lain dalam proses pengambilan keputusan http:en.wikipedia.orgwikiRational_choice_theory, diakses pada tanggal 2
Januari 2005.
2.5 PHBM: Rancangan Strategi Nafkah MDH
Sumberdaya hutan, berupa tanah dan hasil hutan, merupakan sumberdaya yang menjadi sumber nafkah MDH. Pemberian akses lahan hutan secara legal
formal merupakan cara agar sumberdaya hutan dapat digunakan sebagai sumber nafkah oleh rumahtangga di desa-desa sekitar hutan.
Sumberdaya hutan merupakan sumberdaya penting bagi Perhutani. Bagi Perhutani, wilayah hutan di bawah pengelolaan Perhutani adalah aset utama yang
menandai eksistensi Perhutani sebagai perusahaan negara yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan hutan. Sebagai suatu perusahaan umum, Perhutani memiliki
target produksi yang harus dipenuhi. Lahan hutan merupakan input produksi dasar bagi kelangsungan Perhutani sebagai suatu perusahaan umum.
Bagi pemerintah daerah, faktor terpenting dari pelaksanaan PHBM adalah penyelesaian masalah kemiskinan desa dalam wilayah pemerintahan daerah dan
peningkatan pendapatan daerah
20
. Pemberian akses sumberdaya hutan merupakan upaya untuk meningkatkan pendapatan dan mengatasi masalah kekurangan lahan
MDH. PHBM dirancang untuk mengatur aktivitas nafkah MDH dan Perhutani
yang berkaitan dengan satu sumber nafkah yaitu sumberdaya hutan. PHBM merupakan suatu bentuk institusionalisasi dari apa yang diinginkan oleh MDH
dan Perhutani serta apa yang ditentang oleh MDH dan Perhutani. PHBM merupakan institusionalisasi nilai-nilai yang menga tur penggunaan sumberdaya
hutan oleh MDH atau Perhutani. PHBM mengatur luas lahan yang dapat diakses, cara pengelolaan dan cara
bagi hasil. Forum PHBM merupakan organisasi yang dibentuk untuk mengatur hubungan antara penggarap lahan hutan, Perhutani, Pemerintah Daerah dan LSM.
Forum PHBM mengatur pengambilan keputusan yang mempengaruhi tindakan pengelolaan lahan hutan.
20
Wawancara dengan Wibowo Djatmiko, Pendiri LSM LATIN, 18 Oktober 2005
Kelembagaan ini mengatur tentang keuntungan reward dan kerugian cost yang akan diterima dalam pelaksanaan PHBM. Reward yang diberikan
berupa akses pengelolaan lahan dan akses bagi hasil. Bagi perhutani reward berupa keamanan lahan dari penjarahan dan tenaga penggarap. Perhutani
mengorbankan 1200,46 Ha lahan untuk dikelola MDH, kekuasaan untuk menentukan kebijakan pengelolaan hutan di lahan hutan pangkuan, kompromi
atas jenis tanaman serta bagi hasil dan bibit yang akan ditanam penggarap. Penggarap mengorbankan tenaga kerja, waktu kerja serta bibit yang akan ditanam
dan mendapatkan akses lahan dan hasil lahan. Kelembagaan itu ditetapka n dalam sebuah asosiasi yang disebut Nota
Kesepahaman, NKB dan NPK. NKB merupakan bentuk dari kesepakatan pengelolaan hutan yang ditandatangani oleh Perhutani dan pemerintah daerah atau
MDH. Nota Kesepahaman menunjukkan kesepakatan antara Direktur Utama Perum Perhutani dengan Bupati Kuningan tentang bentuk pengelolaan hutan yang
akan dijalankan di wilayah hutan Kuningan
21
. Setelah Nota Kesepahaman ditandatangani, dirumuskan pola pelaksanaan PHBM melalui loka karya yang
diikuti oleh pemerintah daerah, Perhutani, LSM dan perwakilan MDH. Lokakarya menghasilkan garis besar cara pelaksanaan PHBM
22
. Hasil lokakarya ini diterjemahkan di tingkat desa melalui penandatanganan NKB. NKB berisi luasan
lahan yang menjadi wilayah pangkuan desa, dan garis besar teknis dan kelembagaan pengelolaan lahan
23
. Bentuk teknis dari NKB dijelaskan dalam NPK. NPK sekaligus merupakan pengesahan pengelolaan lahan hutan oleh MDH.
