Penyimpangan Asimilasi Fonem n + t → [tt]

pelafalan BT, seperti tabaen sada diucapkan [taba εn sada], songon sahalak diucapkan [soŋon sahalak], dan dongan sahuta diucapkan [do ŋan sahuta]. Dengan demikian cara pelafalan seperti di atas telah melanggar kaidah sistem pelafalan bunyi BT. Hal tersebut disebabkan antara lain 1 penutur BT yang bilingual kurang memperhatikan atau 2 kurang memahami kaidah pelafalan BT, atau 3 sikap penutur yang tidak merasa terdorong atau terpanggil untuk memelihara cermat-bahasanya dan santun- bahasanya. Apa yang dituturkannya tidak pernah memperhitungkan kaidah-kaidah bahasa yang berlaku. Hal ini menyebabkan penutur salah melafalkan fonem n + s yang sesuai sistem BT. Penutur yang seharusnya melafalkan bunyi jajaran fonem n + s tersebut menjadi bunyi [kk], mereka melafalkannya seperti dalam BI karena dalam BI bunyi jajaran fonem ns tidak mengalami perubahan bunyi seperti dalam kata jalan sore diucapkan [jalansore], ransel diucapkan [ransel]. Dengan demikian, penyimpangan fonem n + s ditabelkan sebagai berikut. Tabel 5.10 Penyimpangan Asimilasi Fonem n + s → [ss] Kata Pelafalan Kesalahan Pelafalan Arti dongan sahuta [do ŋas sahuta] [do ŋan sahuta] teman sekampung taba εn sada [taba εs sada] [taba εn sada] kita buat satu songon sahalak [so ŋos sahalak] [soŋon sahalak] seperti seorang 11. Penyimpangan Asimilasi Fonem n + t → [tt] Jajaran fonem konsonan n + t dalam BT harus direalisasikan sebagai bunyi [tt]. Pengucapan fonem yang demikian disebabkan adanya proses asimilasi di dalam sistem BT. Akan Universitas Sumatera Utara tetapi terjadi interferensi berupa penyimpangan pelafalan bunyi fonem konsonan BT ini yang seharusnya direalisasikan sebagai bunyi [tt], penutur BT di Medan melafalkannya dengan fonem nt seperti tuturan berikut. 84 [molo so ŋon on do toŋ lєan tulaŋ ma tu nasida] Data: IV.16 Seharusnya, pelafalan asimilasi konsonan BT n + t pada tuturan di atas adalah 84a [molo so ŋon on do toŋ lεat tulaŋ ma tu nasida] kalau seperti ini T beri paman T ke mereka ‘Kalau seperti itunya, kasih paman kepada mereka’ Beberapa tuturan pelafalan asimilasi konsonan BT n + t yang menyimpang dari sistem BT dapat diperhatikan seperti berikut ini. 85 [...nu ŋa hutaŋihon taŋiaŋmi nuŋŋa huida partaŋisommi...] Data: II.8 86 [ro do komisaris par jalan Sutomo paboahon tu au ...] Data: IV.16 Tuturan pelafalan asimilasi konsonan n + s yang sesuai sistem BT adalah 85a [...nu ŋa hutaŋihot taŋiaŋmi nuŋŋa huida partaŋisommi...] sudah kudengar doamu sudah kulihat airmatamu ‘…aku sudah mendengar doamu aku sudah melihat airmatamumu....’ 86a [ro do komisaris par jalan sutomo paboahot tu au ....] datang T komisaris per jalan sutomo memberitahukan ke saya ‘Komisaris dari jalan Sutomo datang memberitahukan kepada saya... Penyimpangan pelafalan asimilasi konsonan seperti di atas disebabkan masuknya serpihan bunyi BI ke dalam sistem pelafalan fonem BT. Berdasarkan sistem fonologis BT, konsonan fonem n yang merupakan nasal alveolar bersuara apabila letaknya berdampingan dengan fonem t yang merupakan bunyi hambat alveodental bersuara akan mengalami asimilasi regresif dalam relasi antarsuku kata yang menghasilkan pelafalan bunyi [tt]. Akan tetapi, dari data yang diperoleh berdasarkan tuturan penutur, bunyi tersebut diucapkan tetap dengan bunyi Universitas Sumatera Utara fonem-fonem tersebut nt tanpa menyesuaikannya dengan kaidah pelafalan BT, seperti lean tulang diucapkan [l єan tulaŋ], bagasan tikki diucapkan [bagasan tikki], dan paboahon tu au diucapkan [ paboahon tu au]. Dengan demikian cara pelafalan seperti di atas telah melanggar kaidah sistem pelafalan bunyi BT Hal tersebut disebabkan antara lain 1 penutur BT yang bilingual kurang memperhatikan atau 2 kurang memahami kaidah pelafalan BT, atau 3 sikap penutur yang tidak merasa terdorong atau terpanggil untuk memelihara cermat-bahasanya dan santun- bahasanya. Hal ini menyebabkan penutur yang seharusnya melafalkan bunyi jajaran fonem nt tersebut sebagai [tt], dilafalkannya seperti dalam BI. karena dalam bahasa Indonesia bunyi jajaran fonem nt tidak mengalami perubahan bunyi seperti dalam kata santai diucapkan [santay], depan toko diucapkan [depan toko]. Dengan demikian, penyimpangan pelafalan asimilasi konsonan ini dapat ditabelkan sebagai berikut. Tabel 5.11 Penyimpangan Asimilasi Fonem n + t → [tt] Kata Pelafalan Kesalahan Pelafalan Arti lean tulang [l εat tulaŋ] [l εan tulaŋ] berikan paman sian tongatonga [siat to ŋatoŋa] [sian to ŋatoŋa] dari tengah- tengah paboahon tu au [paboahot tu au] [ paboahon tu au] memberitahu kepada saya 12. Penyimpangan Asimilasi Fonem ŋ + p → [kp]