Berdasarkan penjelasan di atas, strategi nafkah meliputi beragam tindakan rasional yang diambil rumahtangga untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
rumahtangga. Merujuk pada pendapat Ellis 2000 tindakan yang dilakukan berkaitan dengan sumberdaya yang dimiliki atau tidak dapat dimiliki tetapi dapat
diakses manfaatnya. Akses sumberdaya ditentukan oleh kemampuan rumahtangga dalam memperoleh dan memanfaatkan sumberdaya.
2.3.2 Sumber-sumber Nafkah Rumahtangga
Berdasarkan pengertian strategi nafkah di atas, sumber nafkah merupakan aset, sumberdaya atau modal yang dimiliki rumahtangga yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan nafkah rumahtangga. Sumberdaya mengacu pada semua hal yang dapat dimanfaatkan atau tidak oleh rumahtangga. Aset mengacu semua
hal yang dapat dimafaatkan oleh rumahtangga, sedangkan modal mengacu pada semua hal yang dimiliki atau dapat diakses oleh rumahtangga. Merujuk pada
Dharmawan 2001 sumber nafkah rumahtangga biasanya berupa sumber nafkah yang beragam multiple source of livelihood . Ini karena rumahtangga tidak
tergantung pada satu kegiatan tertentu dalam jangka waktu yang lama dan tidak ada satu sumber nafkah yang dapat memenuhi tujuan rumahtangga. Rumahtangga
dapat menjadi petani pemilik dan menggarap lahan sendiri, penggarap dengan menggarap lahan orang lain, penggembala, pencari kayu bakar, pencari rumput
bahkan pedagang. Rumahtangga membutuhkan aset untuk dapat menjalankan strategi nafkah.
Aset yang dimiliki dan dapat digunakan oleh rumahtangga disebut modal. Modal bisa dibedakan menjadi lima kategori, seperti: modal alam, modal fisik, modal
manusia, modal finansial, dan modal sosial. Modal alam menjelaskan basis sumberdaya alam, air, pohon-pohonan yang menghasilkan pangan dan segala
sesuatu yang berasal dari sumberdaya alam yang digunakan manusia untuk mempertahankan kehidupannya. Modal manusia dan modal fisik mengacu pada
pengertian ekonomi klasik. Modal manusia mengacu pada tingkat pendidikan, dan status kesehatan individu dan populasi. Modal manusia menunjukkan tenaga kerja
yang dimiliki rumahtangga. Modal fisik mengacu pada aset yang dihasilkan dalam
proses produksi ekonomi. Modal finansial mengacu pada persediaan uang tunai yang dapat digunakan dalam produksi dan konsumsi termasuk juga akses untuk
kredit. Modal sosial mengacu pada jaringan sosial dan asosiasi di mana orang bergabung dan darinya orang mendapat dukungan untuk menjalankan pola
nafkahnya Carney, 1999; Ellis, 2000; de Haan, 2000. Peranan kelima modal dalam nafkah rumahtangga tergantung dari berapa banyak akses, berapa besar
kemampuan mengelola dan mengambil kegunaan oleh Rumahtangga. Di Kuningan, sumberdaya hutan memiliki tempat yang penting sebagai
modal alam. Selain lahan sawah, komposisi lahan terbesar adalah hutan produksi, lahan yang dilindungi, dan komunitas hutan. Komposisi lahan di Kuningan dapat
diamati pada gambar berikut:
Sumber: VSO -SPARK Regional Workshop, 2004: 20.
Gambar 1. Komposisi Lahan di Kuningan
Komposisi lahan tersebut menunjukkan lahan sebagian besar masih berupa hutan. Lahan hutan yang berupa hutan produksi dan hutan lindung berada di bawah
kewenangan Perhutani dan Pemerintah Daerah dan hanya bisa diakses oleh masyarakat jika terdapat kelembagaan yang mengatur hubungan antara
sumberdaya hutan dan masyarakat. Modal sosial merupakan suatu aset yang dapat digunakan oleh
rumahtangga untuk mempertahankan kelangsungan nafkah de Haan, 2000; Carney, 1999. Modal sosial memfasilitasi tindakan aktor -aktor di dalam struktur
Peruma han,
kota dll.
Hutan produksi
Hutan lindung
Kebun masy
Hutan masy
sawah
sekaligus menetapkan aktor -aktor tersebut dalam aspek-aspek struktural Coleman, 1988. Modal sosial dibangun untuk keuntungan rumahtangga .
