Tenaga Kerja dalam Rumahtangga

Contoh kasus, Bi En bersama beberapa ibu-ibu pernah bersama-sama menjenguk seorang pengusaha yang memberikan bibit je ungjing kertas di Kuningan 73 . Pengusaha itu dijenguk karena sakit keras. Bi En dan ibu-ibu yang lain merasa perlu menjenguk pengusaha itu karena pengusaha itu dikabarkan bangkrut dan tidak meneruskan usaha jeungjing kertas di Desa Padabeunghar. Pengusaha itu dijenguk karena pernah dikenal baik dan memberikan peluang usaha pada petani Desa Padabeunghar. Fasilitas tertentu hanya diberikan pada anggota komunitas. Orang di luar komunitas tidak diperbolehkan meminjam di warung, toleransi pembayaran denda atas kesalahan yang dilakukan, dan perlindungan pemerintah desa pada pengeluaran dan kesejahteraan anggota komunitas desa. Orang di luar komunitas desa dapat mendapatkan kunjungan menjenguk, kondangan, atau kiriman makanan. Orang di luar komunitas desa mendapatkan fasilitas yang diberikan pada anggota komunitas jika melakukan tindakan-tindakan yang dianggap baik dan diterima komunitas atau memberikan keuntungan pada anggota komunitas. Ikatan dengan orang di luar anggota komunitas menguatkan apa yang disebut Bebbington 1999, dalam Ellis, 2000 sebagai kelompok dalam insider dan kelompok luar outsider. “Asosiasi horizontal” dalam hubungan antara anggota komunitas tidak terjadi pada hubungan dengan orang di luar komunitas. Outsider dianggap lebih baik jika dapat memberikan keuntungan secara finansial kepada anggota komunitas. Hubungan baik dengan LSM, Perhutani, pengusaha pengelola tanah HGU didasarkan pada seberapa besar orangdari luar komunitas tersebut dapat memberikan keuntungan bagi komunitas. Pendapat ini dikuatkan oleh isu dana yang selalu menjadi ganjalann bagi pembentukan hubungan baik antara orang Desa Padabeunghar dengan orang di luar Desa Padabeunghar.

