Menggarap Beberapa Lahan Bersamaan

kegiatan pertanian dan penting untuk menjalankan ekonomi rumahtangga. Modal alami merupakan sarana penting yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup petani di Desa Padabeunghar. Sawah, kebon, lahan garapan kebun karet dan lahan garapan hutan tidak dapat memberikan kebutuhan hidup secara langsung. Ada proses pengolahan yang harus dilalui petani sampai dapat memetik hasil dan menanfaatkannya untuk mendukung ekonomi rumahtangga. Proses pengolahan sawah, kebon , dan lahan garapan membutuhkan tenaga kerja, uang untuk membeli pupuk dan sarana produksi pertanian yang lain serta waktu tenaga kerja rumahtangga. Pengolahan sawah, kebon , lahan kebun karet dan lahan hutan melibatkan modal alami yang lain seperti mata air dan hewan ternak. Kontur tanah mempengaruhi ketersediaan sawah dan kebon . Kontur tanah juga membentuk pola sikap anggota rumahtangga petani Desa Padabeunghar terhadap pekerjaan pertanian dan mobilitas ke sawah, kebon , lahan kebun karet dan lahan hutan. Kandungan batu dan pasir di lahan perhutani mendorong eks ploitasi sumberdaya alam sebagai salah satu aktivitas yang dilakukan rumahtangga petani Desa Padabeunghar. Eksploitasi hasil hutan seperti kayu masih ada dalam bentuk penebangan pohon pinus yang tersisa untuk kayu bakar dan pengambilan rumput untuk pakan ternak. Bentuk aktivitas penggunaan modal alami adalah aktivitas ekstensifikasi pertanian, aktivitas pengurangan biaya produksi pertanian, aktivitas diversifikasi tanaman dan aktivitas eksploitasi sumberdaya alam.

5.1.1 Menggarap Beberapa Lahan Bersamaan

Ekstensifikasi pertanian dilakukan karena beberapa hal, 1, keterbatasan lahan milik pribadi, 2, sifat tanaman yang tidak memerlukan waktu pemeliharaan terus menerus, 3, keterbatasan hasil dari satu luasan lahan, 4, tekanan kebutuhan hidup dan, 5, terdapat lahan alternatif untuk dikelola. Ekstensifikasi pertanian dilakukan dengan dua cara, 1, pengelolaan beberapa lahan garapan secara bersama-sama, dan 2, penambahan luas lahan garapan Seperti yang telah dibahas, pemilikan sawah rata-rata di Desa Padabeunghar adalah 0,25 bau. Kebon dan sawah tidak dimiliki oleh setiap rumahtangga. Pemilikan lahan milik pribadi yang terbatas menyebabkan hasil produksi pertanian tidak memadai. Pengelolaan lahan lain diperlukan untuk melengkapi hasil produksi pertanian di lahan milik pribadi. Kebutuhan penambahan lahan semakin terasa bagi petani yang tidak memiliki lahan milik pribadi. Pengolahan sawah, kebon dan lahan garapan tidak membutuhkan waktu yang terus menerus, terdapat waktu luang diantara tahapan pengolahan sawah. Waktu luang inilah yang menyebabkan petani dapat menggarap sawah, kebon dan lahan garapan kebun karet maupun lahan garapan hutan Perhutani secara bersamaan. Pengerjaan keempat sumberdaya alam ini dilakukan secara bergantian dengan jadwal yang ditetapkan sendiri oleh petani. Jika Ellis 2000 menyimpulkan musim seasonality sebagai suatu faktor penting dalam aktivitas nafkah rumahtangga, rumahtangga petani Desa Padabeunghar melakukan pola pengelolaan modal alami tidak berdasarkan musim atau berdasarkan pola tanam padi di sawah. Rumahtangga petani melakukan pengelolaan sawah, kebon, lahan hutan dan lahan kebun karet berdasarkan waktu luang yang dimiliki dan keperluan yang mendesak untuk dilakukan. Keterbatasan lahan, sifat tanaman dan keterbatasan hasil pertanian dilengkapi dengan ketersediaan lahan garapan alternatif. Tekanan ekstensifikasi pertanian mengarah pada lahan di luar milik petani yang dapat diakses rumahtangga seperti lahan kebun karet dan lahan hutan Perhutani. Pemilikan sawah tidak menutup kemungkinan untuk melakukan ekstensifikasi. Kelembagaan sosial nyeblok membuka peluang petani pemilik sawah untuk menggarap lahan hutan Perhutani atau lahan kebun karet. Setiap pemilik sawah melibatkan petani yang lain melalui sistem nyeblok. Sistem nyeblok menyebabkan petani pemilik sawah memiliki waktu untuk menggarap kebon atau menjadi buruh tani di sawah milik orang lain 81 . Sistem nyeblok juga membuka peluang petani pemilik sawah untuk menggarap lahan garapan di hutan Perhutani atau di lahan kebun karet. Ekstansifikasi pertanian tidak dilakukan lagi jika rumahtangga memiliki satu sumber nafkah yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan rumahtangga. Penggarapan lahan yang lain tidak dilakukan jika sawah yang dimiliki telah 81 Pak Suh masih menjadi buruh tani sementara sawah miliknya sendiri digarap oleh petani nyeblok, pengamatan di sawah Gibug, 19 Maret 2005 menyita seluruh waktu kerja petani atau dianggap cukup memenuhi untuk kebutuhan hidup petani. Akses terhadap pekerjaan di luar pertanian juga menyebabkan tekanan nafkah pada ekstensifikasi lahan berkurang. Responden lain yang memiliki pekerjaan di luar pertanian memilih untuk menggarap satu jenis lahan garapan. Pak Kd, Pak Sud, Bu Ut dan Bu Et merupakan responden yang memiliki pekerjaan di luar pertanian dan hanya menggarap satu jenis lahan garapan.

5.1.2 Mengurangi Biaya Produksi Pertanian

Dokumen yang terkait

Bentuk Kearifan Lokal Terkait Pemanfaatan Hasil Hutan Di Sekitar Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Di Desa Kuta Rakyat, Desa Dolat Rakyat, Desa Jaranguda, Dan Desa Tanjung Barus, Kabupaten Karo)

2 38 114

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 3

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

Analisis gender pada kegiatan pengelolaan hutan bersama masyarakat (Kasus rumahtangga peserta PHBM, Desa Lolong, Jawa Tengah)

1 16 172

Formulasi Strategi Kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat

2 35 364

Pengetahuan masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM): kasus di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat

0 11 70

Struktur dan Strategi Nafkah Rumahtangga Petani Peserta Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Bogorejo

1 16 141

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Strategi Dan Struktur Nafkah Rumahtangga Petani Sekitar Hutan Desa Seputih Kecamatan Mayang Kabupaten Jember

2 21 89