Mengurangi Biaya Produksi Pertanian

menyita seluruh waktu kerja petani atau dianggap cukup memenuhi untuk kebutuhan hidup petani. Akses terhadap pekerjaan di luar pertanian juga menyebabkan tekanan nafkah pada ekstensifikasi lahan berkurang. Responden lain yang memiliki pekerjaan di luar pertanian memilih untuk menggarap satu jenis lahan garapan. Pak Kd, Pak Sud, Bu Ut dan Bu Et merupakan responden yang memiliki pekerjaan di luar pertanian dan hanya menggarap satu jenis lahan garapan.

5.1.2 Mengurangi Biaya Produksi Pertanian

Pengolahan sawah, kebon dan lahan garapan membutuhkan sarana produksi pertanian. Penurunan biaya produksi pertanian merupakan pilihan yang harus dilakukan rumahtangga karena biaya produksi pertanian tidak seimbang dengan hasil produksi pertanian. Biaya pembelian pupuk dapat menghabiskan seluruh padi hasil panen. Sedangkan padi dibutuhkan untuk konsumsi dan penyelenggaraan kegiatan besar rumahtangga. Rumahtangga dapat menjual hewan ternak atau perhiasan untuk membeli pupuk. Kemungkinan itu dihindari oleh rumahtangga. Aktivitas penurunan biaya pertanian dilakukan dengan tiga cara, 1 pengurangan penggunaan sarana produksi pertanian yang dianggap mahal, 2 menghasilkan sendiri sarana produksi pertanian yang dapat dihasilkan rumahtangga, dan 3 penggunaan modal sosial untuk mendapatkan sarana produksi pertanian secara gratis. Pengurangan biaya pembelian pupuk kimia dilakukan dengan mengurangi frekuensi pemupukan dan jumlah pupuk yang diberikan. Menurut Paak Kd, 38 tahun, petani yang memiliki sawah bengkok , ia masih melakukan pemupukan dua kali selama musim tanam. Pak Kd menggunakan enam kuintal pupuk untuk dua kali pemupukan di satu bau sawah. Ini merupakan dosis yang seharusnya diberikan. Petani yang lain hanya melakukan pemupukan satu kali dengan dosis setengah dari dosis yang seharusnya diberikan. Petani yang lain hanya melakukan penyemprotan hama jika kondisi hama sangat mengancam pertumbuhan padi 82 . 82 Pengamatan dan wawancara di rumah Bi En, 10 Maret 2005. Pak Kd sedang memberi petunjuk pada petani nyeblok yang akan menyemprotkan pestisida di sawah bengkok miliknya. Menurut Bi En produksi padi sawah Pak Kd selalu lebih tinggi dibanding dengan sawah yang lain. Ini karena Pak Kd memberikan banyak pupuk untuk sawah garapannya. Pengurangan pupuk dan penyemprotan hama terus dilakukan meskipun produksi padi menurun. Sawah merupakan satu-satunya lahan yang mendapatkan pemupukan dengan menggunakan pupuk kimia. Kebon dan lahan garapan kebun karet atau hutan Perhutani hampir tidak pernah dipupuk oleh pupuk kimia. Lahan tersebut dipupuk dengan menggunakan pupuk kandang. Pupuk kimia hanya diberikan untuk tanaman padi. Tanaman padi tetap dipupuk dengan pupuk kimia karena tanaman padi tidak dapat tumbuh baik tanpa menggunakan pupuk kimia 83 . Petani Desa Padabeunghar paling memperhatikan tanaman padi di sawah dari pada tanaman lain. Tanaman padi memiliki nilai ekonomi dan sosial bagi rum ahtangga petani Desa Padabeunghar. Secara ekonomis padi merupakan kebutuhan konsumsi utama rumahtangga. Secara sosial padi merupakan barang utama yang harus dimiliki rumahtangga petani. Petani menyediakan seluruh sarana produksi pertanian sendiri kecua li pupuk kimia. Bibit padi diperoleh dari padi yang dipanen pada musim sebelumnya, bibit pisang diperoleh dari anakan pisang yang dimiliki petani atau dari tetangga atau saudara, bibit buah-buahan yang akan ditanam di lahan garapan hutan diperoleh dengan membuat pembibitan di halaman rumah. Pupuk diambil dari kotoran hewan yang dipelihara petani. Petani yang memiliki kambing akan membawa kotoran kambing di pagi hari saat pergi ke sawah, dan memupuk tanaman sebelum bekerja di sawah. Petani yang tidak memiliki kambing lebih banyak menggunakan pupuk kimia atau membeli kotoran kambing pada petani lain yang memelihara kambing. Penurunan biaya produksi pertanian dilakukan dengan bantuan yang diperoleh dari ikatan-ikatan sosial. Penurunan biaya produksi dilakukan dengan membagi bibit tanaman diantara petani dan menggunakan bibit yang diberikan LSM, Perhutani atau Dinas Hutbun. Diantara petani biasa saling memberikan anakan pisang, bibit ubi jalar, jagung atau buah-buahan. Khusus untuk lahan garapan hutan, membantu dalam perolehan akses lahan garapan, pembibitan, penyediaan bibit baru yang memiliki peluang pasar, dan pengetahuan yang berkaitan dengan lahan hutan dan pengolahan lahan hutan. 83 Wawancara dengan B i En, 10 Maret 2005

5.1.3 Menanam Beragam Tanaman dalam Satu Luasan Lahan

Dokumen yang terkait

Bentuk Kearifan Lokal Terkait Pemanfaatan Hasil Hutan Di Sekitar Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus Di Desa Kuta Rakyat, Desa Dolat Rakyat, Desa Jaranguda, Dan Desa Tanjung Barus, Kabupaten Karo)

2 38 114

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 12

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN

0 4 3

DAMPAK PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT(PHBM) TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DESA HUTAN (Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo Kabupaten

0 2 14

Analisis gender pada kegiatan pengelolaan hutan bersama masyarakat (Kasus rumahtangga peserta PHBM, Desa Lolong, Jawa Tengah)

1 16 172

Formulasi Strategi Kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat

2 35 364

Pengetahuan masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM): kasus di Desa Bojong Koneng dan Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat

0 11 70

Struktur dan Strategi Nafkah Rumahtangga Petani Peserta Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Bogorejo

1 16 141

Analisis Efektivitas Kelembagaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Jawa Barat

4 28 104

Strategi Dan Struktur Nafkah Rumahtangga Petani Sekitar Hutan Desa Seputih Kecamatan Mayang Kabupaten Jember

2 21 89