Fonem n+j → [jj] Fonem ŋ+g → [gg]

tersebut dapat dilihat dalam tabel frekuensi interferensi bunyi fonem nd baik dalam TS maupun DK. 1 sandiri ‘sendiri’ TS Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent .00 73 76.0 76.0 76.0 1.00 23 24.0 24.0 100.0 Valid Total 96 100.0 100.0 1 tondi ‘roh’ DK Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent .00 64 66.7 66.7 66.7 1.00 32 33.3 33.3 100.0 Valid Total 96 100.0 100.0 2. Fonem n+j → [jj] Dalam sistem bunyi BT sering dijumpai asimilasi bunyi terhadap gabungan fonem. Asimilasi yang terjadi baik dalam relasi antarsuku kata maupun dalam relasi antarkata dapat berupa asimilasi regresif, progresif, dan resiprokal. Bunyi jajaran fonem n+j baik dalam relasi antarsuku kata atau relasi antarkata harus direalisasikan sebagai bunyi [jj]. Realisasi bunyi gabungan fonem n+j menjadi bunyi [jj] disebut asimilasi regresif. Berdasarkan data penelitian tes interferensi terdapat penyimpangan-penyimpangan terhadap bunyi gabungan fonem n+j yang direalisasikan responden penutur BT di Medan dengan bunyi [nj] yang terdapat dalam tes TS berupa kata ganjang [gajja ŋ] ’panjang’ dan dalam tes daftar kata berupa tuson jolo [tus0j j0l0] ’kemari dulu’. Data penelitian terhadap bunyi fonem nd, memperlihatkan terdapat penyimpangan bunyi yang dilakukan responden. Sebanyak 11 responden 11,5 pada TS dan 56 responden 58,3 pada DK melafalkan bunyi tersebut sebagai [nj] padahal mereka seharusnya melafalkannya sebagai bunyi [jj]. Universitas Sumatera Utara 2 ganjang ‘panjang’ TS Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent .00 85 88.5 88.5 88.5 1.00 11 11.5 11.5 100.0 Valid Total 96 100.0 100.0 2 tu son jolo ‘kemari dulu’ DK Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent .00 40 41.7 41.7 41.7 1.00 56 58.3 58.3 100.0 Valid Total 96 100.0 100.0 3. Fonem ŋ+g → [gg] Dalam sistem bunyi BT banyak ditemukan asimilasi bunyi terhadap gabungan fonem seperti asimilasi regresif, progresif, dan resiprokal dalam relasi antarsuku kata dan antarkata. Bunyi gabungan fonem ŋ+g baik dalam hubungan antarsuku kata atau antarkata harus direalisasikan sebagai bunyi [gg]. Realisasi bunyi gabungan fonem ŋ+g menjadi bunyi [gg] disebut asimilasi progresif. Berdasarkan data penelitian tes interferensi terdapat penyimpangan terhadap bunyi fonem ŋg yang direalisasikan oleh penutur BT di Medan dengan bunyi [ŋg] padahal jajaran fonem tersebut harus direalisasikan sebagai [gg]. Gabungan fonem ŋg pada teks singkat berupa kata adong do [ad0 ŋ g0] ’ada’ dan dalam daftar kata berupa kata tong do [t0ŋ g0]’selalu’. Realisasi pelafalan gabungan fonem ŋ+g menjadi [gg] adalah sesuai kaidah sistem bunyi BT. Dilihat dari tabel frekuensi interferensi bunyi terhadap gabungan fonem ŋ+g baik dalam teks singkat maupun daftar kata tergambar bahwa responden yang salah melafalkannya adalah 95 orang atau 99 pada TS dan 89 orang atau 92,7 pada DK. 3 adong do ‘ada’ TS Universitas Sumatera Utara Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent .00 1 1.0 1.0 1.0 1.00 95 99.0 99.0 100.0 Valid Total 96 100.0 100.0 3 tong do ‘tetap’ DK Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent .00 7 7.3 7.3 7.3 1.00 89 92.7 92.7 100.0 Valid Total 96 100.0 100.0 4. Fonem m+p → [pp]