Penyimpangan Asimilasi Fonem n+h →[kk]

dengan fonem j yang merupakan afrikat palatal bersuara akan mengalami asimilasi regresif dalam relasi antarsuku kata yang menghasilkan pelafalan bunyi [jj]. Akan tetapi, dari data yang diperoleh berdasarkan tuturan penutur, bunyi tersebut diucapkan sesuai dengan bunyi fonem- fonem tersebut tanpa menyesuaikannya dengan kaidah pelafalan BT. Penyimpangan bunyi seperti ini ditemukan di dalam relasi antarsuku kata seperti manjalo diucapkan [majjalo], Dengan demikian cara pelafalan seperti di atas telah melanggar kaidah sistem pelafalan bunyi BT. Hal tersebut disebabkan antara lain 1 penutur BT yang bilingual kurang memperhatikan atau 2 kurang memahami kaidah pelafalan BT, atau 3 disebabkan sikap mereka yang kurang perduli terhadap sistem BT sebagai penanda jati dirinya. Hal ini menyebabkan penutur salah melafalkan fonem n + j yang sesuai sistem BT. Penutur yang seharusnya melafalkan bunyi jajaran fonem [n + j] sebagai [jj] dilafalkannya sama seperti dalam BI. Hal ini terjadi karena dalam BI bunyi jajaran fonem n+j tidak mengalami perubahan bunyi seperti dalam kata panji diucapkan [panji[, janji diucapkan [janji], atau deretan kata jalan jauh yang diucapkan [jalanjauh]. Penyimpangan pelafalan tersebut dapat ditabelkan sebagai berikut. Tabel 5.4 Penyimpangan Asimilasi Fonem n+j → [jj] Kata Pelafalan Kesalahan Pelafalan Arti manjalo [majjalo] [manjalo] menerima dison jongjong [disoj jo ŋjoŋ] [dison jo ŋjoŋ] di sini berdiri songon jamita [so ŋoj jamita] [so ŋon jamita] seperti khotbah bahen jea [bah єj jєa] [bah єn jєa] [membuat celaka] 5. Penyimpangan Asimilasi Fonem n+h →[kk] Universitas Sumatera Utara Jajaran fonem konsonan n+h dalam BT harus direalisasikan sebagai bunyi [kk]. Pengucapan fonem yang demikian disebabkan adanya proses asimilasi di dalam sistem BT. Akan tetapi terjadi interferensi berupa penyimpangan pelafalan bunyi fonem konsonan BT ini yang seharusnya direalisasikan sebagai bunyi [kk], penutur BT di Medan melafalkannya dengan fonem nh seperti tuturan berikut. 59[...boi mamuji pasa ŋappon ho]. Data I.3 Pelafalan jajaran konsonan n + h yang benar dan sesuai sistem BT pada tuturan tersebut adalah 59a [...boi mamuji pasa ŋappok ko] dapat memuji memuliakan kau ’...dapat memuji memuliakanMU’ Fenomena penyimpangan pelafalan asimilasi konsonan n + h yang seharusnya diucapkan sebagai bunyi [kk] tampak juga dalam beberapa tuturan berikut. 60 [so tung hupalomolomohon hami tikki on] Data I.1 Pada tuturan di atas, terjadi penyimpangan dalam pelafalan fonem n + h. Tuturan yang seharusnya dan sesuai dengan sistem BT adalah 60a [so tuk ku palomolomohok kami tikki on] jangan sampai ku sukasuka kami waktu ini ’Jangan sampai kami berbuat sesuka hati kami sekarang ini’ Perhatikan pula penyimpangan dalam tuturan berikut 61 [mana ŋ dia pє diula hamu baєn hamu saluhutna i ...] Data II.5 Tuturan di atas seharusnya adalah 61a [mana ŋ dia pє diula hamu baεk kamu saluhut na i...] walau apa T dekerjakan kamu buat kamu semua nya itu ’Walau apapun yang kamu kerjakan kamu buat semua itu ... Demikian juga pada tuturan berikut, tampak adanya penyimpangan dalam pengucapan konsonan n + h. Universitas Sumatera Utara 62 [...tubu ni inatta a boru gurni ŋ sian huta asrama te en i....] Data III.11 63 [...palimahon bali sian huria] Data III.11 64 [...dohoq gajja ŋ ni umur mardoŋan hahipason] Data V.81 65 [so ŋon hata ni si tuatua na maddok...] Data V.18 66 [jala dil єhon hamamalum ni sahitta] Data II.7 Tuturan yang sesuai dengan sistem BT seharusnya 62a [...tubu ni ina ta a boru gurni ŋ sian huta asrama te en i....] lahir dari ibu kita perempuan gurning dari kampung asrama te en i ’...anak ibu a boru Gurning dari daerah asrama TNI’ 63a [...palimahon bali siak kuria...] kelima keluar dari gereja ‘Yang kelima, keluar dari gereja...’ 