Struktur Demografi Masyarakat Desa Padabeunghar

Padabeunghar. Ranjang “spring bed” 41 ada di kamar anak yang telah menikah. Ranjang di kamar orang tua masih berbentuk ranjang besi dengan kasur yang diisi kapuk. Anak yang belum menikah tidur di ranjang kayu yang lebih baru dari pada ranjang orang tua. Fasilitas dalam rumah penduduk Desa Padabeunghar berasal dari usaha pemilik rumah dan sumbangan dari pemerintah Kabupaten Kuningan. Sebagian besar fasilitas diperoleh dari pendapatan rumahtangga. Fasilitas dalam rumah menunjukkan kemampuan rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan lebih dari kebutuhan konsumsi. Pembahasan mengenai hubungan antara fasilitas dalam rumah dengan status sosial ekonomi dapat diamati pada bagian 4.4.2.

4.4 Penduduk Desa Padabeunghar

4.4.1 Struktur Demografi Masyarakat Desa Padabeunghar

Kelahiran anak di Desa Padabeunghar kecil. Ada kecenderungan untuk membatasi jumlah anak dan menambah jarak kelahiran. Setiap rumahtangga memiliki anak tidak lebih dari tiga orang dengan jarak kelahiran sampai sembilan tahun. Pengurangan jumlah kelahiran ini merupakan salah satu cara mengurangi tekanan biaya pemeliharaan anak, biaya sekolah anak, dan mengurangi waktu pengasuhan anak usia balita. Selain kelahiran, mobilitas penduduk ke luar desa merupakan faktor yang mempengaruhi struktur demografi Desa Padabeunghar. Pergi merantau merupakan alasan utama warga Desa Padabeunghar pergi dari desa Padabeunghar. Merantau biasanya dilakukan ke Jakarta dan Bandung atau kota di luar Jawa seperti Batam dan Bali. Pergi merantau akan dilakukan dengan menggunakan bis. Bis Luragung Jaya, Sahabat atau Bhineka hampir setiap saat dapat diperoleh di Palimanan. Perantau akan kembali ke Desa Padabeunghar setiap satu, dua atau paling lama tiga bulan sekali. Perantau pulang ke Desa Padabeunghar untuk menengok anak dan istri, mengantarkan uang hasil merantau dan jika tidak ada pekerjaan di perantauan. Tempat-tempat yang dihubungi penduduk Desa Padabeunghar dapat diamati pada gambar berikut: 41 Spring bed adalah istilah untuk satu set ranjang dan kasur yang dilapisi busa dan per kawat di dalamnya. Sumber: Diolah dari Peta Nasional Hasil Pemetaan Satelit. Diolah oleh FWI Forest Wacth Indonesia, 30 Juli 2005, untuk kepentingan penelitian Gambar 3. Peta Mobilitas Petani Desa Padabeunghar Peta di atas menunjukkan kota -kota yang menjadi tujuan pergerakan penduduk ke luar desa. Kota Jakarta menjadi tujuan merantau sebagai pekerja bangunan, penjual roti atau pekerja pabrik. Bandung merupakan kota tujuan merantau sebagai pekerja pabrik atau pembantu rumahtangga. Penduduk Desa Padabeunghar pergi ke desa lain atau ke kota lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Keterpencilan Desa Padabeunghar menyebabkan banyak uang yang harus dikeluarkan untuk ongkos. Pilihan untuk pergi ke luar desa menunjukkan rumahtangga bersedia membayar sejumlah uang untuk tujuan yang akan dicapainya. Keperluan administratif dan keperluan perbankan tidak dilakukan oleh setiap orang. Keperluan administratif akan dilakukan oleh warga Desa Padabeunghar yang memiliki keterkaitan dengan pemerintah seperti pamong desa atau warga Desa Padabeunghar yang memiliki pekerjaan di luar Desa Padabeunghar seperti guru, tenaga kesehatan atau pengurus organisasi desa seperti PHBM. Kebutuhan Perbankan hanya dilakukan oleh warga yang mendapat veteran. Setiap bulan mereka harus pergi ke Bank Rakyat Indonesia Cabang