Carney 1999, dalam de Haan, 2000 menggambarkan modal sosial sebagai 1 hubungan kepercayaan, resiprositas dan pertukaran antara individu,
2 keterhubungan, jaringan dan kelompok, termasuk akses pada beragam kelembagaan; 3 aturan yang biasa, norma dan sangsi yang disetujui bersama
oleh masyarakat. de Haan mengartikan modal sosial termasuk tolong menolong antar tetangga, organisasi keagamaan, kelompok pengguna sumberdaya alam,
partai politik dan lainnya.
Menurut Stone dan Hughes 2002 inti dari modal sosial adalah hubungan sosial. Kualitas hubungan sosial mengacu pada kemampuan manusia bersama
bekerjasama menyelesaikan masalah bersama -sama. Dalam komunitas, modal sosial mengacu pada kemampuan anggota komunitas untuk berpartisipasi,
bekerjasama, berorganisasi dan interaksi Cavayne, 2001, dalam Stone dan Hughes, 2002.
Ruang lingkup modal sosial didefinisikan berdasarkan penjelasan Putnam dan Coleman. Putnam melihat modal sosial sebagai perpaduan dari “asosiasi
horizontal” antara manusia. Modal sosia l mengacu pada sebuah jaringan dan gabungan norma yang berpengaruh pada produktivitas masyarakat. Dua hal
penting dari penjelasan Putnam adalah pertama, jaringan dan norma yang bergabung secara empiris. Kedua, kedua hal tersebut, jaringan dan norma
memilik i konsekuensi ekonomi yang penting. Kunci masa depan modal sosial adalah dukungannya pada koordinasi dan kerjasama pada keuntungan bersama
anggota kelompok Putnam, 1993. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, modal sosial diartikan sebagai
hubungan antara sesama golongan miskin dalam hubungan sosial yang saling menguntungkan, hubungan antara golongan miskin dan kaya dalam bentuk
hubungan seperti patronase atau kelembagaan yang dapat memberi jaminan pada keberlanjutan nafkah. Modal sosial merupakan sumbe r strategi nafkah
rumahtangga di saat krisis atau saat perubahan sosial ekonomi Meikle et. al., 2001. Penjelasan tentang modal sosial dapat memberikan gambaran bagaimana
hubungan-hubungan sosial mempengaruhi strategi nafkah rumahtangga di desa sekitar kawasan hutan.
Di dalam masyarakat sendiri, ikatan-ikatan solidaritas antara rumahtangga menjadi modal sosial yang penting bagi nafkah rumahtangga. Dharmawan 2000
mempetakan strategi nafkah berdasarkan solidaritas petani, yaitu: 1.
Strategi ikatan solidaritas berdasarkan kegiatan pertanian. Strategi ini dilakukan oleh petani-petani yang sama-sama melakukan kegiatan
pertanian sebagai basis nafkah rumahtangga petani. Strategi ini meliputi kegiatan 1 peminjaman lahan dari petani lapisan atas pada petani lapisan
bawah, 2 bagi hasil dan sistem sewa tanah, 3 pengelolaan tanah adat, 4 perjanjian saling menguntungkan antar petani.
2. Strategi ikatan solidaritas sosial berdasarkan kegiatan non pertanian.
Strategi nafkah nafkah rumahtangga tidak hanya berkisar dalam kegiatan pertanian. Strategi ikatan solidaritas non pertanian dibangun diantara
migran di kota, diantara penduduk desa untuk kegiatan nafkah di luar pertanian, atau dalam hubungan politik dan ekonomi antara petani dengan
pemerintah. 3.
Strategi ikatan solidaritas sosial berdasarkan kebutuhan ekonomi. Ikatan ini berbeda dengan ikatan formal yang dilakukan oleh bank atau
pengadaian. Strategi ini mengandalkan hubungan kepercayaan yang dibangun antara pihak-pihak yang bekerjasama. Termasuk dalam ikatan
solidaritas berdasarkan kebutuhan ekonomi adalah 1 peminjaman berdasarkan hubungan patron-klien, 2 peminjaman berdasarkan
hubungan tetangga, 3 peminjaman berdasarkan hubungan keluarga, dan 4 peminjaman berdasarkan hubungan pertemanan. Hubungan-hubungan
ekonomi berdasarkan ikatan-ikatan sosial ini di beberapa desa terbukti lebih dipercaya dari pada hubungan formal dengan lembaga -lembaga
seperti bank atau pegadaian. Berdasarkan uraian di atas, modal tidak bersifat spasial. Modal sosial
dapat menjadi sumber ba gi akses pada modal alam, modal fisik, modal manusia, atau modal finasial. Modal finansial dapat meningkatkan kemampuan petani
untuk meng-akses modal manusia, modal alam, modal fisik atau modal sosial.
Akses terhadap lima modal ini menentukan bagaimana strategi nafkah yang dilakukan rumahtangga.
2.3.3 Pendapatan Rumahtangga