem pelafalan fonem BT. Berdasarkan sistem fonologis BT, konsonan fonem ŋ yang merupakan bunyi nasal velar bersuara apabila letaknya berdampingan dengan fonem h yang merupakan bunyi frikatif glottal tak bersuara akan mengalami asimilasi Universitas Sumatera Utara resiprokal dalam relasi antar suku kata yang menghasilkan pelafalan bunyi menjadi jajaran fonem kk. Akan tetapi, dari data yang diperoleh berdasarkan tuturan penutur, bunyi tersebut diucapkan tetap dengan bunyi fonem-fonem tersebut nm tanpa menyesuaikannya dengan kaidah pelafalan BT, seperti martangiang hami diucapkan [marta ŋiaŋ hami], nang hita diucapkan [na ŋ hita], dang hurangan diucapkan [daŋ huraŋan] . Dengan demikian cara pelafalan seperti di atas telah melanggar kaidah sistem pelafalan bunyi BT. Hal tersebut disebabkan antara lain 1 penutur BT yang bilingual kurang memperhatikan atau 2 kurang memahami kaidah pelafalan BT, atau 3 sikap penutur yang merasa tidak berkewajiban atau merasa malu menunjukkan identitasnya dengan bahasanya, dan cenderung mengalihkan kebanggaannya kepada bahasa lain yang bukan miliknya karena dalam BI bunyi jajaran fonem ŋ + h tidak mengalami perubahan bunyi seperti dalam kata penghalang diucapkan [pe ŋhalaŋ], menghadiri diucapkan [meŋhadiri]. Penyimpangan asimilasi konsonan di atas dapat ditabelkan sebagai berikut. Tabel 5.9 Penyimpangan Asimilasi Fonem ŋ + h → kk Kata Pelafalan Kesalahan Pelafalan Arti martangiang hami [marta ŋiak kami] [martaŋiaŋ hami] kami berdoa dang hurangan [dak kura ŋan] [da ŋ hurangan] tidak kekurangan nang hita [nak kita] [na ŋ hita] kita pun martangiang hita [marta ŋiak kita] [marta ŋiaŋ hita] kita berdoa 10. Penyimpangan Asimilasi Fonem n + s → [ss]