Kalimat Perintah Kalimat pasif dengan afiks tar- memiliki dan menyatakan tiga makna yaitu:

Bila partikel interogatif mengganti frasa nomina subjek, kalimat seringkali dalam bentuk klausa relatif dan didahului oleh partikel seperti aha na niluluanmu? ’kau mencari apa?, aha do na pinangan nasida? ’apa yang dimakannya?. Akan tetapi kata na tidak hadir seperti dalam aha nidokmi tu hami? ’ apa yang kau katakan kepada kami?’

4. Kalimat Perintah

Kalimat perintah yang disebut juga kalimat imperatif adalah kalimat yang memerintahkan sesuatu dengan mengharapkan tanggapan berupa tindakan. Pola struktur kalimat perintah yang digunakan dalam BT adalah P-S-O-Pel-K. Dalam kalimat perintah, subjek mendahului objek setelah predikat verba transitif, selain itu kehadiran subjek bersifat manasuka. Subjek yang digunakan dalam kalimat perintah BT adalah hita ’kita’ kata ganti orang pertama jamak inklusif dan ho ’kau’ dan hamu kata ganti orang kedua tunggal dan jamak. Contoh: - Bege hamu, tu hamu sude angka anggota. ’Kalian dengarkan, semua anggota’ - Marisap ma hita ’Mari kita merokok’. Penggunaan partikel predikat ma pada kalimat perintah adalah sebagai memperhalus kalimat, seperti burju ho ’sopan kau’ adalah lebih kasar daripada burju ma ho ’sopanlah kau’.

5. Kalimat Pasif

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita. Istilah penderita dimaksudkan untuk menyatakan bahwa subjek dikenai tindakan sebagaimana yang dinyatakan oleh predikat kalimat itu. Setelah membandingkan kalimat pasif dengan kalimat aktif di atas, kita Universitas Sumatera Utara dapat mengetahui bahwa kalimat pasif merupakan kebalikan kalimat aktif karena subjek dalam kalimat aktif melakukan tindakan, sedangkan subjek kalimat pasif dikenai tindakan. Jika dibandingkan frekuensi pemakaian kalimat pasif dan pemakaian kalimat aktif dalam BT, kalimat pasif lebih sering digunakan daripada kalimat aktif, baik dalam ragam lisan maupun dalam ragam tulis. Kalimat pasif dalam BT dinyatakan dengan tiga belas cara yang dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu tujuh cara menggunakan afiks, tiga cara menggunakan proklitik, dan tiga cara menggunakan kata sebagaimana terlihat berikut ini Sibarani,1997. Tabel 4.5 Afiks dalam Kalimat Pasif No. AFIKS No PROKLITIK No KATA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. di- ’di’ ni- ’di’ -in- ’di’ -tar ’ter’ ha – an ’ke – an’ -on-an ’akan di’ -an ’akan di’ 1. 2. 3. hu- ’ku’ ta- ’kita’ hu- , hami ’ku-, kami 1. 2 . 3. . tu + N ’ke N’ hona + Vtrans N ‘kena Vtrans +N’ dapotjumpang ’dapattemu’ BT memiliki 7 pronomina yaitu 1 pronomina pertama tunggal, 1 pronomina pertama jamak inklusif, 1 pronomina pertama jamak eksklusif, 1 pronomina kedua tunggal, 1 pronomina kedua jamak, 1 pronomina ketiga tunggal, dan 1 pronomina ketiga jamak. Pronomina pertama jamak inklusif berarti mengikutsertakan pesapa, sedangkan pronomina pertama jamak tidak mengikutsertakan pesapa. Ketujuh pronomina itu dapat digunakan sebagai subjek dan sebagai objek tanpa mengalami perubahan. Untuk menyatakan milik posesif BT menggunakan enklitik untuk semua pronomina. Selain enklitik itu, khusus untuk orang ketiga, baik tunggal maupun jamak, pronomina subjektif itu harus didahului oleh preposisi ni dan ikhwal ini juga sama jika pemilik itu berupa nama diri. BT memiliki enklitik untuk semua kata ganti dan hanya memiliki proklitik untuk orang pertama baik tunggal maupun jamak sebagaimana terlihat berikut ini. Tabel 4.6 Pronomina BT Jenis Subjek Proklitik enklitik Universitas Sumatera Utara I Tunggal I Jamak inkl. I Jamak eksl. Ahuauiba ’akusaya Hita ’kita’ Hami ’kami’ Hu-’ku’ Ta- ’kita’ Hu-hami ’ku-kami’ -huniba’-ku’ -ta ’kita’ -nami’kami’ II Tunggal II Jamak inkl. Ho ’engkau’ Hamu ’kamu’ --------- ---------- -mum ’mu’ -muna’kamu’ III Tunggal III Jamak Ibanaimana ’dia’ Nasida’mereka’ ----------- ----------- -na-sa ‘nya’ -nasida ‘mereka’

