Bd, dan rumahtangga Bu Ut. Rumahtangga Pak Sud merupakan rumahtangga yang menggunakan strategi nafkah basis remittance, pendapatan yang diperoleh
dari pekerjaan sebagai pekerja bangunan di perantauan. Rumahtangga Pak Bd merupakan rumahtangga yang menggunakan strategi nafkah basis pekerjaan
dalam desa, rumahtangga menggunakan peluang kerja di dalam desasebagai sumber nafkah utama. Rumahtangga Bu Ut juga merupakan rumahtangga yang
menggunakan pekerjaan dalam desa sebagai sumber nafkah utama, namun jika rumahtangga Pak Bd memilih strategi nafkah basis peluang pekerjaan yang dapat
diperoleh, Bu Ut memilih strategi nafkah basis ikatan-ikatan sosial dalam masyarakat. Ketiga rumahtangga kasus memberi sumbangan pada pola-pola
nafkah penduduk Desa Padabeunghar yang tidak menggunakan modal alami.
6.2.1 Strategi Nafkah Basis Remittance: Rumahtangga Pak Sud
Remittance atau uang kiriman dari perantauan merupakan salah satu pilihan sumber nafkah bagi rumahtangga penduduk Desa Padabeunghar. Pada
rumahtangga Pak Suh dan Ma Um merantau dilakukan oleh anggota rumahtangga usia anak dan didukung oleh anggota rumahtangga usia orang tua untuk
penyediaan konsumsi. Rumahtangga Pak Sud, merupakan rumahtangga yang menggunakan remittance sebagai sumber nafkah utama rumahtangga. Pak Sud
dan istri merupakan tenaga kerja yang termasuk kelompok usia anak dan telah memiliki rumah tinggal sendiri. Strategi nafkah rumahtangga Pak Suh dapat
diamati berikut:
Pak Sud adalah seorang penyalur tenaga kerja supplier yang bekerja di PT.PP, di Jakarta. Pak Sud bertugas menyediakan tenaga kerja dan menjadi pelaksana
pekerjaan terutama bagian finishing atau pekerjaan interior menurut Pak Sud di lapangan. Pak Sud menikah dengan Bu Ac, 33 thn, dan dikaruniai dua orang anak Mira,
12, dan Alan, 3 tahun. Pak Sud tidak memiliki pekerjaan lain di Desa Padabeunghar. Ia tidak memiliki sawah atau kebon. Struktur rumah tangga Pak Sud dapat diamati pada
gambar berikut:
Pak Sud Bu Ac
Alan Mira
Pak Sud sudah bekerja di PT. PP sejak tahun 1995. Sejak tahun 1989 Pak Sud bekerja sebagai knek karena diajak teman kemudian beranjak menjadi tukang. Pak Sud
bekerja di tempat yang ia tidak tahu nama PT-nya, pak Sud hanya tahu teman di Desa Padabeunghar yang mengajak pergi ke kota. Pekerjaan sebagai supplier tenaga kerja
berawal dari perkenalannya dengan bos PT. PP pernah menjadi staf marketing atau salesmen di tempat Pak Sud menjadi tukang. Bos tersebut keluar dari pekerjaan nya dan
membuka perusahaan kontaktor baru, yaitu PT. PP.
Pak Sud bekerja untuk pembangunan kantor cabang Bank Permata sekarang. Bank Permata menunjuk PT. PP sebagai kontraktor. PT. PP kemudian menghitung
berapa banyak bagian yang harus dikerjakan. Misalnya, menghitung berapa meter partisi yang dibutuhkan, biaya pengecatan, dan pekerjaan-pekerjaan lain. PT. PP
mengajukan harga yang harus dibayar oleh Bank Permata atau disebut owner berdasarkan perhitungan tersebut. PT. PP memberikan harga penawaran pada Pak Sud
berdasarkan harga penawaran dari owner. Pak Sud menjalankan pekerjaan di owner berdasarkan rincian harga dari PT. PP. Kemudian, Pak Sud mencari pekerja yang ada di
mess untuk mengerjakan pekerjaan di owner. Pak Sud mendapatkan pembayaran dari PT. PP sebagai proyek borongan setelah pekerjaan selesai dan membayar pekerja
dengan bayaran harian.
Jika pekerja di mess tidak mecukupi kebutuhan tenaga kerja di proyek, Pak Sud akan mencari tenaga kerja baru. Perekrutan pekerja mengandalkan pada pekerja yang
pulang atau melalui Bu Ac di Desa Padabeunghar dengan cara menitip pesan pada pekerja yang pulang atau pada Bu Ac untuk mencari pekerja baru dan disuruh ke
Jakarta. Pak Sud tidak pernah mencari pekerja dari lu ar Desa Padabeunghar dengan sengaja, kecuali jika pekerja tersebut datang mencari pekerjaan pada Pak Sud atau
orang luar yang telah menjadi warga Desa Padabeunghar karena ikatan pernikahan. Pak Sud dapat mempekerjakan siapa saja dengan syarat orang tersebut jujur. Kejujuran
sangat diperlukan kerena Pak Sud menangani proyek di tempat kerja yang sedang aktif. Jika pekerja yang ia kerjakan tidak jujur dan terjadi kehilangan, Pak Sud akan
menghadapi resiko tuntutan dari perusahaan.