4.8 Tenaga Kerja dalam Rumahtangga

Penjelasan modal manusia dilakukan dengan memandang manusia sebagai tenaga kerja dalam rumahtangga. Pendekatan ini juga dilakukan Ellis 2000 yang memandang tenaga kerja sebagai tenaga kerja yang dimiliki rumahtangga. Tenaga kerja di Desa Padabeunghar dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan usia. 73 Pengamatan dan wawancara bersama Bi En, 4 Mei 2005 Pengkategorian ini dilakukan karena berdasarkan wawancara dan pengamatan terdapat perbedaan antara tenaga kerja perempuan dan laki-laki, anak usia sekolah dan anak setelah selesai sekolah serta antara laki-laki atau perempuan pada tingkat usia yang berbeda. Penjelasan yang diberikan Ashley dan Carney 1999 tentang kriteria modal manusia seperti pendidikan dan keterampilan digunakan untuk menjelaskan bagaimana antara laki-laki atau antara perempuan melakukan pilihan pekerjaan. Berdasarkan jenis kelamin, anggota rumahtangga dapat dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Pembedaan antara laki-laki dan perempuan tidak dilihat dari kemampuan kerja namun dilihat dari peranan yang dibentuk secara normatif di masyarakat. Laki-laki merupakan kepala keluarga dan tenaga kerja utama rumahtangga. Peranan laki-laki tidak berubah sebelum dan setelah menikah. Perempuan berubah peranan sebelum dan sesudah menikah. Sebelum menikah, perempuan bekerja ke luar desa mendapatkan gaji yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan membantu orang tua, sedangkan setelah menikah perempuan mengerjakan pekerjaan rumahtangga di rumah. Berdasarkan usia dan jenis kelamin, tenaga kerja rumahtangga di Desa Padabeunghar dapat dikelompokan sebagai berikut: Tabel 8 . Tenaga Kerja Rumahtangga Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Keterampilan Usia tahun Jenis kelamin Status Pendidikan Keterampilan Pekerjaan Perempuan Belum menikah SLTPSLTA - Sekolah 0-18 Laki-laki Belum menikah SLTPSLTA - Sekolah SLTPSLTA Memiliki keterampilan khusus Pekerja pabrikbangunanguru Perempuan Belum menikah SLTPSLTA Tidak memiliki keterampilan khusus Pekerja pabrikbangunan SLTPSLTA Memiliki keterampilan khusus Pekerja pabrikbangunan 18-20 Laki-laki Belum menikah SLTPSLTA Tidak memiliki keterampilan khusus Pekerja pabrikbangunan SLTPSLTA Memiliki keterampilan khusus Pekerjaan rumahtanggamengasuh anakmembuat emping atau kripik untuk dimakan sendiri atau dijualPNS Perempuan Telah menikah SLTP Tidak memiliki keterampilan khusus Pekerjaan rumahtanggamengasuh anak SLTPSLTA Memiliki keterampilan khusus Tukang, supplier , pamong desa, PNS 20-40 Laki-laki Telah menikah SLTP Tidak memiliki keterampilan khusus Pekerja bangunan, menggarap sawah atau kebon SD Memiliki keterampilan khusus Dukun bayi, pedagang Perempuan Telah menikah SD Tidak memiliki keterampilan khusus Menggarap sawah milik sendirinyeblok pekerjaan rumahtangga SD Memiliki keterampilan khusus Tukang, 40 Laki-laki Telah menikah SD Tidak memiliki keterampilan khusus Buruh tani, menggarap sawah sendiri, nyeblok, memelihara kerbaukambing SR Memiliki keterampilan khusus Dukun bayi, menggarap sawah sendiri, nyeblok, memelihara kerbaukambing Perempuan Telah menikah SR Tidak memiliki keterampilan khusus Menggarap sawah sendiri, nyeblok, memelihara kerbaukambing SR Memiliki keterampilan khusus Veteran, menggarap sawah sendiri, nyeblok, memelihara kerbaukambing 60 Laki-laki Telah menikah SR Tidak memiliki keterampilan khusus Menggarap sawah sendiri, nyeblok, memelihara kerbaukambing Sumber: Diolah dari data primer, 2005 Berdasarkan usia, anggota rumahtangga dapat dibedakan menjadi kelompok usia kakek selanjutnya disebut kelompok usia kakek 74 , kelompok usia ayah selanjutnya disebut kelompok usia orang tua 75 , dan kelompok usia anak yang telah menikah selanjutnya disebut kelompok usia anak 76 . Kelompok anak sebenarnya terbagi menjadi dua, kelompok anak yang telah menikah dan kelompok anak yang belum menikah, namun analisis strategi nafkah dilakukan pada kelompok usia anak yang telah menikah. Kelompok anak yang belum menikah menjadi bagian dari rumahtangga orang tua. Pengelompokan ini dilakukan atas dasar identifikasi basis strategi nafkah dan aktor utama dalam rumahtangga yang menjalankan strategi nafka h. Keterampilan khusus dan pendidikan yang dimiliki anggota rumahtangga merupakan modal yang menentukan pekerjaan yang diperoleh anggota rumahtangga. Keterampilan khusus dapat membuka peluang pekerjaan bagi perempuan.

4.9 Ekonomi di Luar Pertanian

Dokumen yang terkait

Bentuk Kearifan Lokal Terkait Pemanfaatan Hasil Hutan Di Sekitar Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Di Desa Kuta Rakyat, Desa Dolat Rakyat, Desa Jaranguda, Dan Desa Tanjung Barus, Kabupaten Karo)

2 38 114

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 3

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

Analisis gender pada kegiatan pengelolaan hutan bersama masyarakat (Kasus rumahtangga peserta PHBM, Desa Lolong, Jawa Tengah)

1 16 172

Formulasi Strategi Kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat

2 35 364

Pengetahuan masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM): kasus di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat

0 11 70

Struktur dan Strategi Nafkah Rumahtangga Petani Peserta Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Bogorejo

1 16 141

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Strategi Dan Struktur Nafkah Rumahtangga Petani Sekitar Hutan Desa Seputih Kecamatan Mayang Kabupaten Jember

2 21 89