Organisasi yang dibentuk untuk mengatur jalannya PHBM disebut Forum PHBM yang dibuat berjenjang dari tingkat desa, kecamatan, sampai kabupaten.
Forum PHBM dibentuk atas dasar anggapan bahwa pelaksanaan PHBM dapat berhasil jika dilakukan secara kolaboratif oleh aktor -aktor yang terlibat dalam
PHBM. Perhutani dan pemerintah daerah memiliki birokrasi yang membagi wilayah hutan sebagai wilayah kekuasaan tertentu. Forum PHBM dirancang untuk
21
Nota Kesepahaman antara Bupati Kuningan dengan Perum Perhutani, Kuni ngan, 1 Mei 2001
22
Program Strategis PHBM Kuningan, Hasil Lokakarya Langkah-langkah dan Rencana Strategis Implementasi PHBM Kuningan 3-5 April 2001 di Hotel Grage Sangkan Spa, Kuningan-Jawa
Barat
23
Nota Kesepakatan Bersama antara Perum Perhutani dengan pemerintah Desa Padabeunghar Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, 7 Januari 2003
dapat mengalirkan informasi dan menyelesaikan masalah yang terjadi dalam pengelolaan lahan hutan.
Berdasarkan tujuannya, Forum PHBM dibentuk untuk: “Membangun kesepakatan dan menjalin komitmen yang telah disepakati,
koordinasi, pemecahanpenyelesaian masalah yang timbul, membantu proses negosiasimenemukan titik kompromi sebelum proses hukum,
integralisasi program, monitoring dan evaluasi
24
”. Setiap aturan yang mengatur pelaksanaan PHBM ditetapkan dalam Forum PHBM.
Forum PHBM di tingkat desa merupakan organisasi tertinggi yang memutuskan kelembagaan PHBM di desa.
Forum PHBM merupakan kelembagaan yang dibentuk untuk melaksanakan PHBM. Forum PHBM bertugas untuk membangun kesepakatan
dan menjalani komitmen yang telah disepakati, koordinasi, pemecahan penyelesaian masalah yang timbul, membantu proses negosiasimenemukan titik
kompromi sebelum proses hukum, integralisasi program, monitoring dan evaluasi Pokok-pokok PHBM di Kabupaten Kuningan, 2001. Forum PHBM dibuat di
tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa. Kepala pemerintahan daerah menjadi penanggung jawab dalam struktur Forum PHBM.
Di bawah Forum PHBM terdapat KTH Kelompok Tani Hutan. KTH berfungsi sebagai perencana dan pelaksana di tingkat petak atau istilah
masyarakat Desa Padabeunghar, blok. KTH, pemerintah desa dan Forum PHBM diharapkan dapat bersama -sama dengan pihak swasta, pemerintah kabupaten LSM
dan koperasi membangun pengelolaan hutan yang lestari dan masyarakat sejahtera.
KTH merupakan organisasi yang memiliki tanggungjawab pengelolaan lahan hutan di wilayah kelola yang telah disepakati dalam Forum PHBM. KTH
biasanya meliputi satu petak dalam wilayah pangkuan desa. KTH membuat perjanjian mengenai pelaksanaan penggarapan lahan dengan Perhutani yang
diwujudkan dalam bentuk NPK. Ketua KTH mendata penggarap yang menjadi anggota KTH, mengatur luas lahan garapan setiap anggota, dan bertanggungjawab
pada pelaksanaan penggarapan lahan.
