Ikatan Persaudaraan Ikatan Sosial

atau pemilik yang tidak mendapatkan kambing atau kerbau. Uang yang diberikan sebesar harga anak kambing atau kerbau yang telah lepas susu “disapih ”. Sistem maron tersebut relatif baru. Awalnya, orang yang ingin mendapatkan kerbau harus bekerja sebagai “tukang angon ” selama empat tahun tiga bulan 10 hari untuk mendapatkan seekor anak kerbau sapihan. Sebenarnya, angka tiga bulan 10 hari tersebut sebagai cadangan jika ada kerbau peliharaan yang merusak “ngaranjah” kebun atau tanaman orang lain. Jika ada kerbau yang merusak tanaman orang lain, maka pemilik kerbau harus mengganti kerugian sesuai dengan besarnya pengganti yang diajukan oleh pemilik tanaman. Tiga bulan 10 hari merupakan waktu yang diberikan oleh penggembala untuk mengganti kerugian yang dikeluarkannya. Namun perkembangannya, ada atau tidak kebun yang di-“ranjah ”, waktu penggembalaan tetap empat tahun tiga bulan 10 hari. Sekarang sistem penggembalaan seperti itu sudah jarang dilakukan.

4.7 Ikatan Sosial

Social Ties Ikatan sosial yang berfungsi sebagai modal sosial di Desa Padabeunghar adalah ikatan persaudaraan, ikatan pertetanggaan, ikatan keanggotaan komunitas horizontal integration dan ikatan di luar komunitas vertical integration. Ikatan sosial ini dibangun berdasarkan kedekatan tempat tinggal dan hubungan darah. Ikatan-ikatan sosial dibangun untuk membangun jaminan kehidupan peta ni dan mengurangi resiko yang tidak dapat dibayar oleh petani sendiri. Kepercayaan menjadi dasar pembentukan hubungan. Kepercayaan dibangun atas dasar anggapan bahwa setiap orang dalam komunitas akan melakukan kebaikan yang sama dengan kebaikan yang dilakukan oleh individu. Rasa tidak enak, jangan saling mengganggu dan menyakiti, sudah biasa terjadi atau sudah biasa dilakukan, sudah seharusnya dilakukan, dan pertimbangan bahwa hal yang sama bisa terjadi pada diri sendiri merupakan norma yang melanggengkan ikatan-ikatan sosial dalam masyarakat Desa Padabeunghar.

4.7.1 Ikatan Persaudaraan

Ikatan persaudaraan dibangun antara orang-orang yang memiliki ikatan darah. Ikatan persaudaraan memberikan jaminan kepada rumahtangga melalui sistem pewarisan, simpan pinjam informal, kedekatan emosional, bantuan tenaga dalam kegiatan-kegiatan besar, pembagian makanan, pemberian pakaian atau uang, peluang pekerjaan, pengasuhan anak, dan jaminan pemeliharaan di hari tua. Pewarisan memberikan kesempatan memperoleh perumahan, sawah, kebon , dan hewan ternak. Kebutuhan rumah di Desa Padabeunghar dipenuhi melalui sistem pewarisan. Setiap orang tua di Desa Padabeunghar memberikan jaminan perumahan sesuai dengan kemampuan ekonominya. Jaminan perumahan dari orang tua dapat berupa rumah, pekarangan, bahan bangunan, dan bantuan makanan serta tenaga pada saat pembangunan rumah. Pewarisan lahan pekarangan untuk membuat rumah terjadi di setiap rumahtangga yang memiliki lahan pekarangan atau kebon. Setiap orang tua akan berusaha memberikan lahan untuk pembangunan rumah anaknya. Pemberian lahan pekarangan ini dilakukan baik oleh orang tua laki-laki maupun orang tua perempuan. Pewarisan lahan pekarangan disesuaikan dengan jumlah anak yang akan mendapat warisan. Bantuan orang tua dalam pembuatan rumah tidak hanya pemberian tanah pekarangan. Orang tua memberikan bantuan bahan bangunan dalam membangun rumah. Rumah yang sekarang ditempati Bu Ut dapat dibangun karena bantuan mertua Bu Ut. Mertua Bu Ut memberikan tanah pekarangan, kayu, genteng dan pasir untuk bahan bangunan rumah 64 . Selain mewariskan pekarangan dan rumah, sawah, kebon , dan ternak, juga diwariskan orang tua kepada anak. Sawah merupakan sumberdaya yang lebih banyak didapat dari pewarisan. Sawah ada yang didapat dari pembelian, namun biasanya sawah menjadi alternatif terakhir untuk dijual setelah kebon. Kambing dan kerbau merupakan ternak yang ada di Desa Padabeunghar. Ternak hanya diwariskan jika orang tua telah meninggal atau telah sangat tua. Sebelum diwariskan anak memelihara ternak dengan sistem maron . Saudara menjadi orang pertama yang mendapatkan kiriman makanan saat memasak makanan istimewa atau saat panen. Saling mengirim makanan telah menjadi kebiasaan di Desa Padabeunghar. Siapa orang yang dikirimi, tergantung dari orang yang membagi. Orang yang membagi dibedakan menjadi dua 64 Wawancara dengan Bu Ut, 3 Mei 2005 kelompok, orang yang baik bageur dan orang yang biasa. Orang yang baik biasanya akan mengirim ke tetangga di sekitar atau sekeliling rumah. Biasanya radius dua rumah masih terbagi. Orang yang biasa biasanya hanya mengirim pada saudara-saudaranya saja. Bagi saudara radius kedekatan tempat tinggal tidak menjadi ukuran. Bagi saudara, hasil panen atau makanan akan dikirimkan meskipun letaknya lebih jauh 65 . Saudara juga merupakan sumber informasi dan peluang untuk memperbaiki kehidupan rumahtangga. Saudara memberikan bantuan-bantuan yang dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan rumahtangga.

4.7.2 Ikatan Pertetanggaan

Dokumen yang terkait

Bentuk Kearifan Lokal Terkait Pemanfaatan Hasil Hutan Di Sekitar Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Di Desa Kuta Rakyat, Desa Dolat Rakyat, Desa Jaranguda, Dan Desa Tanjung Barus, Kabupaten Karo)

2 38 114

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 3

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

Analisis gender pada kegiatan pengelolaan hutan bersama masyarakat (Kasus rumahtangga peserta PHBM, Desa Lolong, Jawa Tengah)

1 16 172

Formulasi Strategi Kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat

2 35 364

Pengetahuan masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM): kasus di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat

0 11 70

Struktur dan Strategi Nafkah Rumahtangga Petani Peserta Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Bogorejo

1 16 141

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Strategi Dan Struktur Nafkah Rumahtangga Petani Sekitar Hutan Desa Seputih Kecamatan Mayang Kabupaten Jember

2 21 89