Tujuan Penelitian Rumahtangga Petani Di Sekitar Hutan Jawa

a Dalam konteks sosial apa pilihan strategi nafkah dputuskan? kekuatan-kekuatan sosial apa sajakah yang mempengaruhi pilihan strategi nafkah? bagaimana kekuatan-kekuatan sosial itu bekerja? dan bagaimana kah relevansinya dengan strategi nafkah yang dirancang oleh pemerintah melalui PHBM? b Adakah tujuan ideal yang ditetapkan oleh rumahtangga dalam memutuskan pilihan strategi nafkah? Adakah hirarki hirarkhi tujuan yang dibuat oleh rumahtangga ? Apakah ada pertimbangan keuntungan dan kerugian yang dibuat oleh rumahtangga ? Apakah ada pengorganisasian tenaga kerja rumahtangga dan aturan yang sengaja disusun untuk mengorganisasikan tugas anggota rumahtangga untuk mencapai tujuan nafkah?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1 Mengetahui sumberdaya yang dimanfaatkan sebagai sumber nafkah dalam rumahtangga di Desa Padabeunghar 2 Mengetahui penggunaan sumberdaya hutan dalam strategi nafkah rumahtangga di Desa Padabeunghar 3 Mendapatkan gambaran strategi nafkah rumahtangga yang dipilih dan ditetapkan oleh rumahtangga desa peserta PHBM 4 Mengetahui pilihan strategi nafkah yang dilakukan rumahtangga di sekitar hutan Perhutani. 5 Mengetahuai dasar rasionalitas yang melatarbelakangi pilihan strategi nafkah rumahtangga . Studi ini diharapkan dapat memberi sumbangan pada penyusunan dan pelaksanaan program pengelolaan hutan yang melibatkan rumahtangga desa di sekitar hutan. II. PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Rumahtangga Petani Di Sekitar Hutan Jawa