24
Pokok-pokok pengelolaan hutan bersama masyarakat PHBM di Kabupaten Kuningan, Pemerintah Kabupaten Kuningan, 2001
Sampai saat ini Forum PHBM di Desa Padabeunghar masih bersifat sebagai penerus kegiatan yang disosialisasikan LSM, Perhutani atau Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Hutbun kepada masyarakat Desa Padabeunghar. Pertemuan yang secara resmi dilakukan sendiri dengan prakarsa penggarap
peserta PHBM sulit dilakukan meskipun telah diprakarsai oleh LSM KANOPI. Pertentangan antar anggota dan antar ketua KTH di dalam Forum PHBM
menunjukkan forum PHBM sebagai lembaga resmi yang dibangun untuk koordinasi pengelolaan hutan belum dianggap sebagai kelembagaan yang mampu
mengatur perilaku masyarakat desa hutan dalam mengelola hutan. Forum PHBM ada pada tingkat desa, kecamatan dan Kabupaten. Ini
menunjukkan aktivitas nafkah rumahtangga di desa terkait dengan struktur luar desa. Ada pihak di luar MDH yang mempengaruhi pilihan strategi nafkah MDH.
Pengaruh struktur supra desa, Perhutani, pemerintah daerah dan LSM, merupakan ikatan sosial yang terbentuk karena pelaksanaan PHBM.
Ikatan dengan Perhutani merupakan ikatan transaksional antara perusahaan yang memiliki kekua saan atas lahan dan MDH yang memiliki
keinginan untuk menggarap. Batasan ikatan sosial antara MDH dan Perhutani ditetapkan dengan jelas dalam bentuk perjanjian yang mengikat secara hukum.
Modal yang diberikan Perhutani, baik berupa lahan, bibit, studi banding, pelatihan, informasi, jaminan keselamatan kerja maupun bantuan dalam
penanaman harus dikembalikan dalam bentuk tanggung-jawab pemeliharaan tanaman, keamanan tanaman dan bagi hasil tanaman. Perhutani merupakan
lembaga yang dapat dihubungi MDH untuk kepentingan-kepentingan legal formal. Aktivitas nafkah apapun yang dilakukan MDH di lahan hutan hanya
bersifat legal jika telah disahkan melalui perjanjian tertulis dengan Perhutani. Ikatan dengan pemerintah daerah merupakan ikatan administratif dan
kontrol. Secara administratif MDH merupakan warga Kabupaten Kuningan. Pemerintah daerah memiliki kepentingan pada kesejahteraan ekonomi MDH dan
tanggungjawab menjaga kelestarian hutan
25
. Kepentingan pemerintah daerah itu ditunjukkan dengan pembentukan kelembagaan dan alokasi anggaran daerah
untuk pelaksanaan PHBM.
25
Arifin Setiamihadja, Bupati Kuningan, menjabat sebagai bupati tahun 1998-2003, 2003; Sanusi Wijaya, Staf Ahli Bapeda, Ketua LPI PHBM kabupaten Kuningan, 2003
Pemerintah Daerah Kuningan menyediakan anggaran khusus untuk pelaksanaan PHBM. Anggaran ini diberikan pada masa pemerintahan Bupati
Arifin Setiamihardja sejumlah Rp. 700.000.000,- untuk penguatan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat. Selain dalam bentuk kelembagaan pendukung
PHBM, pemerintah daerah memberikan bantuan dalam bentuk bibit tanaman, informasi tentang PHBM dan pelatihan peningkatan keterampilan MDH peserta
PHBM. LSM merupakan lembaga yang me mberi advokasi pada saat pembentukan
kelembagaan dan pendampingan pada saat pelaksanaan. LSM merupakan satu- satunya lembaga yang secara intensif melakukan pendampingan pada desa-desa
PHBM. LSM memberikan informasi dan bibit tanaman yang memiliki peluang pasar, menyelenggarakan pelatihan pengolahan hasil hutan untuk menghasilkan
produk yang dapat dipasarkan, studi banding ke daerah pelaksana PHBM yang lain, dan melakukan kunjungan rutin setiap minggu pada desa-desa tertentu.