Pak Sud memiliki kelompok khusus yang biasa bekerja padanya. Kelompok tersebut terdiri dari 12 orang. Semuanya merupakan orang Desa Padabeunghar. Jika
Pak Sud memiliki pekerjaan ia akan terlebih dahulu mencari 12 orang tersebut. Pak Sud mengirimkan uang pada Bu Ac setiap pulang ke Desa Padabeunghar.
Uang tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah anak dan biaya penyelesaian pembangunan rumah yang belum terselesaikan.
Pekerjaan sebagai supplier tenaga kerja menyita waktu Pak Sud. Pak Sud hanya dapat pulang ke rumah dua atau tiga bulan sekali. Waktu pulang ke rumah akan semakin
lama jika Pak Sud mengerjakan proyek di luar Jawa. Saat pulang digunakan Pak Sud untuk istirahat, ngobrol dengan tetangga, kondangan, ngobeng, atau babantu. Jika Pak
Sud bekerja di perantauan, tugas untuk babantu, ngobeng, kondangan atau ngalongok dilakukan oleh Bu Ac. Bu Ac babantu dengan memberikan uang, rokok atau membantu
dengan tenaga. Ngalongok dan kondangan ke tempat di luar Desa Padabeunghar dilakukan Bu Ac dengan ikut rombongan atau menitipkan uang pada tetangga yang pergi
kondangan atau ngalongok. Pada saat pembangunan rumah, banyak orang datang untuk membantu. Pak Sud merasakan keuntungan yang diperoleh karena Bu Ac rajin babantu
dengan mengirimkan makanan atau rokok.
Meskipun Pak Sud sebagai supplier mendapatkan pendapatan yang melebihi tukang biasa, Pak Sud tetap mendapatkan bantuan kayu dan tanah pekarangan dari
mertua pada saat pembangunan rumah. Rumah yang dibangun tahun 1997 itu sampai sekarang belum sepenuhnya selesai. Rumah yang cukup besar dibandingkan dengan
rumah lain di Desa Padabeunghar dibangun dari hasil bekerja di rantau.
Rumahtangga Pak Sud menggantungkan nafkah sepenuhnya pada hasil merantau. Pak Sud tidak memiliki sawah dan kebon . Rumah Pak Sud yang tela h
terpisah dari orang tua menyebabkan Pak Sud harus memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri. Meskipun tidak mendapatkan pendapatan dari modal alami,
rumahtangga Pak Sud memiliki status sosial tinggi yang dapat dilihat dari bentuk rumah. Ini menunjukkan rumahta ngga tidak membutuhkan penggunaan modal
alami jika pendapatan berupa remittance sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup rumahtangga.
Pak Sud tetap bersandar pada kelembagaan lokal di Desa Padabeunghar. Pak sud mengalokasikan tenaga kerja rumahtangga untuk babantu, ngobeng,
kondangan, ngalongok dan berhubungan baik dengan tetangga atau saudara. Anggota rumahtangga dialokasikan untuk tetap ada di Desa Padabeunghar
menjalankan peranan sosial sebagai anggota komunitas Desa Padabeunghar. Peranan anggota rumahtangga sebagai pembangun modal sosial dipilih karena
rumahtangga Pak Sud tidak terlepas dari ikatan dan kelembagaan komunitas Desa Padabeunghar. rumahtangga Pak Sud membutuhkan modal sosial dalam bentuk
bantuan saat membangun rumah dan tenaga kerja bangunan untuk bekerja di proyek Pak Sud. Pemilihan alokasi tenaga kerja rumahtangga untuk tinggal di
rumah juga dilandasi oleh alasan praktis seperti biaya hidup di perantauan, pengasuhan anak, dan tempat tinggal di perantauan, namun anggota rumahtangga
yang ditinggal kemudian berperan sebagai pencari tenaga kerja bangunan dan pembangun modal sosial yang dibutuhkan rumahtangga Pak Sud.
Pak Sud membangun hubungan kerja antara pekerja bangunan di Desa Padabeunghar dan mengambil keuntungan dari hubungan kerja tersebut.
Hubungan kerja yang dibangun oleh Pak Suh didasarkan pada perasaan sebagai satu komunitas. Pak Sud hanya mengajak tenaga kerja yang berasal dari Desa
Padabeunghar untuk proyek yang diperoleh Pak Sud. Pak Sud cukup menitip pesan pada pekerja yang pulang atau pada Bu Ac jika membutuhkan tenaga kerja
baru. Hubungan kerja ini tidak dapat terbangun jika Pak Suh bukan anggota komunitas Desa Padabeunghar dan tidak mengalokasikan tenaga kerja
rumahtangga untuk membangun modal sosial di Desa Padabeunghar.
Bagi rumahtangga Pak Sud pemenuhan kebutuhan hidup diperoleh dari remittance. Pak Sud tidak mengalokasikan tenaga kerja rumahtangga untuk
mendapatkan lahan garapan di lahan hutan Perhutani atau di lahan kebun karet. Kebutuhan konsumsi yang dapat diperoleh dari hasil pertanian seperti beras,
bumbu dan sayur -sayuran diperoleh dari membeli. Bu Ac istri Pak Sud tinggal di Desa Padabeunghar tidak melakukan aktivitas nafkah menggunakan modal alami
atau peluang pekerjaan. Bu Ac dialokasikan untuk melakukan aktivitas nafkah membangun dan menggunakan modal sosial. Ini menunjukkan rumahtangga tidak
terlepas dari kelembagaan dan ikatan sosial selama tinggal di wilayah Desa Padabeunghar.
6.2.2 Strategi nafkah Basis Modal Sosial: Rumahtangga Bu Ut