Pemarkah Kalimat Topik do Pemarkah Kalimat Topik ma

• boruna songon i Æ boruna na songon i ‘putrinya yang seperti itu’ • aha na masa naeng sidohonon Æ aha na masa na naeng sidohonon ‘apa yang terjadi yang akan kami katakan’.

3. Pemarkah kalimat topik do, ma, be, pe,dope

Kalimat topik adalah kalimat yang menekankan unsur yang dikedepankan dalam suatu predikasi lihat Sibarani,1997. Kalimat topik BT dimarkahi oleh partikel do, ma, be, pe, dope. Sebagai pemarkah topik, kelima partikel ini mempunyai perbedaan makna di dalam konteks penggunaannya. Partikel do, ma, dan pe bersifat substitutif yaitu bahwa ketiganya tidak dapat digunakan sekaligus.

a. Pemarkah Kalimat Topik do

Dalam BT sebuah kalimat harus memiliki pemarkah kalimat topik, salah satu di antaranya adalah do. Pemarkah topik do mengandung makna ekslusif yang menegaskan bahwa topiklah yang terjadi dan tidak perlu yang lain lihat Sibarani,1997. Pemarkah kalimat topik do dalam sistem BT dapat diletakkan sesuai dengan fungsi sintaksis yang ditopikalisasikan, misalnya Mulak do hami marsogot ’Kami pulang besok’, Marsogot do hami mulak ’Besok kami pulang’, Hami do mulak marsogot ’Kami besok pulang’. Jadi dapat dikatakan bahwa pemarkah do dalam BT ini bisa terdapat pada fungsi sintaksis yang berbeda, kecuali pada objek, karena objek tidak dapat dipisahkan dengan predikat atau verba transitif lihat Sibarani, 1997. Akan tetapi, penutur BT di Medan telah melakukan interferensi ke dalam sistem sintaksis BT baku ini. Mereka sering tidak menggunakan pemarkah kalimat topik do dalam tuturannya disebabkan pengaruh BI yang tidak menggunakan pemarkah kalimat dalam Universitas Sumatera Utara sistem sintaksisnya. Jadi tampaknya penutur BT di Medan telah memasukkan unsur sistem BT dalam tuturan mereka sehari-hari dengan menghilangkan pemarkah topik do dalam tuturannya. Hal ini tentu saja mengacaukan stuktur BT baku. Penyimpangan dalam sistem BT pada aspek sintaksis yang dilakukan penutur BT di Medan disebabkan adanya interferensi sistem BI antara lain adalah: • adong boruna songon i Æ adong do boruna songon i ’ada putrinya seperti itu’ • adong jut ni roha Æ adong do jut ni roha ’ada kekesalan’ • tuhan takkas diboto ho Æ tuhan takkas do diboto ho ’Tuhan Kau sangat mengetahui’

b. Pemarkah Kalimat Topik ma

Dalam BT sebuah kalimat harus memiliki pemarkah kalimat topik, salah satu di antaranya adalah ma. Pemarkah topik ma mengandung makna permisif yang menegaskan bahwa topiklah yang terjadi dan jangan yang lain lihat Sibarani,1997. Sama seperti pemarkah topik do, pemarkah kalimat topik ma dalam sistem BT dapat diletakkan sesuai dengan fungsi sintaksis yang ditopikalisasikan, misalnya Saonari ma hami mulak ’Sekarang kami pulang jangan nanti ’, Hami ma mulak saonari ’kami pulang sekarang jangan mereka. Akan tetapi, penutur BT di Medan telah melakukan interferensi ke dalam sistem sintaksis BT baku ini. Mereka sering tidak menggunakan pemarkah kalimat topik ma dalam tuturannya disebabkan pengaruh BI yang tidak menggunakan pemarkah kalimat dalam sistem sintaksisnya. Jadi tampaknya penutur BT di Medan telah memasukkan unsur sistem BT dalam tuturan mereka sehari-hari dengan menghilangkan pemarkah topik ma dalam tuturannya. Universitas Sumatera Utara Hal ini tentu saja mengacaukan stuktur BT baku. Penyimpangan dalam sistem BT pada aspek sintaksis yang dilakukan penutur BT di Medan disebabkan adanya interferensi sistem BI antara lain adalah: • marende hita sian nomor Æ marende ma hita sian nomor ‘kita menyanyi dari nomor’ • mauliate di hamuna Æ mauliate ma di hamuna ‘terimakasih kepada saudara sekalian’ • jala martangiang tu Jahoba Æ jala martangiang ma tu jahoba ’dan berdoa kepada Tuhan’ • naeng jumolo hita Æ naeng ma jumolo hita • uras sami doho mudarmu Æ uras ma hami doho mudarmu ’basuh kami dengan darahmu’.

c. Pemarkah Kalimat Topik pe