Ikatan-ikatan dengan ketiga aktor ini dianggap perlu agar MDH dapat melakukan kegiatan pertanian yang diharapkan dalam PHBM. Jika MDH
memiliki ikatan yang kuat dengan Perhutani, Pemerintah daerah dan LSM dan sebaliknya, maka aktivitas nafkah MDH di hutan dapat mewujudkan
kesejahteraan MDH dan kelestarian hutan
26
. MDH merupakan tenaga kerja utama dalam PHBM
27
. MDH berperan sebagai petani penggarap yang menggarap lahan sesuai aturan untuk mendapatkan
bagi hasil. Penggarap anggota KTH melakukan pembibitan, pengolahan tanah dan penanaman pohon.
Kriteria MDH tidak ditentukan secara khusus. MDH adalah masyarakat desa yang berada di sekitar hutan
28
. Jadi, penggarapan hutan dapat dilakukan oleh siapa saja yang menjadi warga desa yang mengikuti program PHBM dan disetujui
oleh Forum PHBM. Penggarap lahan hutan dapat seorang petani penggarap atau
26
Program Strategis PHBM Kuningan, Hasil Lokakarya Langkah-langkah dan Rencana Strategis Implementasi PHBM Kuningan 3-5 April 2001 di Hotel Grage Sangkan Spa, Kuningan-Jawa
Barat
27
Prinsip dan Nilai PHBM Kuningan, dalam Program Strategis PHBM Kuningan, Hasil Lokakarya Langkah-langkah dan Rencana Strategis Implementasi PHBM Kuningan 3-5 April
2001 di Hotel Grage Sangkan Spa, Kuningan-Jawa Barat
28
Pokok-pokok pengelolaan hutan bersama masyarakat PHBM di Kabupaten Kuningan, Pemerintah Kabupaten Kuningan, 2001
petani pemilik atau orang yang memiliki pekerjaan di luar pertanian yang ingin menggarap lahan hutan dan mau mengalokasikan waktu dan tenaga untuk
menggarap hutan. Alokasi waktu dan tenaga kerja diperlukan untuk menggarap hutan.
Akses lahan hutan dicatat atas nama petani penggarap secara perseorangan, bukan dalam rumahtangga atau kelompok. Petani penggarap dapat
berasal dari rumahtangga yang berbeda atau berasal dari rumahtangga yang sama. Ini membuka peluang satu rumahtangga mendapatkan beberapa lahan garapan.
Pekerjaan menggarap hutan membutuhkan ketarampilan dan tenaga buruh tani. Keterampilan buruh tani tidak memerlukan keterampilan khusus dan telah
biasa dilakukan oleh petani penggarap atau pemilik. Keterampilan khusus diperlukan untuk kegiatan pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman pinus,
jarak tanam dan pengolahan hasil tanaman. MDH tidak mendapat dana PHBM dalam bentuk uang tunai. Sebenarnya,
MDH memiliki hak untuk mendapatkan dana pembinaan desa hutan dari Perhutani. Dana tersebut diberikan bertahap pada setiap desa hutan dalam jumlah
yang ditentukan oleh Perhutani
29
. Namun tidak ada kepastian dari Perhutani tentang nama desa, jumlah uang dan waktu pemberian uang.
MDH berhak memperoleh hak garap lahan garapan PHBM setelah ditetapkan oleh Peraturan Desa Perdes. Hak garap ini dapat dipindah-tangankan
atau diwariskan kepada penggarap lain. Pengalihan hak garap disahkan oleh Forum PHBM dan ditetapkan oleh Perdes. Peraturan ini merupakan jaminan
keamanan security dan ketentuan certainty hak garap dan hak mendapat bagi hasil bagi penggarap. Jaminan ketentuan dan keamanan penting untuk menjamin
bahwa penggarapan lahan yang dilakukan penggarap akan mendatangkan hasil yang dapat dipetik penggarap Weber, 1968.