a. Pasif dengan di-, ni- dan –in

Untuk membentuk konstruksi pasif di-, ni- dan –in- dapat dilekatkan pada semua verba transitif terbatas maupun verba transitif umum kecuali verba transitif yang memiliki afiks maN-, masi-, dan –um-. Dengan demikian verba transitif yang memiliki afiks maN-hon, maN-i, masi- hon, masi-i, mampar-i, mampar-hon, mangha-hon, mangha-i, -um-hon dan –um-i juga tidak dapat dilekati sufiks di-, ni- dan –in-. Makna pasif dengan menggunakan afiks di-, ni-, dan –in- hampir sama, tetapi struktur penggunaannya berbeda. Ketiga afiks itu dapat digunakan untuk membentuk konstruksi pasif dalam dua tataran yaitu tataran kalimat dan tataran klausa. Kedua tataran ini mempengaruhi perilaku penggunaan pasif dengan menggunakan afiks tersebut. Dalam tataran klausa di sini khusus menyangkut klausa relatif atau klausa yang didahului oleh pronomina penghubung, sedangkan pasif dalam tataran kalimat menyangkut semua konstruksi pasif dalam kalimat sempurna. Prefiks -di bisa digunakan baik jika pelaku agen tindakan itu tidak disebutkan maupun jika pelaku itu disebutkan kecuali apabila pelakunya orang I tunggal dan jamak inklusif disebutkan. Bentuk pelaku dalam tataran kalimat berbeda dengan bentuk pelaku dalam tataran klausa relatif. Dalam tataran kalimat pelaku kalimat pasif yang menggunakan prefiks di- berbentuk nominatif atau subjektif, sedangkan dalam tataran klausa biasanya klausa nominal Universitas Sumatera Utara dan klausa adjektival yang didahului oleh pronomina penghubung na ’yang’ atau naung ’yang sudah’, pelaku itu pada umumnya berbentuk enklitik. Hanya pelaku orang III ibana’dia’ dan nasida ’mereka’ yang bisa berbentuk nominatif atau subjektif dalam pasif pada klausa relatif. Penggunaannya disamakan dengan pelaku berupa nama diri yaitu pelaku orang III yang subjektif dan pelaku nama diri itu didahului oleh preposisi ni- ’oleh’. Pelaku dalam konstruksi pasif pada kalimat bersifat mana suka, sedangkan pelaku dalam konstruksi pasif dalam klausa realtif bersifat wajib. Untuk lebih jelasnya, marilah kita perhatikan kalimat-kalimat berikut ini: 1. Dipaias ibana ma hudon tano i mansai ias. dibersihkan dia T periuk tanah itu sangat bersih ‘Periuk tanah itu dibersihkan oleh dia menjadi sangat bersih’ 2. Pintor manghuling do mudarna dung diboto marga ni baoa i segera bersuara T darahnya setelah diketahui marga M laki-laki itu. ’Hatinya tergugah setelah diketahui marganya’ 3.Dang huboto be manang aha na diguruhonna i tidak diketahui T entah apa yang dipelajarinya itu ’ Saya tidak mengetahui apa yang dipelajarinya itu Perfiks ni- dan infiks –in- dapat digunakan dalam kalimat pasif yang tidak menyebutkan pelakunya. Akan tetapi meskipun pelakunya tidak disebutkan, pelakunya tersirat dalam orang I dan tidak mungkin orang II dan orang III. Kedua afiks itu juga dapat digunakan untuk dapat membentuk konstruksi pasif dalam klausa relatif. Pronomina relatif na dapat dihilangkan dalam konstruksi pasif pada klausa yang menggunakan afiks ni- dan –in-. Akan tetapi, pada klausa relatif, pelaku dalam konstruksi pasif yang menggunakan afiks ni- dan –in-, itu pada umumnya disebutkan dan pelaku itu tidak berbentuk enklitik. Sama halnya dalam tataran kalimat, jika pelakunya tidak disebutkan dalam tataran klausa relatif, pelakunya tersirat dalam orang I. Seperti penggunaan di- di atas, jika pasif dalam klausa relatif yang menggunakan afiks ni- dan –in- Universitas Sumatera Utara mengunakan pelaku berupa nama diri atau pelaku orang III subjektif, pelaku itu didahului oleh preposisi ni. Prefiks ni- dan infiks –in- juga memiliki perbedaan. Prefiks ni- bisa digunakan pada verba transitif untuk semua jenis fonem awal, baik konsonan maupun vokal, sedangkan infiks – in- tidak bisa digunakan jika verba transitif itu berfonem awal konsonan l,d, m. Misalnya, terdapat niboan ’dibawa’’, binoan ’dibawa’, nialap’dijemput’, niloppa ’dimasak’, nirurut ’ditarik pelan-pelan’, nidok ’dikatakan’, nimatehon ’dimatikan’, tetapi tidak ada ainlap, linompa, rinunut, dinok dan minatehon. Contoh: 1. Niboan do ibana marubat tu datu dibawa T dia dia berobat ke dukun ‘ Dia dibawa oleh kamisaya berobat ke dukun 2. Tinogihon ma sada dongan laho tu huta ni datu i diajak T satu teman pergi ke kampung M dukun itu ’ Seorang teman diajak oleh kamisaya untuk pergi ke kampung dukun itu ’ 3. Nialap pe nasida annon botari dijemput T mereka nanti sore ’Mereka akan dijemput oleh kamisaya nanti sore’ 4. Dang sadia denggan auga na nibaen ni ibana i tidak begitu bagus kuk yang dibuat oleh dia itu. ’Kuk yang dibuatnya itu tidak begitu bagus’ Selain berbeda dari segi pelaku, afiks di- juga berbeda dengan afiks ni-, dan –in- dalam pengimbuhannya dalam bentuk dasar. Afiks ni- dan in- dapat dilekatkan dengan bentuk dasar pasif yang menggunakan afiks –an, baik yang bermakna ’akan dilakukan ’ yang merupakan variasi dari –on- seperti dalanan ’akan dijalani’ maupun yang bermakna ’berkali-kali dilakukan’ seperti jaloan ’berkali-kali diterima’ sedangkan afiks di- tidak dapat dilekatkan pada bentuk dasar seperti itu. Untuk lebih jelasnya perhatikan kalimat berikut ini: 1. Niluluan do suhat tu pollak an dicari T talas ke kebun sana Universitas Sumatera Utara ’ Talas dicari ke kebun sana’ 2. Jinulluhan ma parbue ni manggana i ganup mulak iba sian singkola dijolok T buah M mangganya itu setiap pulang saya dari sekolah ’ Buah mangganya itu saya joloki setiap saya pulang dari sekolah’ Makna sufiks –an yang menyatakan ’akan dilakukan’ menjadi hilang seperti terlihat pada kalimat 1, sedangkan makna sufiks –an yang menyatakan ’berkali-kali dilakukan’ tetap dipertahankan seperti terlihat pada kalimat 2 setelah verba itu dibubuhi prefiks ni- dan infiks – in.