Mandirancan untuk mengambil uang veteran, membayar utang atau menyimpan uang dari hasil uang veteran yang diterimanya. Mengobati anggota rumahtangga yang sakit dilakukan di Rajagaluh atau Majalengka. Pengobatan di Kuningan jarang dilakukan karena jarak antara Desa Padabeunghar dengan ibukota Kabupaten yang jauh. Jika orang yang sakit tersebut sampai harus dirawat di rumah sakit, warga yang lain akan datang menjenguk. Menjenguk dilakukan dengan rombongan kecil dengan menyewa kolbak 42 . Pergi ke luar desa dengan rombongan kecil juga dilakukan jika warga Desa Padabeunghar akan mengunjungi orang yang sedang melakukan suatu acara perayaan kondangan. Sebagian besar kebutuhan konsumsi sehari-hari dipenuhi dengan hasil lahan garapan dan pertukaran langsung di desa. Pembelian kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan barang dagangan untuk pedagang dilayani oleh kolbak yang menerima jasa pembelian barang-barang yang dipesan dengan menitipkan sejumlah uang untuk membeli barang tersebut ditambah ongkos yang jumlahnya sama dengan ongkos satu orang penumpang. Penambahan ongkos diperlukan jika barang yang dibeli sangat banyak. Pemasaran produk banyak dilakukan di dalam Desa Padabeunghar. Penjualan hasil kebon dilakukan melalui pedagang perantara yang datang mengunjungi pemilik hasil kebon yang akan dibelinya. Pejualan hasil lahan garapan dilakukan dengan hitungan per luasan lahan tanaman untuk sereh atau per kilogram untuk singkong, ubi atau kacang tanah. Penjualan hasil sampingan lahan garapan seperti cabai atau sayur-sayuran dilakukan dengan menyimpan barang yang akan dijual di depan rumah atau menjualnya berkeliling di sekitar desa. Penjualan berkeliling bisa dilakukan sendiri atau menyuruh anak yang diberi upah atau pembagian hasil penjualan. Penjualan secara langsung ke pasar akan dilakukan jika harga di pasar jauh lebih baik atau barang tidak dapat dijual di dalam desa. Pembuat emping menjual emping buatannya pada tetangga atau pemesan yang datang ke rumahnya. Emping baru akan dijual ke pasar kramat jika hasil emping banyak dan tidak ada yang membeli di Desa Padabeunghar. 42 Kolbak adalah angkutan roda empat berbentuk kendaraan Suzuki atau Daihatsu yang memiliki bak terbuka. Kolbak merupakan angkutan yang ada dan dapat digunakan oleh penduduk Desa Padabeunghar. Selain kolbak, angkutan yang lain yang tersedia adalah ojek.

4.4.2 Struktur Sosial Masyarakat

Dokumen yang terkait

Bentuk Kearifan Lokal Terkait Pemanfaatan Hasil Hutan Di Sekitar Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Di Desa Kuta Rakyat, Desa Dolat Rakyat, Desa Jaranguda, Dan Desa Tanjung Barus, Kabupaten Karo)

2 38 114

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 3

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

Analisis gender pada kegiatan pengelolaan hutan bersama masyarakat (Kasus rumahtangga peserta PHBM, Desa Lolong, Jawa Tengah)

1 16 172

Formulasi Strategi Kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat

2 35 364

Pengetahuan masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM): kasus di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat

0 11 70

Struktur dan Strategi Nafkah Rumahtangga Petani Peserta Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Bogorejo

1 16 141

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Strategi Dan Struktur Nafkah Rumahtangga Petani Sekitar Hutan Desa Seputih Kecamatan Mayang Kabupaten Jember

2 21 89