Rumahtangga merupakan lembaga dasar yang melakukan pengaturan konsumsi dan produksi, alokasi tenaga kerja dan sumberdaya sebagai upaya memenuhi kebutuhan hidup anggota rumahtangga. Douglas 1998 mengemukakan pengertian rumahtangga sebagai: “the houselholds is a basic institution for reproducing society in its material as well as non-material aspect. Its includes pooling and allocating labor and resources which, as has been widely noted, neither goes uncontested nor can be assumed to be egalitarian but is nonetheless an arena of social co-operation. This ‘miny political economy’ of decision making abaut status, power, property and work between men and women, generations and kin is multifaceted and dynamic in its formation and life” Douglass, 1998, dalam Meikle et. al., 2001. Penge rtian rumahtangga di atas menyebutkan rumahtangga sebagai struktur kecil politik ekonomi yang membuat keputusan tentang dinamika kehidupan dan formasi rumahtangga. Rumahtangga memiliki struktur kekuasaan, kepemilikan, pengambilan keputusan dan pelestarian ikatan-ikatan darah. Ellis 2000 mengartikan rumahtangga sebagai tempat di mana ketergantungan sosial dan ekonomi antara kelompok dan individu terjadi secara teratur. Rumahtangga diartikan sebagai kelompok sosial yang tinggal di satu tempat, berbagi makanan yang sama, membuat keputusan bersama mengenai alokasi sumberdaya dan pendapatan Meillassoux, 1981; Ellis, 1993, dalam Ellis, 2000 . Rumahtangga merupakan unit sosial yang mengikat anggotanya dalam kesatuan sosial dan ekonomi. Rumahtangga menjalankan strategi nafkah sebagai upaya mempertahankan kehidupan anggota rumahtangga. Rumahtangga tidak selalu berisi ikatan darah. Rumahtangga bisa juga berarti sekelompok orang yang berbagi rumah atau tempat tinggal dan berbagi pendapatan atau seseorang yang tinggal sendiri, keluarga inti, keluarga batih, atau sekelompok orang yang tidak berhubungan Marshal, 1994, dalam Dharmawan 2001. Jadi rumahtangga bisa berarti ikatan darah atau hubungan bukan atas dasar ikatan darah. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, rumahtangga diartikan sebagai suatu unit sosial ekonomi yang memiliki hubungan dalam menjalankan strategi nafkah. Rumahtangga dibatasi oleh hubungan ketergantungan secara sosial ekonomi yang terjadi secara intens. Rumahtangga dapat terdiri dari orang-orang yang memiliki hubungan darah atau pun tidak. Sebagai suatu unit sosial ekonomi, rumahtangga memiliki fungsi-fungsi sebagai be rikut: a alokasi sumberdaya yang memungkinkan untuk memuaskan kebutuhan rumahtangga, b jaminan terhadap berbagai tujuan rumahtangga, c produksi barang dan jasa, d membuat keputusan atas penggunaan pendapatan dan konsumsi, e fungsi hubungan sosial dan hubungan dengan masyarakat luar, dan e reproduksi sosial dan material dan keamanan sosial terhadap anggota rumahtangga Manig, 1991, dalam Dharmawan, 2001. Rumahtangga merupakan tempat bagi pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Rumahtangga juga berfungsi sebagai perekrutan tenaga kerja baru melalui perkawinan atau pun kelahiran. Rumahtangga merupakan suatu lembaga yang menyelenggarakan alokasi ekonomi dan pilihan tindakan-tindakan yang dianggap rasional untuk memenuhi kebutuhan makan, pakaian, membangun rumah, investasi, dan membangun kesejahteraan anggota rumahtangga Netting, 1993. Fungsi-fungsi rumahtangga menurut Netting 1993 dan Manig 1991 lebih menekankan pada fungsi ekonomi rumahtangga, alokasi sumberdaya dan tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan rumahtangga. Dharmawan 2001 menekankan bahwa merefleksikan tingkatan masyarakat yang lebih luas seperti komunitas sosial tempat rumahtangga berada. Setiap tindakan yang dilakukan rumahtangga merupakan reaksi dari berbagai stimuli yang diberikan oleh komunitas Von Braun, 1992, dalam Dharmawan, 2001. Melalui pendekatan model unitary, tindakan rumahtangga dapat difahami dari tindakan-tindakan individu dalam rumahtangga. Namun berbeda dengan pendekatan model unitary yang menekankan pada rasionalitas ekonomi, Weber 1968 menekankan tindakan-tindakan individu dipengaruhi oleh nilai dan norma di tempat individu tersebut berada. Bagi rumahtangga, hutan berarti sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan. Penelitian Wollenberg dan Nawir 1998 tentang pendapatan rumahtangga dari hutan menunjukkan hutan mendukung pendapatan rumahtangga melalui NTFP Non Timber Forest Product, kayu hutan, makanan liar dari hutan, penggunaan lahan hutan, karet, dan kakao.

2.2 Pengelolaan Hutan di Jawa

Dokumen yang terkait

Bentuk Kearifan Lokal Terkait Pemanfaatan Hasil Hutan Di Sekitar Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Di Desa Kuta Rakyat, Desa Dolat Rakyat, Desa Jaranguda, Dan Desa Tanjung Barus, Kabupaten Karo)

2 38 114

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 3

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

Analisis gender pada kegiatan pengelolaan hutan bersama masyarakat (Kasus rumahtangga peserta PHBM, Desa Lolong, Jawa Tengah)

1 16 172

Formulasi Strategi Kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat

2 35 364

Pengetahuan masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM): kasus di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat

0 11 70

Struktur dan Strategi Nafkah Rumahtangga Petani Peserta Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Bogorejo

1 16 141

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Strategi Dan Struktur Nafkah Rumahtangga Petani Sekitar Hutan Desa Seputih Kecamatan Mayang Kabupaten Jember

2 21 89