b. Pasif dengan Proklitik hu-, ta-, dan hu-, hami ’kami’

Tiga cara pembentukan pasif di atas memperlihatkan bahwa pelaku orang I terutama I tunggal dan jamak inklusif tidak bisa disebutkan dalam konstruksi pasif. Akan tetapi ketiga cara pembentukan pasif dengan proklitik memperlihatkan kebalikannya. Sebagaimana sudah disinggung lebih dulu, pronomina yang memiliki proklitik hanya pronomina I yaitu hu- ’ku-’ untuk pertama tunggal, ta- ’kita’ untuk pertama jamak inklusif, dan hu- ’ku’, hami ’kami’ untuk pertama jamak eksklusif. Jika pelaku orang I tidak bisa disebutkan dalam kalimat pasif dengan menggunakan afiks di- dan semua jenis pelaku sama sekali tidak bisa disebutkan dalam kalimat pasif dengan menggunakan prefiks ni- dan infiks –in-, pelaku kalimat pasif dengan menggunakan proklitik harus muncul karena proklitik itu yang menjadi pelakunya. Tampaknya, ikhwal ini melengkapi pelaku dalam konstruksi pasif BT. Makna bentuk pasif yang menggunakan proklitik sama dengan makna bentuk pasif yang menggunakan ketiga afiks terdahulu yakni semata-mata menyatakan bahwa subjek mengalami tindakan. Universitas Sumatera Utara Dalam tataran klausa relatif, konstruksi pasif tidak mengalami perubahan seperti halnya dalam pembentukan pasif yang menggunakan tiga afiks yang telah disebutkan terdahulu. Artinya konstruksi pasif dalam tataran kalimat dan tataran klausa relatif tetap sama. Contoh: 1. Huparenta pe sude ugasan ni ompung i kuatur T semua harta M kakek itu ’ Semua harta kakek itu akan kuatur 2. Huhobasi hami do sude angka na di jabu kusiapkan kami T semua PR yang di rumah ’ semua yang dirumah kami bereskan’ 3. Taparateatehon ma sude hata na nidokna i tu hita. kita perhatihan T semua kata yang dikatakannya itu kepada kita ’Kita perhatikan semua perkataan yang dikatakannya kepada kita’. Verba yang dapat digunakan untuk membentuk konstruksi pasif dengan menggunakan ketiga afiks dan ketiga proklitik di atas adalah semua verba transif kecuali yang berawal dengan afiks maN-, um- dan masi-.

