Penyimpangan Asimilasi Fonem s + h → [ss]

Pelafalan martohap hami [martohap pami] [martohap hami] memiliki bagian mangalap hata [ma ŋalap pata] [ma ŋalap hata] minta maaf singkop hami [sikkop pami] [sikkop hami] kami puas 19. Penyimpangan Asimilasi Fonem s + h → [ss] Jajaran fonem konsonan s + h dalam BT harus direalisasikan sebagai bunyi [ss]. Pengucapan fonem yang demikian disebabkan adanya proses asimilasi di dalam sistem BT. Akan tetapi terjadi interferensi berupa penyimpangan pelafalan bunyi fonem konsonan BT ini yang seharusnya direalisasikan sebagai bunyi [ss], penutur BT di Medan melafalkannya dengan fonem sh seperti tuturan berikut. 111 [nau ŋ usєhon mudarna manobus hami jolma pardosa godaŋ] Data I.1 112 [na paduahon hudok asa takkas hamu masihaholo ŋan] Data II.5 Tuturan yang menyimpang dari sistem BT pada tuturan di atas seharusnya 111a [...us εhon mudar ra manobus sami jolma pardosa godaŋ] tumpahkan darahn ya menebus kami manusia berdosa banyak ‘tumpahkan darahNya menebus kami manusia yang banyak dosa’ 112a [na paduahok kudok asa takkas samu masihaholo ŋan ] yang kedua kukatakan agar jelas kalian salingmengasihi ’Yang kedua kukatakan agar kalian tetap saling mengasihi’ Penyimpangan pelafalan asimilasi konsonan seperti di atas disebabkan masuknya serpihan bunyi BI ke dalam sistem pelafalan fonem BT. Berdasarkan sistem fonologis BT, konsonan fonem h yang merupakan bunyi frikatif glottal tidak bersuara akan mengalami asimilasi progresif dalam relasi antarkata yang menghasilkan pelafalan bunyi [pp]. Akan tetapi, dari data yang diperoleh berdasarkan tuturan penutur, bunyi tersebut diucapkan penutur dengan bunyi fonem tersebut ph. Penutur tidak menyesuaikannya dengan kaidah pelafalan BT, seperti Universitas Sumatera Utara manobus hami diucapkan [manobus hami], las holan diucapkan [las holan], tangkas hamu diucapkan [takkas hamu]. Dengan demikian cara pelafalan seperti di atas telah melanggar kaidah sistem pelafalan bunyi BT. Hal tersebut disebabkan antara lain 1 penutur BT yang bilingual kurang memperhatikan atau 2 kurang memahami kaidah pelafalan BT, atau 3 tidak terdapatnya sikap kesadaran terhadap norma bahasa yang berlaku dalam sistem bahasa penutur sehingga tidak memakai bahasanya secara baik, benar, santun dan korek. Hal ini menyebabkan penutur yang seharusnya melafalkan fonem sh sebagai [ss], mereka melafalkannya seperti dalam BI. Hal ini terjadi karena dalam BI jajaran fonem sh tidak mengalami perubahan bunyi seperti dalam kata panas hati diucapkan [panas hati]. Dengan demikian, penyimpangan tersebut dapat ditabelkan sebagai berikut. Tabel 5.19 Penyimpangan Asimilasi Fonem s +h → ss Kata Pelafalan Kesalahan Pelafalan Arti manobus hami [manobus sami] [manobus hami] menebus kami tangkas hamu [takkas samu] [takkas hamu] kalian tetap 20. Penyimpangan Asimilasi Fonem t + h → tt