Hal ini tentu saja mengacaukan stuktur BT baku. Penyimpangan dalam sistem BT pada aspek sintaksis yang dilakukan penutur BT di Medan disebabkan adanya interferensi sistem BI antara
lain adalah:
• marende hita sian nomor Æ marende ma hita sian nomor ‘kita menyanyi
dari nomor’
• mauliate di hamuna Æ mauliate ma di hamuna ‘terimakasih kepada saudara
sekalian’
• jala martangiang tu Jahoba Æ jala martangiang ma tu jahoba ’dan berdoa kepada
Tuhan’
• naeng jumolo hita Æ naeng ma jumolo hita
• uras sami doho mudarmu Æ uras ma hami doho mudarmu ’basuh kami dengan
darahmu’.
c. Pemarkah Kalimat Topik pe
Dalam BT sebuah kalimat harus memiliki pemarkah kalimat topik, salah satu di antaranya adalah pe. Pemarkah topik pe mengandung makna otoritif yang menegaskan bahwa
topiklah yang terjadi dan tidak perlu yang lain lihat Sibarani,1997. Sama seperti pemarkah topik do dan ma, pemarkah kalimat topik pe dalam sistem BT
dapat diletakkan sesuai dengan fungsi sintaksis yang ditopikalisasikan, misalnya Imana pe mulak saonari ’Dia pulang sekarang tidak perlu yang lain ’, Mulak pe imana saonari ’ Dia pulang
sekarang tidak perlu yang lain. Partikel pe ini tidak dapat digunakan dalam kalimat tanya BT. Akan tetapi, penutur BT di Medan telah melakukan interferensi ke dalam sistem
sintaksis BT baku ini. Mereka sering tidak menggunakan pemarkah kalimat topik pe dalam
Universitas Sumatera Utara
tuturannya disebabkan pengaruh BI yang tidak menggunakan pemarkah kalimat dalam sistem sintaksisnya. Jadi tampaknya penutur BT di Medan telah memasukkan unsur sistem BT dalam
tuturan mereka sehari-hari dengan menghilangkan pemarkah topik pe dalam tuturannya. Hal ini tentu saja mengacaukan stuktur BT baku. Penyimpangan dalam sistem BT pada aspek sintaksis
yang dilakukan penutur BT di Medan disebabkan adanya interferensi sistem BI antara lain adalah:
• manang aha akka na masa Æ manang aha pe akka na masa ’entah apapun yang terjadi’ • manang mangan hita Æ manang mangan pe hita ’entah kita makanpun’,
• nang di na ro ho Æ nang di na ro pe ho ’entah kau datang’, • di negara nami on tuhan Æ di negara nami on pe tuhan ‘di negara kami ini pun Tuhan’
d. Pemarkah Kalimat Topik be
Sistem BT memiliki kaidah bahwa sebuah kalimat harus memiliki pemarkah kalimat topik, salah satu di antaranya adalah be. Pemarkah topik be mengandung makna otoritif yang
menegaskan bahwa topiklah yang terjadi dan tidak perlu yang lain lihat Sibarani,1997. Partikel topik be memiliki keistimewaan dalam penggunaannya, yaitu dapat digunakan bersama-sama
dengan salah satu partikel kalimat topik yang sudah dijelaskan di atas seperti tampak berikut ini.
do ma
Marmulakan be pe
+
sude jolma i
nama dope
‘Semua orang itu berpulangan’
Akan tetapi, penutur BT di Medan telah melakukan interferensi ke dalam sistem sintaksis BT baku ini. Mereka sering tidak menggunakan pemarkah kalimat topik be dalam
tuturannya disebabkan pengaruh BI yang dalam sistem sintaksisnya tidak menggunakan
Universitas Sumatera Utara
pemarkah kalimat. Jadi tampaknya penutur BT di Medan telah memasukkan unsur sistem BT dalam tuturan mereka sehari-hari dengan menghilangkan pemarkah topik be dalam tuturannya.
Hal ini tentu saja mengacaukan stuktur BT baku. Penyimpangan dalam sistem BT pada aspek sintaksis yang dilakukan penutur BT di Medan disebabkan adanya interferensi sistem BI antara
lain adalah:
• dang adong alasan Æ dang adong be alasan ‘tidak ada lagi alasan’ • dang pola sukkunon songon Ædang pola be sungkunon ‘tidak perlu lagi
ditanyakan’
• alana nga ditobus hita Æ alana nga ditobus be hita ‘karena kita telah ditebus’ • unang mabiar hami Æ unang be mabiar hami ‘jangan lagi kami takut’
• unang muraura madabu Æ unang be muraura madabu ‘jangan lagi gampang jatuh’
• asa mulak hami Æ asa mulak be hami ‘supaya kami pulang’ e. Pemarkah Kalimat Topik dope
Pemarkah topik dope merupakan gabungan partikel do yang menyatakan waktu lampau dengan partikel pe yang menyatakan waktu mendatang sehingga membentuk makna progresif
’masih’ Sibarani, 1997. Perlu diketahui bahwa partikel topik dope ini tidak dapat digunakan dalam kalimat perintah. Selain itu, partikel topik dope bersama dengan pemarkah kalimat topik
lainnya do, ma, pe, dan nama tidak dapat digunakan jika dalam kalimat itu terdapat kata dang ’tidak’, so ’tidak’ dan nunga ’sudah’, misalnya Ro dope hami marsogot ’Kami datang lagi
besok’. Akan tetapi, penutur BT di Medan telah melakukan interferensi ke dalam sistem
sintaksis BT baku ini. Mereka sering tidak menggunakan pemarkah kalimat topik dope dalam tuturannya disebabkan pengaruh BI yang tidak menggunakan pemarkah kalimat dalam sistem
Universitas Sumatera Utara
sintaksisnya. Jadi tampaknya penutur BT di Medan telah memasukkan unsur sistem BT dalam tuturan mereka sehari-hari dengan menghilangkan pemarkah topik dope dalam tuturannya. Hal
ini tentu saja mengacaukan stuktur BT baku. Penyimpangan dalam sistem BT pada aspek sintaksis yang dilakukan penutur BT di Medan disebabkan adanya interferensi sistem BI antara
lain adalah:
• boi nasida pasahathon Æ boi dope nasida pasahathon ‘dia masih bisa
menyampaikan’
• asa boi hami tuhan las Æ asa boi dope hami tuhan las ‘supaya kami bisa lagi Tuhan
langsung’
• binsan diudut ho ngolunami Æ binsan diudut ho dope ngolu nami ‘selagi kau masih menyambung hidup kami’
4. Pola Konstruksi Frase