Sumarsono 1993 Abdullah, Kamsiah 2000 Bahasa Batak Toba Di Kota Medan (Kajian Interferensi Dan Sikap Bahasa)

yang ditulis oleh para pendeta telah disusupi BI disebabkan sifat bilingualitas pemakai bahasa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat dua bentuk interferensi B 2 dalam hal ini bahasa Indonesia terhadap B 1 dalam hal ini bahasa Bahasa Toba yaitu interferensi negatif dan positif. Bentuk interferensi positif adalah apabila tidak terdapatnya representasi unsur serpihan bahasa Indonesia BI di dalam bahasa Batak Toba sehingga hal tersebut dianggap sebagai memperkaya khasanah BT, sedangkan bentuk negatif apabila representasi serpihan BI tersebut terdapat dalam BT.

2.3 Kajian tentang Sikap Bahasa

Beberapa penelitian tentang sikap bahasa dan yang sejenisnya telah dilakukan Sumarsono 1993, Abdullah Kamsiah 2000, Siahaan 2000, Ma’alip Saadiah 2008, dan Sigiro, Elisten 2009.

1. Sumarsono 1993

Dalam disetasinya berjudul “Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan di Bali”, Sumarsono mengkaji tentang penggunaan bahasa Melayu Loloan di Bali. Dikatakan bahwa guyub tutur Melayu Loloan merupakan kelompok minoritas di Bali yang tetap memilih menggunakan bahasa Melayu Loloan daripada bahasa Bali sebagai alat komunikasi di antara mereka pada situasi tertentu. Akan tetapi sikap terhadap bahasa Indonesia terbilang positif terlihat dari telah mendominasinya bahasa Indonesia pada ranah pemerintahan, pendidikan, dan transaksi, dan sudah menjalankan peran sebagai alat komunikasi antar kelompok, yang menggeser peran yang semula dijalankan oleh bahasa Melayu Loloan atau bahasa Bali. Bahasa Indonesia juga sudah sedikit merembes ke ranah keluarga, agama, ketetanggaan, dan kekariban. Universitas Sumatera Utara

2. Abdullah, Kamsiah 2000

Kamsiah dalam penelitian yang dikembangkan dari penelitian tesisnya meneliti tentang “Sikap, Penguasaan dan Penggunaan Bahasa Melayu di Singapura”. Latar belakang penelitiannya adalah disebabkan situasi bahasa di Singapura yang semakin kompleks akibat terdapatnya penggunaan empat bahasa resmi yaitu Mandarin, Melayu, Tamil, sedangkan bahasa Inggris yang digunakan sebagai bahasa asing untuk mengadakan hubungan sejak zaman penjajahan sejak dua dekade terakhir muncul sebagai bahasa resmi terpenting dalam segala segi kehidupan. Terkait dengan sikap responden terhadap bahasa Melayu dan Inggris, diperoleh data yang menunjukkan bahwa responden bersikap lebih positif terhadap bahasa Inggris daripada terhadap bahasa Melayu. Alasan yang diberikan responden adalah disebabkan oleh kepentingan bahasa itu dalam komunikasi dalam bidang perdagangan, pendidikan, dan dalam mempelajari teknologi dan sains. 3. Siahaan, Rumondang 2000 Siahaan, dalam tesisnya berjudul ”Kajian Kasus Tentang Tingkat Pemertahanan Bahasa Pada Masyarakat Batak Toba di Medan Berdasarkan Perilaku Pilih Bahasa”, memfokuskan pada tiga interaksi intrakelompok di rumah, arisan keluarga, dan arisan warga etnik Batak Toba berdasarkan analisis ranah Fishman 1972 dan Siregar 1988. Pengumpulan datanya dilakukan dengan teknik angket dengan tiga skala nilai: 1 selalu bahasa Indonesia, 2 campur bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba, 3 selalu bahasa Batak Toba, yang penggunaan bahasa dikelompokkan atas kelompok orangtua dan kelompok anak. Hasil penelitiannya Universitas Sumatera Utara menggambarkan bahwa masyarakat kelompok orangtua mengacu kepada pola pemertahanan bahasa aktif, sedangkan pada kelompok anak mengacu kepada pola pemertahanan bahasa pasif.

4. Ma’alip, Saadiah 2008