sumberdaya hutan sebagai sumber nafkah, bagaimana penggunaan sumber nafkah dalam rumahtangga, siapa sajakah anggota rumahtangga yang melakukan pilihan
strategi nafkah, pertimbangan apa yang digunakan rumahtangga dalam melakukan pilihan strategi nafkah dan untuk tujuan apa pilihan strategi nafkah dilakukan,
serta kekuatan sosial apa yang mempengaruhi pilihan strategi nafkah yang dilakukan rumahtangga. Kasus dipilih untuk mendapatkan informasi tentang: jenis
sumber nafkah yang digunakan, penggunaan SDH, arti pendapatan, alokasi tenaga kerja rumahtangga, orientasi tindakan aktor, dasar stratifikasi dalam komunitas,
keterhubungan dengan komunitas lain, kelembagaan lokal yang mempengaruhi strategi nafkah rumahtangga.
Delapan rumahtangga penggarap lahan hutan anggota PHBM dijadikan rumahtangga kasus. Pemilihan jumlah delapan kasus ini menunjukkan tipologi
strategi nafkah yang khas. Pemilihan delapan kasus ini didasari oleh perbedaan karakter nafkah rumahtangga, akses sumber nafkah, dan aktivitas nafkah anggota
rumahtangga. Pemilihan rumahtangga kasus dilakukan berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan setelah berada di Desa Padabeunghar.
3.3.2.1 Rumahtangga yang Menggunakan Sumberdaya Alam Sebagai Sumber Nafkah
Pak Suh, 50 tahun, adalah orang yang pertama kali menarik perhatian peneliti. Pak Suh merupakan ketua Forum PHBM yang mendapat gelar “profesor
leuweung” “profesor” hutan dari Kepala Desa Padabeunghar, sesama penggarap hutan, dan anggota LSM yang melakukan pendampingan di Desa Padabeunghar.
Rumahtangga Pak Suh merupakan rumahtangga yang menggunakan sumberdaya hutan dan sumberdaya pertanian lain seperti sawah dan lahan kebun karet sebagai
basis nafkah rumahtangga. Rumahtangga Pak Suh merupakan rumahtangga yang terdiri dari dua KK.
Anak Pak Suh yang telah menikah masih tinggal bersama di rumah Pak Suh. Menurut aturan Desa Padabeunghar, anak P ak S uh yang telah menikah
merupakan KK yang berbeda dengan KK Pak Suh. Ibu Pak Suh yang telah menjanda juga masih tinggal bersama dengan Pak Suh. Karakter rumahtangga Pak
Suh merupakan satu contoh karakter rumahta ngga dua KK.
Rumahtangga P ak Suh memberi gambaran rumahtangga yang
menggunakan sumberdaya alam sebagai sumber nafkah. Rumahtangga Pak Suh mendapatkan pendapatan untuk konsumsi, sekolah anak dan menghadapi
keadaan-keadaan sulit dengan menggunakan sumberdaya alam termasuk sumberdaya hutan.
3.3.2.2 Rumahtangga yang Menjadikan Sumberdaya Alam Milik Sebagai Orientasi Nafkah
Wa Am merupakan orang yang dikenal sebagai pemimpin kelompok penggarap hutan yang berhasil di Desa Padabeunghar. Wa Am menjadi penggarap
lahan hutan sejak masa tumpangsari, tahun 1980-an. Wa Am memutuskan untuk berhe nti menggarap lahan hutan setelah berhasil menyewa sawah.
Rumahtangga Wa Am memberi pemahaman tentang orientasi menggarap lahan hutan dan nilai sumberdaya alam bagi rumahtangga Desa Padabeunghar.
Wa Am dan kelompoknya tidak menggarap hutan lagi setelah berhasil menyewa sawah. Rumahtangga Wa Am memberi pemahaman bahwa menggarap lahan
hutan merupakan jalan untuk menggarap sawah sebagai modal alami yang paling diinginkan untuk digarap oleh rumahtangga.
3.3.2.3 Rumahtangga yang Menggunakan Sumberdaya Alam Sebagai Salah Satu Bentuk Investasi