64a [...dohoq gajja ŋ ni umur mardoŋak kahipason] dan panjang dari umur berteman kesehatan ‘...dan panjang umur disertai kesehatan’ 65a [so ŋok kata ni si tuatua na maddok...] seperti kata dari yang tua yang mengatakan ‘seperti perkataan orang-orang tua yang mengatakan...’ 66a [...jala dil єh0k kamamalum ni sahit ta] dan diberika kesembuhan dari sakit kita ’...dan diberikan kesembuhan dari penyakit kita’ Pada tuturan-tuturan di atas tampak adanya penyimpangan pelafalan disebabkan masuknya serpihan bunyi BI yang terjadi dalam pelafalan fonem BT. Berdasarkan sistem fonologis BT, konsonan fonem n yang merupakan nasal alveolar bersuara apabila letaknya berdampingan dengan fonem h yang adalah frikatif glottal tidak bersuara akan mengalami asimilasi resiprokal yaitu proses perubahan bunyi baik ke belakang maupun ke depan, sehingga kedua-duanya hampir sama atau sama yang terjadi dalam relasi antarsuku kata dan antarkata yang menghasilkan pelafalan bunyi [kk]. Akan tetapi, dari data yang diperoleh berdasarkan Universitas Sumatera Utara tuturan penutur, bunyi tersebut diucapkan sesuai dengan bunyi fonem-fonem tersebut nh tanpa disesuaikan penutur BT dengan kaidah pelafalan BT. Penyimpangan bunyi seperti ini ditemukan di dalam relasi antarsuku kata dan antarkata hupalomolomohon hami diucapkan [hupalomolomohonhami], baen hamu diucapkan [ba εnhamu], songon hata diucapkan [so ŋon hata], dilehon hamamalum diucapkan [dilєhon hamamalum] . Penyimpangan tuturan tersebut dapat ditabelkan sebagai berikut Tabel 5.5 Penyimpangan Asimilasi Fonem n + h → [kk] Kata Pelafalan Kesalahan Pelafalan Arti pasangaphon ho [pasa ŋappok ko] [pasa ŋapponho] memuliakanMU hupalomolomohon hami [hupalomolo mo hok kami] [hupolomolo mo hon hami] sesukasuka kami baen hamu [ba εk kamu] [ba εn hamu] buat kalian sian huta [siakkuta] [sianhuta] dari kampung sian huria [siak kuria] [sian huria] dari gereja mardongan hahipason [mardo ŋak kahipason] [mardo ŋan hahipason] disertai kesehatan songon hata [so ŋok kata] [so ŋon hata] seperti kata dilehon hamamalum [dil єhok kamamalum] [dil єhon hamamalum] diberikan kesembuhan Dengan demikian cara pelafalan seperti di atas telah melanggar kaidah sistem pelafalan bunyi BT. Hal tersebut disebabkan antara lain 1 penutur BT yang bilingual kurang memperhatikan atau 2 kurang memahami kaidah pelafalan BT, atau 3 disebabkan sikap mereka yang kurang perduli terhadap sistem BT sebagai penanda jati dirinya. Hal ini menyebabkan penutur salah melafalkan fonem n + h yang sesuai sistem BT. Penutur yang seharusnya melafalkan bunyi jajaran fonem n+h tersebut sebagai [kk], mereka Universitas Sumatera Utara melafalkannya sama seperti dalam BI. Hal ini terjadi karena dalam BI bunyi jajaran fonem konsonan n+h tidak mengalami perubahan bunyi seperti dalam kata calon hakim diucapkan [cal0nhakim], balon hijau diucapkan [balonhijau]. 6. Penyimpangan Asimilasi Fonem l+d → [ll]