Aktivitas nafkah yang diijinkan dalam lahan yang diperoleh dari PHBM adalah kegiatan menanam, memelihara dan memetik tanaman yang diperuntukkan
untuk penggarap
30
. Aktivitas pengelolaan sumberdaya hutan yang lain diijinkan
29
Wawancara dengan Wibowo Djatmiko, pendiri LSM LATIN, 6 Juli 2005
30
Nota Perjanjian Kerjasama NPK antara Perum Perhutani KPH Kuningan dengan Kelomp ok Tani Hutan KTH Batukuda, Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten
Kuningan, tentang pengelolaan tegakan dan tanaman pinus pada petak 5a di hutan negara yang
setelah disepakati dan ditetapkan dalam NPK. Pengelolaan lahan di luar NPK merupakan faktor kritis yang dapat digunakan baik oleh Perhutani maupun MDH
untuk mengajukan pembatalan NPK. Menggali pasir dan batu untuk bahan bangunan, menggembalakan kerbau di lahan Perhutani, dan mengambil kayu
bakar di lahan Perhutani merupakan kegiatan MDH yang tidak disepakati dalam NPK. Perhutani pun tidak dapat melakukan pemenanaman daerah hutan pangkuan
tanpa persetujuan Forum PHBM desa. MDH dan Perhutani tidak dapat menanam tanaman lain di luar tanaman
yang telah ditetapkan dalam NPK atau mengubah jarak tanam. Jika MDH memiliki keinginan untuk menanam tanaman lain yang dianggap menguntungkan
oleh MDH, maka MDH harus mengajukan keinginannya pada Forum PHBM. Jika tidak, MDH dianggap melanggar NPK. Hal yang sama berlaku bagi Perhutani.
Akses lahan hutan merupakan peluang bagi MDH untuk mendapatkan pendapatan dalam bentuk bagi hasil tanaman, pendapatan dari pengolahan hasil
hutan, dan dampak dari kelestarian hutan. Bagi hasil tanaman pada petak 5a dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Bagi Hasil antara Perhutani dan MDH
No. Pihak yang Mendapat Sharing Hasil Jenis Tanaman
Pokok Pinus Tanaman
Tahunan Tanaman
Nenas 1
PIHAK PERTAMA Perhutani 75
20 20
2 PIHAK KEDUA petani KTH
20 75
75 3
Pemerintah Desa Padabeunghar 2,5
2,5 2,5
4 Forum PHBM Desa Padabeunghar
1,5 1,5
1,5 5
Kegiatan Sosial 1
1 1
Sumber: NPK antara petani Desa Padabeunghar dan Perhutani, 2003
31
Hasil hutan diharapkan bukan hanya dalam bentuk barang menta h. PHBM diharapkan dapat menjadi pemicu pertumbuhan industri pengolahan hasil hutan
turut wilayah administratif Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuninga n, 11 Januari, 2003.
31
Nota Perjanjian Kerjasama NPK antara Perum Perhutani KPH Kuningan dengan Kelompok Tani Hutan KTH Batukuda, Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten
Kuningan, tentang pengelolaan tegakan dan tanaman pinus pada petak 5a di hutan negara yang turut wilayah administratif Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan,
11 Januari, 2003.
rumahtangga. Upaya mendapatkan hasil hutan harus disertai dengan upaya menjaga tegakan pohon. Tegakan pohon yang terpelihara mendatangkan
pendapatan dalam bentuk kenaikan debit mata air, udara bersih dan potensi wisata hutan.
Berdasarkan uraian di atas, lahan hutan yang semula dikuasai oleh Perhutani dapat diakses oleh MDH melalui PHBM. Akses lahan hutan bukan
merupakan akses cuma -cuma, setelah diperoleh dapat digunakan sesuai keinginan MDH, tetapi akses mengikat yang dapat digunakan berdasarkan kesepakatan.
Aktifitas nafkah di lahan PHBM merupakan aktivitas nafkah pertanian dengan jenis tanaman dan bentuk pengelolaan yang telah ditentukan melalui kesepakatan
bersama. PHBM memberi kebebasan bagi MDH untuk mengajukan bentuk pengelolaan lahan yang dapat diakses, namun bentuk pengelolaan lahan
ditentukan oleh kesepakatan antara MDH dengan Perhutani.
2.6 Kerangka Studi