c. Pasif dengan Afiks tar- dan ha - an

Kalimat pasif juga dapat dibentuk dengan menggunakan prefiks tar- ’ter’ konfiks ha-an. Berbeda dengan kalimat pasif yang telah diuraikan di atas, kalimat pasif dengan menggunakan kedua afiks ini memiliki makna semantis lain selain menyatakan bahwa subjek dikenai tindakan. Kalimat pasif dengan menggunakan kedua afiks ini memiliki makna yang hampir sama sebagaimana diuraikan berikut.

1. Kalimat pasif dengan afiks tar- memiliki dan menyatakan tiga makna yaitu:

a sesuatu yang dapat dilakukan b yang telah dan sedang dilakukan Universitas Sumatera Utara c yang dikenai tindakan secara tidak sengaja. Makna bentuk pasif dengan menggunakan afiks tersebut ditentukan oleh jenis bentuk dasar yang dilekatinya. Jika bentuk dasarnya berkategori verba transitif, afiks tersebut bisa memiliki makna salah satu diantara ketiga makna tersebut sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks kalimatnya akan menentukan apakah pengimbuhan afiks dengan verba transitif itu termasuk dalam makna a,b, atau c. Jika bentuk dasarnya berkategori nontransitif afiks tersebut hanya dapat memiliki makna ketiga yaitu dikenai tindakan secara tidak sengaja atau tidak diinginkan. Perlu dijelaskan bahwa afiks ini tidak bisa dirangkaikan pada verba transitif yang memiliki afiks maN-, -um-, dan masi- karena afiks tersebut digunakan untuk bentuk aktif. Sebagaimana dalam contoh berikut. 1. Dang tardungdung ni ibana parbue ni botik i tidak terjangkau oleh dia buah M pepaya itu ’Buah pepaya itu tidak terjangkaunya’ 2. Tarhallung dope anggo eme sagoni terpikul masih kalau padi satu goni ’Satu goni padi masih dapat dipikul’ 3. Tarsurat do angka goar ni ubat i di pustaha ni halak Batak tertulis T PR nama M obat itu di naskah M orang Batak ‘Nama-nama obat itu tertulis di naskah orang Batak’ 4. Tarpodom ibana gabe ginjang ari laho tu singkola tertidur dia sehingga atas hari pergi ke sekolah ‘Dia tertidur sehingga kesiangan pergi ke sekolah’ 5. Tardegena pathu terpijaknya kakiku ‘ kakiku terpijaknya’ Kalimat pasif yang bermakna ‘dapat dilakukan’ bisa menggunakan pelaku secara manasuka seperti yang terlihat pada kalimat 1 dan kalimat 2, kalimat pasif yang bermakna ‘telah dan sedang dilakukan’ tidak bisa menggunakan pelaku seperti terlihat pada kalimat 3, dan kalimat pasif yang bermakna ‘dikenai dengan tidak sengaja’ tidak bisa menggunakan pelaku Universitas Sumatera Utara jika bentuk dasar yang dilekati afiks tar- itu berkategori nontransitif seperti terlihat pada kalimat 4 dan bisa menggunakan pelaku secara manasuka jika bentuk dasar verba yang dilekati afiks tar- itu berkategori transitif seperti terlihat pada kalimat 5 Jika kalimat pasif itu menggunakan pelaku, pelakunya bisa berupa pronomina enklitik atau pronomina subjektif. Semua pronomina dapat digunakan sebagai pelaku dalam kalimat pasif yang menggunakan afiks tar- ini. Apabila pelakunya berupa pronomina subjektif III atau nama diri, preposisi ni- bisa digunakan secara manasuka sebelum pelaku tersebut sebagaimana terlihat pada kalimat 1 di atas.

2. Kalimat pasif dengan konfiks ha-an menyatakan dua makna yaitu: