Ke lompok Kerja “Bakti” Sistem Kerja Nyeblok

4.6.1 Ke lompok Kerja “Bakti”

Kelompok kerja “bakti” merupakan suatu rombongan yang bekerjasama menggarap lahan hutan. Kelompok biasanya terdiri dari 10 orang yang membagi pekerjaan pada setiap lahan selama dua hari. Anggota kelompok terdiri dari orang-orang yang ingin menjadi anggota. Kelompok “bakti” bubar karena waktu kerja di sawah yang sering bersamaan membuat pekerjaan kelompok terbengkalai. Menurut Pak Suh, 50 tahun, kelompok “bakti” tidak seimbang dalam membagi pekerjaan, lahan yang pertama dibersihkan akan pertama bersih sedangkan yang lain terbengkalai 57 . Sampai saat ini kelompok “bakti” yang masih jalan adalah kelompok Wa Am yang beranggotakan delapan orang. Wa Am adalah petani penggarap yang memiliki sawah milik 0,25 bau dan kebon satu tempat. Wa Am, 60 tahun, membentuk kelompok kontak tani “bakti” sejak masih jaman tumpang sari atau sekitar 13 tahun yang lalu. Kelompok yang terdiri dari delapan orang petani itu secara bergiliran mengolah lahan garapan di hutan. Mereka secara bergiliran membabat rumput, menanam pohon dan menanam pisang. Mereka bekerja bergiliran dua hari di setiap lahan garapan anggotanya.

4.6.2 Sistem Kerja Nyeblok

Sistem kerja nyeblok hanya ada di pertanian padi sawah. Pekerjaan nyeblok sudah lazim di Desa Padabeunghar. Seorang petani bekerja dari awal penyemaian benih, mengolah tanah sampai memanen di lahan petani lain. Petani yang mengikuti proses menanam dan mengurus padi berhak ikut memanen dengan bagi hasil sebanyak 5:1 kg gabah kering. Nyeblok sering dilakukan oleh orang yang memiliki lahan atau orang yang tidak memiliki lahan. Seorang petani dapat nyeblok jika diijinkan oleh petani pemilik lahan. Pemilik di sini dapat berarti pemilik secara resmi atau pemilik karena penyewaan. Petani yang nyeblok dapat keluar atau berhenti nyeblok dengan memberitahu pada pemilik bahwa ia akan berhenti. Pemecatan tidak pernah terjadi. Hubungan petani pemilik dan petani nyeblok dilandasi oleh 57 Wawancara dengan Pak Suh, 10 Maret 2005 hubungan saling percaya. Sanksi bagi petani pemilik yang tidak melibatkan petani nyeblok dalam pemanenan atau petani nyeblok yang mangkir kerja adalah rasa tidak enak. Petani yang nyeblok merupakan orang yang tetap nyeblok di tempat yang telah dipilih. Menurut Bi En, 42 tahun, petani perempuan pemilik sawah, jika petani tersebut nyeblok dibeberapa tempat, ia mungkin akan mendapatkan hasil panen yang lebih banyak dari pada petani pemilik lahan. Ini karena petani pemilik lahan harus membayar biaya pupuk gemuk dan pestisida yang harganya kadang menghabiskan seluruh hasil panen 58 . Kepastian tentang jumlah petani ya ng nyeblok pada sawah petani pemilik diketahui petani pemilik jika petani nyeblok datang ke rumah petani pemilik untuk memastikan kehadirannya pada malam atau pagi hari sebelum ia berangkat ke sawah. Ketidakpastian ini menyebabkan petani pemilik sulit menentukan kapan saatnya diperlukan tenaga kerja bayaran dan berapa banyak konsumsi yang diantar ke sawah “nganteuran ” Nyeblok merupakan mekanisme kerja untuk menjamin pendapatan buruh petani atau sebagai pendapatan tambahan bagi pemilik lahan. Nyeblok sangat ditentukan oleh kepercayaan antar warga Desa Padabeunghar. Nyeblok yang dilakukan dengan warga desa lain seperti Desa Bantar Agung, desa yang terletak di sebelah timur Desa Padabeunghar, lebih bersifat teknis kerja. Petani Bantar Agung memang dikenal rajin bekerja namun juga ketat dalam perhitungan bagi hasil. Meskipun diakui pekerjaan petani Bantar Agung lebih baik, petani pemilik lebih memilih petani Desa Padabeunghar untuk nyeblok di lahan miliknya.

4.6.3 Ngobeng

Dokumen yang terkait

Bentuk Kearifan Lokal Terkait Pemanfaatan Hasil Hutan Di Sekitar Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Di Desa Kuta Rakyat, Desa Dolat Rakyat, Desa Jaranguda, Dan Desa Tanjung Barus, Kabupaten Karo)

2 38 114

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 3

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

Analisis gender pada kegiatan pengelolaan hutan bersama masyarakat (Kasus rumahtangga peserta PHBM, Desa Lolong, Jawa Tengah)

1 16 172

Formulasi Strategi Kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat

2 35 364

Pengetahuan masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM): kasus di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat

0 11 70

Struktur dan Strategi Nafkah Rumahtangga Petani Peserta Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Bogorejo

1 16 141

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Strategi Dan Struktur Nafkah Rumahtangga Petani Sekitar Hutan Desa Seputih Kecamatan Mayang Kabupaten Jember

2 21 89